Pengaruh Kompetensi Penyuluh Kehutanan terhadap Kinerja Penyuluh
mengidentifikasi peluang pengembangan diri, mengidentifikasi peluang karier. Secara umum skor yang didapatkan untuk faktor ini ini adalah rata-rata sedang.
Selengkapnya disajikan dalam Tabel 22.
Tabel 22. Sebaran kompetensi penyuluh kehutanan Faktor
indikator Sebaran
Kabupaten Ciamis
Kabupaten Purworejo
n n
Kompetensi penyuluh
kehutanan Rendah
0,00 0,00
Sedang 30
60,00 15
60,00 Tinggi
20 40,00
10 40,00
Melakukan aksi sosial
Rendah 0,00
0,00 Sedang
35 70,00
13 52,00
Tinggi 15
30,00 12
48,00 Perencanaan
Program penyuluhan
Rendah 0,00
0,00 Sedang
45 90,00
14 56,00
Tinggi 5
10,00 11
44,00
Memanfaatkan sumberdaya
lokal
Rendah 0,00
0,00 Sedang
32 64,00
15 60,00
Tinggi 18
36,00 10
40,00 Manajemen
organisasi Rendah
0,00 0,00
Sedang 39
78,00 17
68,00 Tinggi
11 22,00
8 32,00
Kompetensi penyuluh kehutanan dalam kemampuan melakukan aksi sosial diukur berdasarkan tingkat kemampuan menganalisis komunitas, tingkat kemampuan
menetapkan prioritas masalah, tingkat kemampuan merancang kegiatan aksi, tingkat kemampuan melaksanakan aksi, dan tingkat kemampuan mengevaluasi kegiatan aksi.
Hasil penelitian menunjukkan, baik di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo, bahwa faktor atau peubah kompetensi penyuluh berpengaruh positif nyata
pada kinerja penyuluh kehutanan. Hal ini berarti kepemilikan kompetensi oleh penyuluh di kedua Kabupaten tersebut menentukan kualitas atau baik tidaknya
kinerja mereka. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki oleh penyuluh kehutanan maka akan berdampak pada semakin baiknya kinerjanya. Hal ini sejalan dengan
berbagai teori tentang kinerja yang menyatakan bahwa kinerja seseorang berbanding lurus dengan kemampuan atau kompetensi orang tersebut dalam melakukan sebuah
pekerjaan. Kompetensi penyuluh kehutanan di kedua kabupaten tersebut tergolong sedang atau cukup memadai. Kompetensi penyuluh di kedua kabupaten tersebut
termanifestasi dalam bentuk kemampuan melakukan aksi sosial, kemampuan merencanakan program penyuluhan, kemampuan memanfaatkan sumberdaya lokal
dan kemampuan manajemen organisasi Kompetensi penyuluh kehutanan dalam kemampuan melakukan aksi sosial di
Kabupaten Ciamis dan Purworejo rata-rata skor sedang mencapai 60 persen dari penyuluh kehutanan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kemampuan yang cukup
penyuluh kehutanan dalam menganalisis komunitas petani hutan rakyat, kemampuan penyuluh kehutanan yang cukup dalam hal menetapkan prioritas masalah,
kemampuan penyuluh kehutanan dalam merancang kegiatan aksi kepada petani hutan rakyat dalam mendorong pengelolaan hutan rakyat yang cukup, kemampuan
penyuluh kehutanan yang cukup dalam hal melaksanakan aksi yang berhubungan dengan kegiatan pengelolaan hutan rakyat beserta kegiatan mengevaluasi kegiatan
aksi. Berdasarkan uji beda, tidak ada perbedaan kompetensi penyuluh kehutanan dalam kemampuan melakukan aksi sosial di Kabupaten Ciamis dan Purworejo.
