Kontribusi dan Implikasi Praktis serta Rekomendasi Hasil Penelitian

baik karena kapasitas yang dimilikinya rendah. Kapasitas petani yang rendah karena petani hutan rakyat belum dapat mengakses sumberdaya yang ada secara optimal. Peningkatan keberdayaan petani hutan rakyat yang dilakukan melalui penyuluhan kehutanan hasilnya belum dapat menjadikan petani mampu mengembangkan kapasitas yang dapat meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan hutan rakyat. Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk melakukan pemberdayaan petani hutan rakyat dengan memperhatikan indikator-indikator karakteristik yang memiliki pengaruh nyata dalam peningkatan kinerja petani hutan rakyat. Disamping itu juga perlu menangkap peluang dari faktor eksternal yang memiliki nilai pengaruh nyata agar masing-masing pihak dapat memerankan fungsinya sesuai dengan tupoksinya. Salah satunya yaitu peningkatan peran penyuluh kehutanan dalam peningkatan kinerja petani hutan rakyat. Selain petani juga hal yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung pengelolaan hutan rakyat lestari yaitu peran dari penyuluh kehutanan. Dengan demikian peranan dan kinerja dari penyuluh kehutanan sangat penting untuk ditelaah. Pada akhirnya dalam meningkatkan kinerjanya perlu diidentifikasi faktor-faktor yang berhubungannya agar dapat dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja penyuluh kehutanan dalam pengelolaan hutan rakyat kinerjanya masih perlu ditingkatkan. Salah satu penyebabnya adalah kompetensi penyuluh kehutanan yang masih perlu ditingkatkan. Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya kualitas penyuluhan kehutanan terhadap kinerja petani hutan rakyat. Sementara itu penyuluh kehutanan dituntut untuk melaksanakan tugas secara profesional sesuai dengan Kompetensi Kerja Nasional Indonesia SKKNI penyuluhan kehutanan. Perlunya pengembangan faktor kompetensii dan motivasi penyuluh kehutanan dan dukungan lingkungan akan dapat menciptakan suasana yang kondusif terhadap peningkatan kinerja penyuluh kehutanan di masa mendatang. Dengan demikian mengidentifikasi kinerja dan faktor-faktor yang berhubungan kinerja petani hutan rakyat dapat secara langsung berhubungan terhadap pengelolaan hutan rakyat baik dari sub sistem produksi, pengolahan maupun pemasaran. Demikian juga hasil identifikasi terhadap kinerja penyuluh kehutanan dan faktor- faktor yang berhubungannya akan memiliki peran dalam peningkatan kinerja petani dalam pengelolaan hutan rakyat. Hal ini dapat dilihat dari hasil rumusan rekomendasi yang dihasilkan untuk meningkatkan kinerja petani hutan rakyat dan penyuluh kehutanan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pengelolaan hutan rakyat itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja petani hutan rakyat sebagian besar masuk dalam kategori sedang. Disamping itu juga diketahui faktor-faktor yang berhubungan kinerja petani hutan rakyat dan kinerja penyuluh kehutanan. Selanjutnya dapat diketahui faktor-faktor yang perlu mendapatkan prioritas untuk diperbaiki yang dituangkan dalam model peningkatan kinerja petani hutan rakyat dan kinerja penyuluh kehutanan yang selanjutnya diteruskan dengan mengoperasionalisasikan menjadi rekomendasi peningkatan kinerja petani hutan rakyat dan penyuluh kehutanan dengan mempertimbangkan fakta empirik dari analisis deskriptif, analisis faktor dan analisis jalur. Tahap berikutnya yaitu dalam peningkatan kinerja petani hutan rakyat dan penyuluh kehutanan dalam pengelolaan hutan rakyat adalah peningkatan kinerja petani hutan rakyat dan penyuluh kehutanan dalam pengelolaan hutan rakyat. Kinerja petani hutan rakyat dilakukan dengan meningkatkan kinerja dalam kualitas kelestarian fungsi produksi, kualitas kelestarian fungsi ekologi dan kualitas kelestarian fungsi sosial. