Kesimpulan Kinerja Petani Hutan Rakyat Dan Penyuluh Kehutanan Di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Dan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

dengan pelaksanaan di lapangan yang hal ini mengakibatkan kurang optimalnya hasil pelaksanaan aksi penyuluhan kehutanan khusunya dibidang pengelolaan hutan rakyat. b. Kinerja penyuluh kehutanan dalam penyusunan program, penyuluh kehutanan di Kabupaten Ciamis sebanyak 66 persen menunjukkan sedang dan 56 persen di Kabupaten Purworejo. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penyusunan program yang kurang dapat dimanfaatkan secara baik oleh petani hutan rakyat. c. Kinerja penyuluh kehutanan berdasarkan sumberdaya lokal di Kabupaten Ciamis memiliki sedang sebanyak 80 persen, sedangkan di Kabupaten Purworejo sebanyak 64 persen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kualitas dari hasil identifikasi sumberdaya yang tersedia masih belum optimal dan hasil identifikasi kebutuhan petani belum menunjukkan kebutuhan riil petani hutan rakyat yang sesungguhnya. d. Kinerja penyuluh kehutanan berdasarkan penyelenggaraan penyuluhan di Kabupaten Ciamis memiliki sedang sebanyak 62 persen, sedangkan di Kabupaten Purworejo sebanyak 52 persen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa hasil penerapan falsafah penyuluhan masih belum optimal, demikian juga untuk hasil penerapan prinsip penyuluhan dan hasil penerapan etika penyuluhan yang masih perlu ditingkatkan dalam pelaksanaannya sehingga kegiatan penyuluhan dapat dilakukan dengan baik. e. Kinerja penyuluh kehutanan berdasarkan manajemen organisasi di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo memiliki sedang sebanyak 76 persen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penyuluh kehutanan masih rendah dalam tingkat kemampuan mengidentifikasi peran dan fungsi Kementrian Kehutanan dan Pemerintah Daerah, penyuluh kehutanan masih rendah dalam mengidentifikasi tingkat kemampuan mengidentifikasi peluang pengembangan diri dan juga masih rendahnya tingkat kemampuan mengidentifikasi peluang karier. 2. Faktor-faktor yang terkonfirmasi berpengaruh terhadap kinerja petani hutan rakyat di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo adalah sebagai berikut : a. Kinerja petani hutan rakyat di Kabupaten Ciamis dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial budaya yang direfleksikan oleh kepercayaan antar sesama, hubungan sosial, ketaatan terhadap aturan dan kearifan lokal, kompetensi penyuluh kehutanan menurut persepsi petani yang direfleksikan oleh manajerial interaksi sosial, kemampuan bidang keahlian dan kepemimpinan. b. Kinerja petani hutan rakyat di Kabupaten Purworejo dipengaruhi oleh kompetensi penyuluh kehutanan menurut persepsi petani yang direfleksikan oleh manajerial interaksi sosial, kemampuan bidang keahlian dan kepemimpinan. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh kehutanan di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo adalah diuraikan sebagai berikut : a. Kinerja penyuluh kehutanan di Kabupaten Ciamis dipengaruhi oleh kompetensi penyuluh kehutanan yang direfleksikan oleh melakukan aksi sosial, merencanakan program penyuluhan, memanfaatkan sumberdaya lokal dan manajemen organisasi; lingkungan penyuluh kehutanan yang direfleksikan oleh indikator organisasi dan pengakuan dari masyarakat. b. Kinerja penyuluh kehutanan di Kabupaten Purworejo dipengaruhi oleh kompetensi penyuluh kehutanan yang direfleksikan oleh melakukan aksi sosial, merencanakan program penyuluhan, memanfaatkan sumberdaya lokal dan manajemen organisasi, lingkungan penyuluh kehutanan yang direfleksikan oleh indikator organisasi, dukungan pemerintah daerah dan pengakuan dari masyarakat.

5.2. Implikasi Teori

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja petani hutan rakyat adalah faktor internal dan eksternal petani hutan rakyat, namun faktor eksternal petani lebih dominan berhubungan kinerjanya. Faktor eksternal yang berpengaruh yaitu lingkungan sosial budaya dan kinerja penyuluh kehutanan menurut persepsi petani. Masing-masing faktor memberikan bobot pengaruh yang berbeda terhadap kinerja petani hutan rakyat. Penelitian ini menguatkan tentang penelitian-penelitian sebelumnya Gibson

1996, Robbins 1996 dan Atmosoeprapto 2000 berpendapat bahwa, faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja individu berupa kemampuan, keterampilan, motivasi dan kesempatan dari individu dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu juga memperkuat Mangunegera 2001, Mathis dan Jackson 2001, serta Lusthaus et al. 2002 menjelaskan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu terletak pada kemampuan individu, motivasi individu dan organisasi, keadaan pekerjaan individu, hubungan antar individu dalam melaksanakan tugas, lingkungan organisasi dan kapasitas organisasi. Penelitian ini memiliki kekhasan yaitu kaitannya dengan faktor lingkungan fisik, yaitu adanya pola komposisi hutan rakyat sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi dalam kinerja petani hutan rakyat. Selain itu juga dalam penelitian ini dilengkapi dengan faktor kinerja penyuluh yang ikut mempengaruhi kinerja petani dalam pengelolaan hutan rakyat.

5.3. Saran

Atas dasar hasil kajian ini, saran-saran yang dapat diajukan adalah : 1. Rekomendasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja petani hutan rakyat adalah penguatan lingkungan sosial budaya dan peningkatan persepsi petani tentang kinerja penyuluh kehutanan. Penguatan lingkungan sosial budaya dilakukan melalui lingkungan sosial budaya yang lebih baik dapat dilakukan dengan cara memperkuat kepercayaan antar sesama, memperkuat hubungan sosial dapat dilakukan dengan membangun jejaring kerja dengan bantuan dan fasilitasi penyuluh, memperkuat ketaatan terhadap aturan dengan melakukan sosialisasi secara kontinyu kepada petani hutan rakyat. Peningkatan persepsi petani terhadap kinerja penyuluh kehutanan dilakukan dengan memperkuat hubungan yang lebih