Kinerja penyuluh kehutanan merupakan tampilan dari hasil kerja yang ditunjukkan penyuluh kehutanan tersebut. Kemampuan melakukan aksi sosial yang
kemudian termanifestasi dalam bentuk nyata yaitu sebuah kegiatan yang dapat membantu petani menyelesaikan permasalahannya merupakan sebuah bentuk prestasi
kerja. Semakin mampu penyuluh melakukan kegiatan membantu petani atau aksi sosial maka semakin terbantu petani dalam memecahkan berbagai hal yang terkait
dengan usahataninya hutan rakyat, dengan kata lain kinerja penyuluh kehutanan semakin baik karena berhasil membantu petani. Aksi sosial yang diinisiasi oleh
penyuluh kehutanan adalah kunjungan lapangan ke kelompok tani dan petani secara perorangan meskipun frekuensinya masih terbatas.
Kompetensi penyuluh kehutanan dalam kemampuan merancang program penyuluhan diukur berdasarkan tingkat kemampuan mengidentifikasi sumberdaya
yang tersedia, dan tingkat kemampuan mengidentifikasi kebutuhan petani. Kompetensi penyuluh kehutanan dalam kemampuan merancang program penyuluhan
di Kabupaten Ciamis dan Purworejo rata-rata skor sedang mencapai 90 persen dan 56 persen dari penyuluh kehutanan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kemampuan
penyuluh kehutanan dalam mengidentifikasi kebutuhan petani hutan rakyat dan sumberdaya yang tersedia untuk mendukung pengelolaan hutan rakyat dinilai cukup.
Berdasarkan uji beda, tidak ada perbedaan kompetensi penyuluh kehutanan dalam kemampuan merancang program penyuluhan di Kabupaten Ciamis dan Purworejo.
Indikator kemampuan merencanakan progam penyuluhan merupakan salah satu kompetensi penyuluh yang sangat mendukung kinerja penyuluh. Perencanaan
memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu rangkaian kegiatan, karena kegiatan berikutnya sangat tergantung dari perencanaan yang dilakukan. Dengan
perencanaan, dapat diperkirakan hasil yang akan dicapai dari kegiatan yang akan dilakukan. Demikian pula dengan kegiatan penyuluhan, agar kegiatan penyuluhan
dapat berjalan efektif, maka kegiatan penyuluhan juga perlu dipersiapkan dan direncanakan dengan baik oleh penyuluh kehutanan. Penyuluh kehutanan harus
mampu menyusun rencana penyuluhan yaitu memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang
dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk membantu petani. Perencanaan penyuluhan di lapangan terbagi menjadi dua
yaitu penyusunan programa penyuluhan dan penyusunan rencana kerja penyuluhan baik rencana kerja tahunan, bulanan maupun mingguan. Dalam melakukan
perencanaan terdapat satu tahapan yang merupakan identifikasi kebutuhan atau analisis wilayah. Pada tahapan in penyuluh kehutanan menggali berbagai informasi
atau fakta secara partisipatif dalam rangka menyusun programa penyuluhan dan rencana kerja penyuluhan. Dengan demikian, data yang diambil lebih bersifat
obyektif sesuai dengan kebutuhan petani, tidak sekedar pemikiran semata. Karena perencanaan telah dibuat dengan proses partisipatif sehingga dalam pelaksanaanya
akan didukung oleh petani atau masyarakat. Hal ini berdampak terhadap kinerja penyuluh kehutanan, artinya tingkat keberhasilan pekerjaan penyuluh kehutanan
dalam melaksanakan tupoksinya akan lebih tinggi.
Kompetensi penyuluh kehutanan dalam kemampuan memanfaatkan sumberdaya dengan kebutuhan petani diukur berdasarkan tingkat kemampuan mengidentifikasi
sumberdaya yang tersedia, dan tingkat kemampuan mengidentifikasi kebutuhan petani. Kompetensi penyuluh kehutanan dalam kemampuan memanfaatkan
sumberdaya dan kebutuhan petani di Kabupaten Ciamis dan Purworejo rata-rata skor sedang masing-masing mencapai 64 persen dan 60 persen dari penyuluh kehutanan.