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas petani hutan rakyat dan dukungan lingkungan fisik serta lingkungan sosial budaya yang berpengaruh, disamping peran penyuluh kehutanan dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan teknis, manajerial maupun sosial dalam pengelolaan hutan rakyat. Peran penyuluh terus ditingkatkan melalui upaya meningkatkan kinerja penyuluh kehutanan dengan membangun terus kompetensinya dan motivasinya serta dukungan lingkungan penyuluh kehutanan melalui dukungan organisasi dan anggaran yang ada di Pemerintah Daerah. Tahap akhir yang ingin diraih dari peningkatan kinerja petani hutan rakyat dan dukungan peningkatan kinerja penyuluh kehutanan dalam pengelolaan hutan rakyat adalah kinerja petani hutan rakyat dapat meningkat lebih baik baik dari kualitas kelestarian fungsi produksi, kualitas kelestarian fungsi ekologi dan kualitas kelestarian fungsi sosial. Dengan demikian upaya akan terus dilakukan untuk meningkatkan keberdayaan petani hutan rakyat dengan mengoptimalkan faktor internal dan memadukan dengan faktor eksternal dengan bantuan dan fasilitasi dari penyuluh kehutanan. Dengan demikian dampak yang diharapkan dari peningkatan kinerja petani hutan rakyat dan penyuluh kehutanan adalah kelestarian hutan rakyat itu sendiri dan adanya peningkatan kesejahteraan petani hutan rakyat. Rekomendasi yang dibuat dengan memperhatikan berbagai pertimbangan fakta- fakta di lapangan yang saling berhubungan satu sama lainnya. Faktor-faktor yang memiliki pengaruh cukup besar dan nyata dalam pengelolaan hutan rakyat lebih diprioritaskan dalam pelaksanaannya. Peningkatan Kinerja Petani Hutan Rakyat Berdasarkan temuan penelitian diketahui faktor-faktor yang berhubungan dan berpengaruh terhadap kinerja petani hutan rakyat dan perlu mendapat prioritas untuk ditingkatkan atau diperbaiki untuk setiap kabupaten. 1. Faktor yang berpengaruh terhadap kinerja petani hutan rakyat di Kabupaten Ciamis yaitu faktor lingkungan sosial budaya. Dalam rangka mempertahankan, memelihara dan mengembangkan faktor lingkungan sosial budaya yang lebih baik dapat dilakukan dengan cara : a. Memperkuat kepercayaan antar sesama, dilakukan dengan membuat kelembagaan kelompok tani hutan rakyat. Adapun tujuannya adanya saling berbagi pengalaman dalam pengelolaan hutan rakyat b. Memperkuat hubungan sosial dapat dilakukan dengan membangun jejaring kerja dengan bantuan dan fasilitasi penyuluh kehutanan c. Memperkuat ketaatan terhadap aturan dengan melakukan sosialisasi secara kontinyu kepada petani hutan rakyat melalui acara-acara yang sudah ada agendanya di level petani hutan rakyat d. Memperkuat implementasi kearifan lokal dilakukan dengan cara membangun komunikasi lintas generasi dan memberikan pengakuan terhadap kearifan lokal yang mendukung kelestarian hutan rakyat 2. Faktor kompetensi penyuluh kehutanan menurut persepsi petani berpengaruh terhadap kinerja petani hutan rakyat di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo. Dalam rangka meningkatkan persepsi petani hutan rakyat maka dapat dilakukan dengan cara memperkuat hubungan yang lebih baik antara penyuluh kehutanan dengan petani melalui aktivitas-aktivitas yang mendukung terhadap pengelolaan hutan rakyat. Peningkatan Kinerja Penyuluh Kehutanan Berdasarkan temuan penelitian terdapat diketahui faktor-faktor yang berhubungan dan berpengaruh terhadap kinerja penyuluh kehutanan dan perlu mendapat prioritas untuk ditingkatkan atau diperbaiki untuk setiap kabupaten. 1. Berdasarkan temuan penelitian kompetensi penyuluh kehutanan di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja petani dan berada dalam kategori sedang sehingga dinilai perlu untuk ditingkatkan. Kompetensi yang perlu ditingkatkan adalah kompetensi yang terkait dengan aksi sosial, perencanaan program penyuluhan, optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal, dan manajemen organisasi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: 1 Lembaga penyuluh perlu merancang atau menyusun rencana baik jangka panjang maupun jangka pendek sehubungan dengan upaya meningkatkan kompetensi penyuluh. Perlu dirancang sistem pembinaan, pengembangan dan peningkatan kompetensi penyuluh kehutanan secara terencana dan berkesinambungan yang memungkinkan terciptanya penyuluh kehutanan yang kompeten dalam melakukan aksi sosial, perencanaan program penyuluhan, optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal, dan manajemen organisasi. 