Tujuan Penelitian Kinerja Petani Hutan Rakyat Dan Penyuluh Kehutanan Di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Dan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

berhubungan dengan kinerja penyuluh kehutanan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah; 4. Merumuskan rekomendasi peningkatan kinerja petani hutan rakyat dan penyuluh kehutanan dalam pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah;

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah secara teoritis memberikan karya untuk memahami kinerja petani hutan rakyat dan kinerja penyuluh kehutanan dalam pengelolaan hutan rakyat serta faktor-faktor yang terkonfirmasi berhubungan dengan hal tersebut. Manfaat secara praktis penelitian ini sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah daerah dan Kementerian Kehutanan dalam pengambilan kebijakan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang berperan dalam pengembangan hutan rakyat khususnya di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

1.5. Kebaruan Penelitian

Kebaruan penelitian ini adalah bahwa penelitian ini lebih jauh menelaah secara komprehensif tentang kinerja petani hutan rakyat dengan ukuran prinsip pengelolaan hutan lestari kelestarian fungsi produksi, fungsi ekologi dan fungsi sosial dan faktor-faktor yang berhubungan, meliputi: karakteristik petani hutan rakyat, lingkungan sosial budaya, faktor lingkungan fisik, kompetensi penyuluh kehutanan menurut persepsi petani hutan rakyat dan kinerja penyuluh kehutanan. Penelitian ini juga menelaah kinerja penyuluh kehutanan dengan faktor-faktor yang berhubungan, yaitu: faktor kompetensi penyuluh kehutanan, motivasi penyuluh kehutanan dan lingkungan penyuluh kehutanan. Disamping itu metode yang digunakan baru untuk penelitian bidang kinerja petani hutan rakyat dan penyuluh kehutanan dalam pengelolaan hutan rakyat dengan menggunakan analisis faktor dan jalur. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Hutan Rakyat

Hutan rakyat berdasarkan Undang-undang Pokok Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999 termasuk dalam definisi hutan hak menurut undang-undang tersebut, hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Menurut Hardjanto 2000 dalam perkembangan usaha hutan rakyat, dinyatakan bahwa usaha hutan rakyat merupakan usaha yang tidak pernah besar, tetapi juga tidak pernah mati. Usaha hutan rakyat oleh masyarakat di pedesaan Jawa, juga termasuk dalam kategori usaha pertanian skala kecil dengan hasil baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual dan dapat menjadi komoditi ekspor. Karenanya usaha ini mempunyai salah satu peluang yang dapat dikembangkan. Petani belum dapat melakukan usaha hutan rakyat menurut prinsip usaha dan prinsip kelestarian yang baik Hardjanto 2001. Dalam pelaksanaannya, masing-masing sub sistem dijelaskan sebagai berikut:

2.1.1 Subsistem Produksi

Suharjito 2000 mengatakan bahwa beberapa faktor telah mendorong budidaya hutan rakyat di Jawa, yaitu: faktor ekologis, ekonomi, dan budaya. Ketiga faktor tersebut turut menentukan pemilihan jenis pohon oleh petani hutan rakyat. Pada umumnya pola penanaman pada hutan rakyat adalah pola campuran dan tumpangsari. Pengetahuan masyarakat tentang menanam pohon-pohonan belum diwujudkan dengan baik. Upaya maksimal dalam budidaya belum diterapkan, seperti penggunaan bibit unggul, pengaturan jarak tanam, pemeliharaan, dan sebagainya sehingga pertumbuhan pohon dan mutu yang dihasilkan kurang baik. Umumnya petani hanya menggunakan bibit dari permudaan alam yang mutunya kurang baik, karena biasanya pohon induknya masih muda dan bibit tidak dipilih khusus dari pohon induk yang bermutu baik, sehingga anakan yang dihasilkan juga kurang baik. Dari beberapa studi yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa bibit diadakan sendiri oleh rakyat, sedangkan peran pemerintah dalam pengadaan bibit hanya sebagian kecil dari jumlah