3.8.4. Lingkungan Sosial Budaya X
14
Lingkungan sosial budaya adalah faktor yang berhubungan dengan nilai nilai kehidupan dalam interaksi dengan segenap anggota masyarakat, kelembagaan lokal
setempat yang mengatur hubungan manusia dengan manusia. Selengkapnya indikator, definisi operasional dan ukuran faktor lingkungan sosial budaya disajikan
dalam Lampiran 5.
3.8.5. Kinerja Petani Hutan Rakyat Y
11
Kinerja petani hutan rakyat adalah ukuran keberhasilan petani hutan rakyat dalam mengelola hutan rakyat dalam kualitas kelestarian fungsi produksi, fungsi
ekologi dan fungsi sosial. Selengkapnya indikator, definisi operasional dan ukuran faktor kinerja petani hutan rakyat disajikan dalam Lampiran 6.
3.8.6.
Kompetensi Penyuluh Kehutanan X
21
Kompetensi penyuluh kehutanan adalah kemampuan yang harus dimiliki penyuluh kehutanan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Selengkapnya
Indikator, definisi operasional dan ukuran faktor kompetensi penyuluh kehutanan dalam Lampiran 7.
3.8.7. Motivasi Penyuluh Kehutanan X
22
Motivasi penyuluh kehutanan adalah dorongan-dorongan yang memberikan untuk melakukan aksi penyuluhan kepada penyuluh kehutanan. Berikut disajikan
indikator, definisi operasional dan ukuran faktor motivasi penyuluh kehutanan dalam Lampiran 8.
3.8.8.
Lingkungan Penyuluh Kehutanan X
23
Lingkungan penyuluh kehutanan adalah faktor diluar penyuluh kehutanan yang berhubungann dengan kinerja penyuluh kehutanan dalam memberikan penyuluhan
pengelolaan hutan rakyat. Selengkapnya indikator, definisi operasional dan ukuran faktor lingkungan penyuluh kehutanan disajikan dalam Lampiran 9.
3.8.9.
Kinerja Penyuluh Kehutanan X
15
Y
21
Kinerja penyuluh kehutanan adalah ukuran keberhasilan penyuluh kehutanan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan program
penyuluhan. Selengkapnya indikator, definisi operasional dan ukuran faktor kinerja penyuluh kehutanan disajikan dalam Lampiran 10.
3.9. Pengolahan data
Dalam penelitian ini, pengolahan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Dalam mendeskripsikan data hasil penelitian, seluruh data yang terkumpul
ditabulasi dan kemudian dilakukan pengkategorian, lalu dianalisis sesuai kebutuhan penelitian. Dalam melakukan analisis kategorisasi data, dibutuhkan
data-data hasil pengukuran yang dapat diolah sehingga menghasilkan informasi yang dimengerti, bermanfaat dan sesuai dengan tujuan penelitian. Selanjutnya
dibuat selang rendah, sedang dan tinggi berdasarkan selang tabel distribusi frekuensi data yang dihasilkan. Selanjutkan menganalisis data dengan deskriptif
yaitu dengan memberikan predikat kepada variabel yang diteliti berdasarkan data yang
telah dikumpulkan.
Pengklasifikasian predikat,
didasarkan pada
pengelompokan atau membuat range dari skor yang telah diperoleh. Dengan kata lain, setiap kelompok atau range skor diberikan predikat berdasarkan peringkat
atau urutan skor rendah, sedang dan tinggi. Predikat untuk beberapa variabel dibandingkan dengan standar baku yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah
atau lembaga lainnya. Selain itu juga dilakukan uji beda terhadap data di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo. Uji beda dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis varian. Analisis varian merupakan teknik inferensial yang digunakan untuk menguji perbedaan antara dua atau lebih rerata.
2. Dalam menganalisis indikator-indikator yang terkonfirmasi memiliki pengaruh terhadap variabel dependent digunakan analisis faktor. Analisis faktor merupakan
prosedur analisis yang digunakan untuk mereduksi dimensi. Analisis yang digunakan adalah Confirmatory Factor Analysis CFA. CFA adalah analisis
faktor yang dipergunakan untuk menentukan atau memilih serangkaian faktor atau indikator yang telah ditetapkan terlebih dahulu, berdasarkan justifikasi teori yang
merefleksikan suatu variabel laten. Hal ini berarti dalam CFA ditetapkan terlebih dahulu faktor-faktor dan indikator-indikator yang diasumsikan mendasari sebuah
variabel laten, dilanjutkan dengan mengujimenganalisis untuk menentukan indikator mana dari indikator yang diusung tersebut yang akan merefleksikan
variabel laten tersebut. 3. Dalam menganalisis besarnya pengaruh faktor-faktor yang terkonfirmasi
berhubungan dengan kinerja petani hutan rakyat dan kinerja penyuluh kehutanan digunakan analisis jalur.
