98 a.
Pendidik dituntut untuk dapat memahami pembelajaran tematik baik secara konseptual maupun secara praktikal.
b. Pada aspek peserta didik, pembelajaran tematik integratif menuntut
adanya kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. c.
Pembelajaran tematik integratif memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif. Selain itu, perlu diupayakan adanya buku
suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi bahan ajar tematik.
d. Dalam kaitannya dengan sarana dan prasarana penunjang belajar,
pembelajaran tematik integratif membutuhkan ketersediaan media pembelajaran dan sumber belajar yang lengkap.
Keempat point tersebut merupakan salah satu dasar atau landasan peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian pengembangan Modul
Tematik untuk siswa kelas I SD Negeri Patuk 1 Gunungkidul.
4. Pembelajaran Tematik Integratif dalam Kurikulum 2013
Pembelajaran tematik integratif dalam Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu menggunakan tema tertentu yang kontekstual sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa
mata pelajaran sekaligus, dalam satu kali tatap muka untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa Kemdikbud, 2012: 197.
Disamping itu, perancangan pembelajaran tematik integratif mengacu pada struktur Kurikulum 2013 sebagai landasan dalam penetapan
99 persentase penyajian pembelajaran. Adapun struktur Kurikulum 2013
dapat dilihat pada tabel 4:
Tabel 4. Struktur Kurikulum 2013
Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar Per Minggu
I II
III IV
V VI
Kelompok A
1. Pend.Agama Budi Pekerti
4 4
4 4
4 4
2. Pend.Pancasila Kewarganegaraan
5 6
6 4
4 4
3. Bahasa Indonesia
8 8
10 7
7 7
4. Matematika
5 6
6 6
6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam
- -
- 3
3 3
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
- -
- 3
3 3
Kelompok B
1. Seni Budaya Prakarya
4 4
4 5
5 5
2. Pend.Jasmani, Olahraga Kesehatan
4 4
4 4
4 4
Jumlah alokasi waktu per minggu
30 32
34 36
36 36
Pada struktur Kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran di jenjang SDMI dilaksanakan berdasarkan pada kompetensi lulusan, kompetensi
inti dan kompetensi dasar. Dalam operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap
dibagi menjadi dua. Pertama, sikap spiritual yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional dalam membentuk siswa yang beriman dan
bertakwa. Kedua, sikap sosial terkait dengan tujuan pendidikan nasional
100 dalam membentuk siswa yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab. Standar kompetensi lulusan digunakan untuk merumuskan capaian kompetensi pada tiap akhir jenjang kelas yang
disebut kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan operasionalisasi Standar Kompetensi
Lulusan SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh siswa yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.
Kompetensi inti dirumuskan dalam empat kompetensi yakni sikap spiritual KI-1, sikap sosial KI-2, pengetahuan KI-3 dan
keterampilan KI-4. Kompetensi inti tidak untuk diajarkan, melainkan untuk dibentuk melalui berbagai tahapan proses pembelajaran. Dalam
mendukung kompetensi inti, capaian pembelajaran mata pelajaran diuraikan menjadi kompetensi dasar yang dikelompokkan menjadi
empat, sesuai dengan rumusan kompetensi inti yang didukungnya, yaitu kelompok kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial,
kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Berdasarkan kajian tentang pembelajaran tematik integratif dalam
Kurikulum 2013 di atas, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik integratif di jenjang SDMI berorientasi pada
pencapaian standar kompetensi lulusan, kompetensi inti dan kompetensi dasar, melalui pengembangan kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan, serta
keterampilan.
101
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian pengembangan Modul Tematik sebagai penunjang bahan ajar siswa kelas I SD Negeri Patuk 1 Gunungkidul ini mengacu pada metode
penelitian dan pengembangan atau Research and Development RD menggunakan model penelitian pengembangan versi Borg dan Gall 1989.
Hal ini didasarkan pada tujuan penelitian yang ingin dicapai yakni menghasilkan produk pembelajaran berupa Modul Tematik yang layak
digunakan sebagai penunjang bahan ajar siswa. Menurut Borg dan Gall penelitian dan pengembangan merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran Borg
dan Gall, 1989 dalam Sugiyono, 2012: 4. Produk yang dihasilkan tidak terbatas pada bahan-bahan pembelajaran, tetapi beraneka ragam, seperti
metode mengajar, prosedur pembelajaran, paket program pembelajaran, maupun alat bantu belajar.
Terkait dengan penelitian Research and Development, Wina Sanjaya 2013: 130 menjelaskan bahwa tahapan proses pengembangan produk dalam
penelitian ini dilakukan secara ilmiah dengan menganalisa data secara empiris. Adapun tahapan penelitian RD berangkat dari kegiatan research
penelitian untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan di lapangan yang diperlukan sebagai dasar dalam pengembangan produk. Kemudian