Analisis Data Evaluasi metode transek foto bawah air untuk penilaian kondisi terumbu karang

44 lebih lama dibanding kedua metode yang lain, yaitu sekitar delapan kali lamanya waktu yang dibutuhkan oleh metode LIT atau sekitar dua setengah kali waktu yang dibutuhkan oleh metode BT Gambar 18. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh dengan metode LIT dan BT sudah berupa data yang siap untuk disimpan ke komputer dalam bentuk lembar kerja worksheet, sedangkan data yang diperoleh dengan metode UPT masih berupa foto yang harus dianalisis, baru selanjutnya dimasukkan ke dalam lembar kerja. Lamanya waktu pemasukan data rerata + kesalahan baku dengan metode BT, LIT dan BT berturut-turut adalah 217,2 + 10,48, 89,6 + 5,54 dan 734,10 + 16,42, menit per transek. Waktu tersebut termasuk untuk memasukkan nama jenis karang keras. Gambar 18 Rerata lamanya waktu pemasukan data per transek beserta nilai simpangan bakunya per transek untuk masing-masing metode Lamanya waktu yang diperlukan baik untuk pengambilan data di lapangan maupun untuk pemasukan data dari masing-masing metode di setiap stasiun penelitian, ditampilkan pada Lampiran 3.

4.3.1.3 Biaya dan waktu

Koefisien efisiensi biaya dan waktu untuk masing-masing metode dihitung dengan cara mengalikan nilai bobot berdasarkan biaya yang dikeluarkan baik saat pengambilan maupun pemasukan data dengan lamanya waktu pengambilan dan pemasukan data. Selanjutnya dihitung rasio antar nilai-nilai yang diperoleh 200 400 600 800 BT LIT UPT W a k tu p er tr a sn ek m en it Metode Pemasukan data 45 tersebut, atau disebut sebagai nilai koefisien efisiensi biaya dan waktu ψ. Nilai ψ dihitung dengan membagi nilai koefisien biaya dan waktu dari suatu metode dengan nilai terkecil dari nilai koefisien biaya dan waktu di antara ketiga metode BT, LIT dan UPT. Hasilnya ditampilkan pada Tabel 4. Semakin kecil nilai ψ maka semakin efisien dari segi biaya dan waktu. Dari nilai ψ pada Tabel 4 ini, di antara ketiga metode yang diperbandingkan, tampak metode LIT lebih efisien dari segi biaya dan waktu dibandingkan metode UPT dan BT, sedangkan metode UPT lebih efisien dibanding metode BT. Efisiensi metode LIT 1,53 kali efisiensi metode UPT. Tabel 4 Perhitungan koefisien biaya dan waktu untuk masing-masing metode penelitian UPT, LIT, BT Metode Rerata lamanya waktu menit per transek untuk: pengambilan data lapangan pemasukan data UPT 22,3 734,1 LIT 65,9 89,6 BT 272,4 217,2 Metode Koefisien biaya dan waktu waktu x bobot biaya untuk: pengambilan data lapangan a pemasukan data b Total a+b Rasio= ψ UPT 22,3 x 8 734,1 x 1 912,50 1,53 LIT 65,9 x 7,7 89,6 x 1 597,03 1,00 BT 272,4 x7,7 217,2 x 1 2314,68 3,88