4. Dalam membuat rumusan rekomendasi peningkatan kinerja petani hutan rakyat dan penyuluh kehutanan, dihasilkan dari hasil analisis jalur terhadap faktor-faktor
yang berhubungan dengan kinerja petani hutan rakyat dan penyuluh kehutanan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hutan Rakyat di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo.
Kabupaten Ciamis mempunyai luas wilayah 244.479 hektar, secara geografis berada pada 108°20’ sampai dengan 108°40’ Bujur Timur dan 7°40’20” Lintang
Selatan. Wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, sebelah Barat dengan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah Timur
dengan Propinsi Jawa Tengah dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia. Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis 2011
Wilayah Kabupaten Ciamis sebagian besar terhampar luas dalam suatu wilayah DAS Citanduy dan DAS Cimedang yang memiliki potensi alam yang cukup besar.
Disamping sektor pertanian dan pariwisata, juga memiliki sumber daya hutan yang sangat potensial untuk dapat dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Potensi ini perlu dikelola dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya berdasarkan prinsip-prinsip kelestariannya, sehingga dapat diperoleh manfaat yang
berkelanjutan. Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis 2011 Hutan di wilayah Kabupaten Ciamis berdasarkan status kepemilikannya terdiri
dari hutan negara dan hutan rakyat. Sedangkan menurut fungsinya terdiri dari Hutan Lindung, Hutan Produksi, Cagar Alam, Suaka Margasatwa dan Kawasan Wisata
Alam. Luas Kawasan Hutan Negara di Kabupaten Ciamis adalah 35.007,88 hektar terdiri dari 28.893,13 hektar Hutan Produksi seluas 10.297,83 hektar dan Hutan
Produksi Terbatas seluas 18.595,30 hektar dikelola oleh Perum Perhutani KPH Ciamis dan 6.114,75 hektar dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jabar
II, sedangkan hutan rakyat adalah sekitar 27.945 hektar, yang keberadaannya belum menjamin kelestarian fungsi hutan karena dihadapkan dengan kerawanan kawasan
yang semakin komplek dan sistem pengelolaannya belum didasarkan pada prinsip- prinsip pengelolaan hutan lestari. Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis 2011
Hutan Produksi di Kabupaten Ciamis yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Ciamis terdiri dari kelas perusahaan Jati, Mahoni dan Pinus. Produksi kayu dari
Hutan Negara yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Ciamis rata-rata per tahun dari Kelas Perusahaan Jati 28.953 m³, Mahoni 2.532 m³, Getah Pinus 556,74 ton dan
jenis rimba lainnya 96 m³. Sedangkan pada hutan rakyat jenis tanaman yang banyak dikembangkan adalah jenis Albazia, Jati, Mahoni dan jenis buah-buahan seperti
Durian, Rambutan, Alpukat, Duku dan lain-lain. Produksi kayu rakyat rata-rata per tahun dari jenis Jati 16.047 m³, Mahoni 42.470 m³, kayu jenis-jenis rimba lainnya
2.020 m³. Potensi produksi kayu rakyat juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan pasar kayu lokal maupun pasar regional dan merebaknya industri-industri
penggergajian kayu milik masyarakat di desa-desa, sekitar 800-900 unit penggergajian di Kabupaten Ciamis. Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis 2011
Berdasarkan hasil inventarisasi potensi kayu rakyat yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis tahun 2003 di 15 kecamatan terpilih yaitu Cihaurbeuti,
Pamarican, Panumbangan, Banjarsari, Sadananya, Kalipucang, Panjalu, Rancah, Cigugur, Cisaga, Langkaplancar, Sukadana, Tambaksari, Cipaku dan Sidamulih
tercatat potensi tegakan kayu rakyat jenis Albazia 551.392,16 m³, Mahoni 112.809,49 m³, Jati 21.272,03 m³, Kayu Afrika 87.081,81 m³ dan Bayur 58.084,22 m³
Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis 2011 Kabupaten Ciamis juga memiliki potensi untuk pengembangan aneka usaha
kehutanan yang dapat meningkatkan pemberdayaan ekonomi kerakyatan seperti persuteraan alam, lebah madu, pengembangan komoditi bambu dan jasa lingkungan
lainnya. Sebagai sumberdaya ekonomi, hutan harus mampu memberikan kontribusi yang memadai, baik terhadap perekonomian daerah secara keseluruhan maupun
terhadap perekonomian masyarakat lokal, termasuk juga kontribusi lingkungan. Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis 2011
Kabupaten Purworejo terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Purworejo terletak antara 109º 47’ 28” Bujur Timur dan 7º32” Lintang
Selatan, 110º 8’ 20” Bujur Timur dan 7º 54”Lintang Selatan. Dalam lingkup
wilayah provinsi, Kabupaten Purworejo berbatasan dengan beberapa kabupaten