Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
Dengan adanya kebijakan mengenai pendidikan kewirausahaan yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan
Kewirausahaan, Pidato Presiden pada Nasional Summit Tahun 2010, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN Tahun 2010-2014,
dinyatakan bahwa implementasi pendidikan kewirausahaan perlu untuk dikembangkan dalam bidang pendidikan bertujuan mengasah jiwa mandiri,
kreatif, mandiri, bertanggung jawab, terampil peserta didik . Menurut Ade Suyitno 2013: 3 bahwa pendidikan kewirausahaan adalah usaha terencana dan aplikatif
untuk meningkatkan pengetahuan, intensniat dan kompetensi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dengan diwujudkan dalam perilaku kreatif,
inovatif dan berani mengelola resiko. Manfaat dari adanya implementasi
pendidikan kewirausahaan di sekolah, diharapkan dapat memanfaatkan potensi lingkungan selain itu memberi arahan kepada peserta didik untuk mempunyai jiwa
handal dan unggul. Dengan demikian, diharapkan dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan berbasis lingkungan pada peserta didik melalui pengelolaan
sampah dan tanaman di lingkungan sekolah. Sampah yang diproduksi oleh warga sekolah terdiri dari sampah kertas, sampah plastik, kaleng minuman, daun-daun,
dan sampah basah dibuang pada tiga 3 tempat sampah yang berbeda. Sehingga memudahkan dalam pengelolaan sampah yang akan diolah kembali untuk pupuk
kompos melalui biopori dan penggunaan kembali reuse. Pembudidayaan
5
tanaman ditujukan agar siswa mengetahui banyak manfaat tumbuhan yang dapat dengan mudah dikelola oleh siswa.
Berdasarkan observasi awal di SMA Negeri 2 Banguntapan, sekolah tersebut menerima penghargaan dari Kementrian Lingkungan Hidup sebagai
Sekolah Adiwiyata Nasional sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 berubah menjadi Adiwiyata Mandiri. Sistem dengan menggunakan pembelajaran dengan
basis lingkungan. Menurut Syukri Hamzah 2013: 69 “pesan-pesan pendidikan
lingkungan berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepedulian dapat disampaikan tanpa mengurangi makna kegiatan pembelajaran terhadap materi
disiplin ilmu pokok yang bersangkutan”. Dalam kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler di SMA Negeri 2
Banguntapan yaitu biologi dan ekstra kurikuler Karya Ilmiah Remaja KIR yang erat kaitannya dengan lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai sarana
menumbuhkan jiwa kewirausahaan peserta didik. Status sekolah Adiwiyata berdampak pada penerapan materi pendidikan lingkungan hidup pada semua mata
pelajaran berupa materi yang mengintegrasikan pendidikan dan lingkungan alam. Tujuannya adalah agar peserta didik peduli terhadap kelestarian lingkungan serta
dapat mengaplikasikan materi tersebut di lingkungan sekolah dan rumah. Belum adanya laboratorium lingkungan di sekolah ini menjadi kendala dalam kegiatan
pembelajaran. Laboratorium lingkungan adalah tempat khusus yang digunakan siswa untuk mengolah dan membudidayakan tanaman serta sampah di lingkungan
sekolah. Dengan keterbatasan ruang, pembudidayaan tanaman dan pengolahan sampah serta limbah kurang mendapat penataan atau pengaturan yang baik,
6
sebagai contoh pembuatan kompos dan bibit tanaman berada pada pinggir halaman sekolah.
Selain itu, pembelajaran pendidikan lingkungan di kelas sekedar materi pengetahuan yang disesuaikan kearah persiapan para peserta didik untuk
menghadapi ujian. Pendidik hanya memberikan materi pelajaran kepada peserta didik sesuai silabus. Metode ceramah yang digunakan guru saat memberikan
penjelasan kepada peserta didik membuat proses pembelajaran masih didominasi oleh pendidik Menyebabkan peserta didik bersikap pasif, hanya mendengarkan
materi yang disampaikan pendidik. Hal ini membuat peserta didik kurang kreatif, komunikatif, inovatif.
Tantangan pendidikan di kemajuan sumber daya manusia dan teknologi adalah kemampuan akademik yang baik perlu di seimbangkan dengan life skill
kewirausahaan, agar peserta didik memahami atau peka terhadap kehidupan sosial dan lingkungan. Kemampuan akademik yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotor merupakan aspek yang dinilai dalam pembelajaran. Namun, ketiga aspek di atas belum dapat menjawab tantangan persaingan global. Pembelajaran
integrasi kewirausahaan merupakan salah satu alternatif sebagai upaya mempersiapkan peserta didik agar memiliki sikap dan kecakapan hidup sebagai
bekal bagi kehidupannya kelak melalui sebuah kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut melalui pembelajaran dengan basis lingkungan dalam meningkatkan jiwa kewirausahaan
peserta didik. Hal yang menjadi alasan peneliti untuk melihat pemanfaatan
7
lingkungan dalam pembelajaran adalah karena mata pelajaran biologi dan ekstra kurikuler Karya Ilmiah Remaja KIR terintegrasi dengan kewirausahaan yang
dapat dimanfaatkan oleh peserta didik.