2 Peningkatan kompetensi penyuluh kehutanan dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal, pelatihan maupun kegiatan pengembangan lainnya yang dilakukan dengan perencanaan yang baik, sesuai dengan kemampuan anggaran yang tersedia. 2. Perlu adanya upaya meningkatkan dan mengembangkan lingkungan penyuluh kehutanan yang kondusif di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo dengan penekanan: 1 Di Kabupaten Ciamis penekanannya pada penciptaan lingkungan kerja organisasi yang kondusif dan suportif, dan meningkatkan dan membangun rasa percaya diri masyarakat atau petani bahwa penyuluh kehutanan bertujuan membantu mereka untuk memecahkan masalah usaha hutan rakyat yang dihadapi. Langkah-langkah yang bisa diambil adalah: a Lembaga penyuluh perlu mendukung pekerjaan penyuluh kehutanan sehingga penyuluh kehutanan tidak dianggap sebagai pekerjaan marginal. Perlu dibangun rasa percaya diri pada diri penyuluh kehutanan bahwa penyuluh kehutanan adalah pekerjaan yang memberikan kejelasan karir sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil. b Perlu memberikan dukungan berupa fasilitas yang dapat melancarkan pekerjaan penyuluh kehutanan dilapangan. Kelengkapan sarana dan fasilitas penyuluhan kehutanan perlu dimantapkan meliputi: bangunan, areal percontohan demplot, mobilitas sarana tranportasi, perlengkapan penyuluhan, dan biaya. c Penghargaan masyarakat kepada penyuluh kehutanan dapat dibangun dengan cara: melakukan identifikasi kebutuhan penyuluhan secara partisipatif, sehingga materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak sekedar melaksanakan proyek yang sifatnya top down. Dengan melibatkan masyarakat maka masyarakat akan merasa dihargai pendapatnya yang pada gilirannya akan memberikan penghargaan kepada penyuluh kehutanan. Hal ini berarti penetapan kegiatan penyuluh kehutanan bukan sekedar perkiraan berdasarkan persepsi dan keinginan lembaga penyuluhan yang disebabkan adanya proyek semata, tetapi lebih pada kebutuhan masyarakat. Penyuluh kehutanan perlu membangun sikap empati, terhadap masyarakat sehingga dapat lebih memahami apa yang drasakan masyarakat. Dengan demikian akan tercipta mutual trust yang berujung pada sikap saling menghargai. 2 Di Kabupaten Purworejo penekanannya ditambah dengan perlunya dukungan Pemerintah Daerah. Sejak berlakunya otonomi daerah keberadaan penyuluh kehutanan kurang mendapat tempat di hati para pengambil kebijakan. Penyuluhan kehutanan lebih sering dianggap sebagai kegiatan yang membebani Anggaran Pendapatan Belanja Daerah tanpa bisa menghasilkan Pendapatan Asli Daerah bagi daerah, sehingga investasi untuk kegiatan penyuluhan kurang mendapat perhatian dari pejabat daerah. Padahal penyuluhan kehutanan adalah kegiatan yang tidak dapat dilihat dalam jangka pendek. Hasil dari penyuluhan kehutanan dapat dilihat dalam jangka panjang yaitu terbentuknya petani hutan rakyat yang berdaya dan memiliki kemandirian, sehingga tidak menjadi beban pembangunan. Dalam menciptakan sumberdaya manusia petani yang memadai memerlukan peran seorang penyuluh, oleh karenanya agar kinerja penyuluh kehutanan meningkat Pemerintah Daerah Purworejo perlu melakukan langkah-langkah: a Mengembangkan sistem penghargaan atau insentif yang memadai bagi penyuluh kehutanan. b Memberikan dukungan anggaran bagi pelaksanaan kegiatan penyuluhan kehutanan. Perlu disadari bahwa pengorbanan anggaran ini akan tersubstitusi pada saatnya yaitu terciptanya sumberdaya manusia petani yang unggul sehingga mampu menjadi pendukung bagi pembangunan daerah.