4.3.2 Persentase tutupan

Kategori biota dan substrat dikelompokkan ke dalam lima kelompok yaitu kelompok Karang keras Hard Coral = HC, Karang mati Dead Scleractinia = DS, Alga Algae = ALG, Fauna Lain Other Fauna = OF dan Abiotik Abiotic = ABI. Persentase tutupan untuk kelompok HC dihitung menggunakan metode BT, LIT dan UPT, sedangkan untuk empat kelompok yang lainnya hanya menggunakan kelompok LIT dan UPT. Rerata persentase tutupan masing- masing kelompok beserta nilai kesalahan bakunya SE = standard error berdasarkan metode yang digunakan, ditampilkan pada Lampiran 4 dan Gambar 19. 46 Secara umum terlihat bahwa untuk kelompok HC, nilai rerata yang diperoleh dengan metode UPT cenderung sedikit lebih rendah dibandingkan dengan yang diperoleh metode BT dan LIT. Demikian juga pada DS dan OF dimana hasil yang diperoleh dengan metode UPT cenderung lebih rendah dibandingkan dengan metode LIT. Hal sebaliknya terjadi untuk kelompok ALG dan ABI dimana hasil yang diperoleh dengan metode UPT cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan metode LIT. Untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil yang diperoleh dari metode yang berbeda maka dilakukan anova untuk kelompok LC dan uji t berpasangan untuk empat kelompok yang lainnya. Transformasi arcsin akar pangkat dua dilakukan terhadap data persentase tutupan sebelum dilakukan anova maupun uji t berpasangan. Gambar 19 Rerata persentase tutupan beserta nilai kesalahan baku masing- masing kelompok berdasarkan metode yang digunakan n=10 47

4.3.2.1 Karang keras Hard Coral = HC

Persentase tutupan HC yang diperoleh di masing-masing stasiun penelitian dengan tiga macam metode yang berbeda ditampilkan pada Gambar 20. Berdasarkan Gambar 20 tersebut terlihat bahwa persentase tutupan HC bervariasi antar stasiun penelitian. Adanya variasi antar stasiun penelitian juga dibuktikan dengan nilai p yang rendah p 0,01 untuk variasi antar stasiun penelitian Tabel 5. Adanya variansi antar stasiun menunjukkan bahwa data persentase tutupan yang ingin dibandingkan berdasarkan penggunaan metode dilakukan pada stasiun yang memiliki persentase tutupan karang keras yang beragam. Hasil anova juga menunjukkan bahwa meskipun metode yang dipergunakan berbeda, tetapi hasil yang diperoleh oleh ketiga metode tersebut untuk menduga nilai persentase tutupan karang keras relatif sama p 0,01 Tabel 5. Gambar 20 Persentase tutupan karang keras di masing-masing stasiun penelitian yang dihitung dengan tiga metode berbeda BT, LIT dan UPT Tabel 5 Hasil anova untuk persentase tutupan HC data ditransformasi ke bentuk arcsin akar pangkat dua Sumber variasi Derajat bebas Jumlah kuadrat Rerata kuadrat F p Stasiun 9 1460,65 162,295 5,78 0,000 Metode 2 12,00 6,002 4,65 0,024 Sesatan 18 23,23 1,290 Total 29 1495,88 20 40 60 ST01 ST02 ST03 ST04 ST05 ST06 ST07 ST08 ST09 ST10 T u tu p a n Stasiun Karang keras HC BT LIT UPT 48

4.3.2.2 Karang mati Dead Scleractinia = DS

Persentase tutupan kelompok DS di masing-masing stasiun penelitian yang dihitung menggunakan metode UPT umumnya lebih rendah dibandingkan dengan yang dihitung menggunakan metode LIT Gambar 21. Uji t untuk data berpasangan terhadap data persentase tutupan kelompok DS menghasilkan nilai p = 0,032 yang berarti bahwa persentase tutupan DS yang dihasilkan dengan kedua metode akan memberikan hasil yang relatif sama p 0,01. Gambar 21 Persentase tutupan karang mati di masing-masing stasiun penelitian yang dihitung dengan dua metode berbeda

4.3.2.3 Alga Algae = ALG

Tutupan alga yang dijumpai di masing-masing stasiun penelitian terlihat bervariasi Gambar 22. Pada umumnya persentase tutupan alga yang dihitung dengan metode LIT cenderung lebih tinggi dibanding dengan yang dihitung menggunakan metode UPT. Meskipun begitu, variasi yang terjadi di dalam stasiun akibat penggunaan 2 macam metode yang berbeda LIT dan UPT terlihat tidak signifikan p 0,01. Hal ini dibuktikan dengan nilai p = 0,085 pada uji t untuk data berpasangan terhadap data persentase tutupan kelompok ALG. 1 2 3 4 5 ST01 ST02 ST03 ST04 ST05 ST06 ST07 ST08 ST09 ST10 T u tu p a n Stasiun Karang mati DS LIT UPT