Hal ini dapat dijelaskan melalui kemampuan penyuluh kehutanan dalam mengidentifikasi sumberdaya yang tersedia sudah cukup dan hasil identifikasi
kebutuhan petani sebagian menunjukkan kebutuhan riil petani hutan rakyat yang sesungguhnya. Berdasarkan uji beda, tidak ada perbedaan kompetensi penyuluh
kehutanan dalam kemampuan memanfaatkan sumberdaya dan kebutuhan petani di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo.
Sumberdaya lokal merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan demi meningkatkan kesejahteraan dan membantu petani dalam usahataninya. Sumberdaya
lokal meliputi sumberdaya alam yang subur dan sumberdaya manusia yang banyak. Pemanfaatan sumberdaya lokal merupakan salah satu bentuk kemampuan penyuluh
dalam beradaptasi dengan lingkungan wilayah kerjanya untuk mendukung tupoksinya. Sumberdaya lokal belum didayagunakan oleh petani hutan rakyat, karena
kekurangtahuan mereka akan manfaat sumberdaya tersebut. Dengan menggugah kesadaran akan pentingnya memanfaatkan sumberdaya lokal tersebut bagi
kepentingan petani, maka kegiatan penyuluhan menjadi lebih mudah dilaksanakan dan dapat tercapai secara optimal, karena pada dasarnya sumberdaya lokal adalah
segala sesuatu yang sudah dikenal oleh petani. Dengan demikian, semakin mampu penyuluh kehutanan memanfaatkan sumberdaya lokal untuk membantu petani, maka
akan semakin mendukung keberhasilan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan. Artinya, akan semakin baik kinerja penyuluh kehutanan.
Kompetensi penyuluh kehutanan dalam kemampuan manajemen organisasi diukur berdasarkan tingkat kemampuan mengidentifikasi peran dan fungsi
Kementerian Kehutanan
dan Pemerintah
Daerah, tingkat
kemampuan
mengidentifikasi peluang
pengembangan diri,
dan tingkat
kemampuan mengidentifikasi peluang karier.
Kompetensi penyuluh kehutanan dalam kemampuan manajemen organisasi di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo rata-rata skor sedang mencapai 78
persen dan 68 persen dari penyuluh kehutanan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penyuluh kehutanan dapat melakukan kegiatan identifikasi peran stakeholder baik di
pusat maupun di daerah misalnya dalam identifikasi peran dan fungsi Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Daerah dinilai cukup. Berdasarkan uji beda, tidak ada
perbedaan kompetensi penyuluh kehutanan dalam kemampuan manajemen organisasi di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo.
Penyuluh kehutanan adalah PNS yang ditunjuk sebagai penyuluh kehutanan. Hal ini berarti penyuluh kehutanan adalah bagian dari suatu organisasi. Sebagai
bagian dari suatu organisasi penyuluh kehutanan harus memiliki kemampuan manajemen yang memadai dalam rangka mendukung tupoksi organisasi yang pada
akhirnya akan bermuara pada keberhasilan kerja individu penyuluh kehutanan tersebut. Manifestasi kemampuan manajemen organisasi penyuluh kehutanan adalah
bagaimana penyuluh kehutanan merencanakan, melaksanakan, mengamati dan mengevaluasi tugas-tugas yang diberikan oleh organisasi kepada penyuluh kehutanan
sebagai bagian dari tanggung jawab pekerjaannya. Kemampuan manajemen organisasi juga termanifestasi dalam bentuk membangun koordinasi atau jejaring
kerja dengan pihak lain dalam rangka membantu petani memecahkan maslah usahataninya, sekaligus menjadi jembatan bagi terciptanya kerjasama antara
organisasi dimana penyuluh kehutanan bernaung dengan pihak-pihak lain. Dalam bentuk yang lebih mikro, manajemen organisasi yang dilakukan oleh penyuluh
kehutanan adalah upaya memfasilitasi kelompok-kelompok tani hutan agar mampu menjadi kelompok tani hutan yang dinamis. Keberhasilan mendinamisasikan
kelompok tani merupakan salah satu bentuk keberhasilan kerja penyuluh kehutanan. Dengan demikian, semakin tinggi kemampuan manajemen organisasi penyuluh
kehutanan, maka akan semakin baik kinerja penyuluh kehutanan tersebut.