3. Walaupun temuan penelitian menyatakan bahwa di Kabupaten Ciamis dan

Kabupaten Purworejo, motivasi tidak berpengaruh pada kinerja penyuluh kehutanan, namun karena motivasi penyuluh di Ciamis dan Kabupaten Purworejo masih berada dalam kondisi sedang dan juga secara teori atau substansial telah dinyatakan oleh banyak ahli bahwa motivasi berpengaruh terhadap kinerja, maka dinilai perlu untuk memperhatikan faktor motivasi. Hal ini berarti perlu adanya upaya untuk mempertahankan bahkan meningkatkan motivasi penyuluh kehutanan. Perlu adanya upaya untuk lebih mendorong penyuluh agar dapat meningkatkan kinerjanya. Bila dikaitkan dengan indikator yang ada, maka langkah-langkah krusial yang dapat dilakukan oleh lembaga penyuluhan atau Pemerintah Daerah adalah: 1 Membangun dan mengembangkan sistem kerja yang kompetitif dan sehat agar kebutuhan berprestasi penyuluh kehutanan akan terbangun dan terus meningkat. 2 Perlu merubah pranata organisasi yang memberikan kesempatan bagi penyuluh kehutanan untuk berkarir dalam jabatan-jabatan tertentu setingkat jabatan struktural tanpa melepaskan jabatan fungsional penyuluh kehutanan V. KESIMPULAN, IMPLIKASI TEORI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya,dalam bab ini akan diformulasikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kinerja petani hutan rakyat di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo menunjukkan kinerja sedang, diuraikan sebagai berikut : a. Pada prinsip kelestarian fungsi produksi indikator status lahan jelas hak milik di Kabupaten Ciamis 73 persen di Kabupaten Purworejo 80 persen, teknik silvikultur di Kabupaten Ciamis lebih intensif dibandingkan dengan di Kabupaten Purworejo namun belum rutin dan sebagian besar petani hutan rakyat menerapkan tebang butuh. b. Pada prinsip kelestarian fungsi ekologi di Kabupaten Ciamis 75 persen dan di Kabupaten Purworejo 60 persen ditandai dengan pengelolaan petani dalam hal pola tanam agroforestri. c. Pada prinsip kelestarian fungsi sosial memiliki persamaan baik di Kabupaten Ciamis maupun di Kabupaten Purworejo, hal ini ditandai dengan adanya jaminan pengembangan dan ketahanan ekonomi masyarakat namun masih terbatas yang diwujudkan dengan pendapatan, terbangunnya pola hubungan antar petani yang masih terbatas dan kejelasan batas areal hutan rakyat dengan petani lainnya. 2. Kinerja penyuluh kehutanan di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo menunjukkan kinerja sedang, diuraikan sebagai berikut : a. Dalam pelaksanaan kegiatan sosial, penyuluh kehutanan di Kabupaten Ciamis sebanyak 64 persen menunjukkan sedang dan 56 persen di Kabupaten Purworejo. Hal ini ditunjukkan dengan masih minimnya kegiatan para penyuluh kehutanan dalam menganalisis masalah pengelolaan hutan rakyat yang didasarkan pada temuan riil di lapangan sehingga ada gap antara rencana dengan pelaksanaan di lapangan yang hal ini mengakibatkan kurang optimalnya hasil pelaksanaan aksi penyuluhan kehutanan khusunya dibidang pengelolaan hutan rakyat. b. Kinerja penyuluh kehutanan dalam penyusunan program, penyuluh kehutanan di Kabupaten Ciamis sebanyak 66 persen menunjukkan sedang dan 56 persen di Kabupaten Purworejo. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penyusunan program yang kurang dapat dimanfaatkan secara baik oleh petani hutan rakyat. c. Kinerja penyuluh kehutanan berdasarkan sumberdaya lokal di Kabupaten Ciamis memiliki sedang sebanyak 80 persen, sedangkan di Kabupaten Purworejo sebanyak 64 persen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kualitas dari hasil identifikasi sumberdaya yang tersedia masih belum optimal dan hasil identifikasi kebutuhan petani belum menunjukkan kebutuhan riil petani hutan rakyat yang sesungguhnya. d. Kinerja penyuluh kehutanan berdasarkan penyelenggaraan penyuluhan di Kabupaten Ciamis memiliki sedang sebanyak 62 persen, sedangkan di Kabupaten Purworejo sebanyak 52 persen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa hasil penerapan falsafah penyuluhan masih belum optimal, demikian juga untuk hasil penerapan prinsip penyuluhan dan hasil penerapan etika penyuluhan yang masih perlu ditingkatkan dalam pelaksanaannya sehingga kegiatan penyuluhan dapat dilakukan dengan baik. e. Kinerja penyuluh kehutanan berdasarkan manajemen organisasi di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo memiliki sedang sebanyak 76 persen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penyuluh kehutanan masih rendah dalam tingkat kemampuan mengidentifikasi peran dan fungsi Kementrian Kehutanan dan Pemerintah Daerah, penyuluh kehutanan masih rendah dalam mengidentifikasi tingkat kemampuan mengidentifikasi peluang pengembangan diri dan juga masih rendahnya tingkat kemampuan mengidentifikasi peluang karier. 2. Faktor-faktor yang terkonfirmasi berpengaruh terhadap kinerja petani hutan rakyat di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo adalah sebagai berikut :