juga ada antara individu dengan individu lainnya. Persaingan individu dengan individu ini terjadi karena perebutan pekerjaan antara pasien satu
dengan pasien lainnya. Selain dalam hal pekerjaan persaingan juga terjadi di dalam
berbagai kegiatan yang ada di program TC. Pasien yang belum bekerja bersaing dengan pasien lainnya untuk menjalankan berbagai kegiatan
dengan lebih baik. Berikut kutipan wawancara dengan salah satu informan fase re-entry, informan W:
“persaingan sih ada mba, biasanya bersaing untuk lebih baik dalam menjalankan berbagai kegiatan TC agar bisa naik ke
tahapan yang berikutnya dan di perbolehkan untuk bekerja”.
148
Pernyataan tersebut juga di dukung dengan pernyataan dari konselor pribadi dari informan W, Broh Tufan:
“persaingan yang saya lihat terjadi dalam beberapa kegiatan karena biasanya pasien akan bersaing dengan pasien lainnya agar
bisa naik ke tahapan berikutnya, dengan begitu pasien bisa untuk bekerja jika pasien dengan baik dalam menjalankan berbagai
kegiatan”.
149
Dari hasil pemaparan kedua informan tersebut dapat dilihat bahwa persaingan individu antar individu juga terjadi karena adanya keinginan
informan W untuk menjadi yang terbaik di dalam berbagai kegiatan yang ada di dalam program TC, agar informan W bisa naik ke tahapan
berikutnya. Dengan begitu informan W akan di perbolehkan untuk bekerja. Dalam hal ini persaingan yang terjadi antara informan W dengan pasien
lainnya di lakukan secara damai dan tidak saling menjatuhkan.
148
Wawancara Pribadi dengan Informan W, Jakarta 07 Agustus 2014.
149
Wawancara Pribadi dengan Konselor Broh Taufan, Jakarta 13 Agustus 2014.
Dari hasil observasi yang dilakukan penulis terhadap informan W, dalam menjalankan berbagai kegiatan informan W memang terlihat ingin
lebih dari teman-teman pasien lain. Terlihat pada
c. Pertikaian
Bentuk ketiga dari interaksi sosial adalah pertikaian, pertikaian sering terjadi karena perbedaan pendapat antara pasien satu dengan pasien
yang lainnya. Seperti yang telah di jelaskan oleh salah satu informan fase re-entry, Informan W:
“pertikaian ini sering terjadi karena salah satu pasien yang berbeda pendapat dengan pasien lainnya”.
150
Pernyataan tersebut di dukung oleh konselor informan dari W, Broh Taufan:
“pertikaian sering terjadi di dalam berbagai kegiatan yang di program TC, perbedaan pendapat menjadi salah satu faktor
penyebab pertikaian terjadi”.
151
Dari hasil pemaparan diatas dapat di lihat bahwa pertikaian sering terjadi di dalam kegiatan yang ada di dalam program TC, pertikaian
tersebut terjadi karena adanya faktor perbedaan pendapat antara pasien satu dengan pasien lainnya. Perbedaan pendapat sering terjadi di dalam
kegiatan confrontation group, seperti kutipan wawancara yang penulis lakukan dengan salah satu informan, Informan AM:
“perbedaan pendapat sering terjadi di dalam kegiatan confrontation, banyak perebedaan pendapat di dalamnya”.
152
“confrontation merupakan group yang di buat untuk mempertanggung jawabkan permohonan dia”.
153
150
Wawancara Pribadi dengan Informan W, Jakarta 07 Agustus 2014.
151
Wawancara Pribadi dengan Konselor Broh Tufan, Jakarta 13 Agustus 2014.
152
Wawancara Pribadi dengan Informan AM, Jakarta 10 Agustus 2014.
153
Wawancara Pribadi dengan Informan AM, Jakarta 10 Agustus 2014.
Pernyataan tersebut di dukung oleh konselor dari informan AM, Broh Latif:
“kegiatan yang sering menimbulkan perbedaan pendapat adalah confrontation, merupakan komunikasi dasar pada saat
pasien menegur, menanyakan, memberi masukan atas prilaku pasien lainnya”.
154
Dari pemaparan kedua informan diatas terlihat pertikaian sering terjadi dalam berbagai kegiatan salah satunya adalah dalam kegiatan
confrontation. Pertikaian dalam hal ini berupa perbedaan pendapat antara pasien satu dengan pasien lainnya. Dalam kegiatan confrontation pasien
bebas mengungkapkan apa yang menurutnya tidak baik. Dari hasil observasi yang penulis lakukan dalam kegiatan
confrontation terlihat pertikaian memang terjadi, dalam hal ini pertikaian terjadi berupa perbedaan pendapat antara informan AM dengan B pasien
lain di fase re-entry T merupakan pasien baru di fase re-entry, T membuat permohonan agar bisa naik ke fase berikutnya. Menurut B pasien T belum
layak untuk naik ke tahapan berikutnya karena T belum mengaplikasikan yang di dapat pada fase primary, sedangkan informan AM berpendapat
bahwa T sudah layak untuk naik ke tahap berikutnya. Akhirnya perbedaan pendapat pun dapat terselesaikan oleh chief yang bertugas, chief bertugas
untuk melerai perbedaan pendapat antara informan AM dan B, mereka memang berbeda pendapat tetapi cara mengeluarkannya tidak dengan cara
yang emosional.
154
Wawancara Pribadi dengan Konselor Broh Latif, Jakarta 13 Agustus 2014.
d. Akomodasi
Akomodasi merukapakan bentuk terakhir di dalam interaksi sosial. Dalam menjalankan berbagai kegiatan akomodasi sering terjadi.
Akomodasi merupakan suatu keadaan dimana suatu pertikaian atau konflik mendapat penyelesaian sehingga terjalin kerja sama yang baik kembali.
Dari keterangan yang diberikan oleh semua informan di dalam fase re-entry akomodasi berlangsung jika pertikaian sudah tidak bisa dilerai
oleh sesama pasien melainkan harus dengan ketua kelompok atau mayor yang bertugas. Semua informan pun sering mengalami pertikaian dalam
kegiatan sehari-hari tetapi jika sampai mayor yang bertugas turun langsung untuk
menyelesaikan pertikaian
semua informan
tidak pernah
mengalaminya. Berikut kutipan wawancara yang penulis lakungan dengan salah
satu informan, Informan W: “pertikaian sering terjadi tapi masih bisa diselesaikan
dengan sesama pasien atau ketua kelompok”.
155
Hal tersebut di dukung oleh pemaparan dari konselor W, Broh Tuafan:
“pertiakain memang sering terjadi tetapi masih bisa diselesaikan
dengan sesama
pasien atau
dengan ketua
kelompok.”
156
Dari hasil pemaparan kedua informan diatas dapat di lihat bahwa pertikaian memang sering terjadi antara pasien satu dengan pasien lainnya
tetapi masih bisa diselesaikan dengan adanya ketua kelompok yang bertugas. Pertikaian yang terjadi dapat diselesaikan dengan cara yang baik