Kompetensi penyuluh kehutanan dalam pengelolaan hutan rakyat yang masih rendah skornya disebabkan oleh beberapa hal berikut: 1 Membangun jejaring kerja
yang lemah, disebabkan kemampuan penyuluh kehutanan dalam berkomunikasi masih rendah; 2 Akses informasi, disebabkan kemampuan penyuluh kehutanan
berinteraksi dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi serta akses informasi melalui media masih rendah; 3 Pemanfaatan media internet masih rendah yang
disebabkan kemampuan penyuluh dalam penggunaan dan pemanfaatan media internet masih rendah. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya sarana dan dana untuk
menggunakan internet serta masih terisolirnya wilayah kerja penyuluh kehutanan seorang penyuluh; 4 Penguasaan inovasi, kemampuan penyuluh dalam mendapatkan
dan memanfaatkan teknologi spesifik lokasi masih rendah seperti, belum banyak penyuluh yang melakukan pengujian dan pengkajian teknologi spesifik lokasi; dan 5
Analisis masalah, disebabkan kemampuan penyuluh terkait dengan penetapan dan pemecahan masalah petani yang masih rendah.
Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian dengan teori Spencer dan Spencer 1993, kompetensi merupakan karakteristik dasar seseorang yang berhubungan cara
berfikir dan bertindak, membuat generalisasi terhadap segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri manusia yang dapat menciptakan kinerja
individu yang baik dengan dimensi motif, ciri-ciri fisik, konsep diri, pengetahuan dan kemampuan teknis.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Bahua 2011 menunjukkan bahwa peubah kompetensi berpengaruh nyata pada kinerja penyuluh. Hal ini berarti
kompetensi penyuluh ikut menentukan baik-buruknya kinerja penyuluh pertanian. Dimensi peubah kompetensi penyuluh yang berhubungan erat dengan kinerja
penyuluh pertanian adalah: 1 Kemampuan merencanakan program penyuluhan, meliputi kemampuan mengumpulkan data sumberdaya dan potensi wilayah kerja,
kemampuan merumuskan tujuan program penyuluhan, kemampuan menetapkan masalah petani, kemampuan menetapkan cara mancapai tujuan, kemampuan
melaksanakan penyuluhan dan kemampuan mengevaluasi kegiatan penyuluhan dan 2 Kemampuan kepemimpinan penyuluh, meliputi kemampuan menerapkan gaya
kepemimpinan, kemampuan menerapkan keterampilan memimpin dan kemampuan menumbuhkembangkan kelompok tani.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Marliati 2008 yang menyimpulkan bahwa kompetensi penyuluh pertanian, yaitu: kompetensi komunikasi
penyuluh, kompetensi pembelajaran petani dan kompetensi interaksi berpengaruh nyata pada kinerja penyuluh pertanian memberdayakan petani. Adanya pengaruh
nyata kompetensi penyuluh pada kinerja penyuluh pertanian dari dimensi kemampuan merencanakan program penyuluhan dan kemampuan kepemimpinan penyuluh
pertanian. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Sumardjo 2010 menyatakan bahwa
seorang penyuluh harus memiliki empat kompetensi yaitu : kompetensi personal menyangkut kesesuaian sifat bawaan dan kepribadian penyuluh yang tercermin dari
kemampuan membawakan diri, kepemimpinan, kesantunan, motivasi berprestasi, kepedulian, disiplin, terpercaya, tanggung jawab, kompetensi sosial menyangkut
kemampuan-kemampuan berinteraksiberhubungan sosial, melayani, bermitra, bekerjasama dan bersinergi, mengembangkan kesetiakawanan, kohesif, dan mampu
saling percaya, kompetensi andragogik menyangkut kemampuan metodik dan teknik pembelajaran, kompetensi komunikasi menyangkut reaktualisasi diri, penguasaan
teknologi informasi, kemampuan berempati, kemampuan komunikasi partisipatif, menggali dan mengembangkan pembaharuan serta kewiraswastaan.