73
5.3.3 Keanekaragaman karang keras
Hasil perhitungan nilai–nilai keanekaragaman karang keras seperti nilai jumlah jenis S, indeks keanekaragaman Shannon H’ dan indeks kemerataan
Piellou J’ ditampilkan pada Lampiran 15 untuk S, Lampiran 16 untuk H’ dan Lampiran 17 untuk J’. Sebelum dilakukan anova, data jumlah jenis S
karang keras yang dihitung pada setiap framenya dinormalkan distribusinya terlebih dahulu dengan mentransformasikannya ke dalam bentuk akar pangkat
dua. Untuk data nilai indeks keanekaragaman Shannon H’ dan indeks kemerataan Pielou J’ tidak perlu ditransformasi. Hasil anova menunjukkan
bahwa data jumlah jenis dan nilai indeks keaneragaman setiap framenya bervariasi, ditunjukkan oleh nilai p 1 pada sumber variasi ”Frame” Tabel
11. Tabel 11 Nilai p terhadap jumlah spesies karang keras S, indeks
keanekaragaman Shannon H’ dan indeks kemerataan Pielou J’ berdasarkan hasil anova untuk rancangan dua faktor dengan
pengukuran berulang pada kedua faktor Frame acak, faktor Kamera acak dan faktor Teknik tetap. Transformasi akar pangkat dua
diterapkan pada data S
Sumber variasi Nilai p
S H’
J’ Frame
0,000 0,000
0,000 Kamera
0,001 0,003
0,002 Teknik
0,000 0,000
0,000 KameraTeknik
0,077 0,109
0,941 Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman karang pada setiap framenya
bervariasi, dimana foto yang dihasilkan dengan kamera WZ cenderung lebih tinggi menggambarkan keanekaragaman karang yang terjadi di lokasi penelitian
dibandingkan dengan foto yang dihasilkan kamera SW p 0,01 Tabel 11, Gambar 39. Keadaan seperti ini cukup beralasan karena luasan foto yang
dihasilkan oleh kamera WZ adalah dua kali lebih luas dibandingkan dengan foto yang dihasilkan kamera SW. Semakin besar luasan foto yang dihasilkan maka
kemungkinan untuk menggambarkan keanekaragaman di suatu lokasi akan semakin besar pula.
74
Selain itu, semakin banyak sampel titik acak yang dipilih maka akan semakin dekat nilainya dengan hasil yang diperoleh menggunakan teknik
menghitung luas area, meskipun perbedaannya masih tetap tinggi antara hasil yang diperoleh dengan teknik pemilihan sampel titik acak maksimum yang
digunakan dalam penelitian ini 60 titik dengan teknik menghitung luas area. Gambar 39. Penggunaan lebih dari 60 titik kemungkinan akan menghasilkan
sampel yang akurat, tetapi tidak lagi efisien dari segi waktu analisis foto lihat hasil penelitian pada bagian analisis biaya dan waktu.
Gambar 39 MDS untuk jumlah spesies karang keras S, indeks keanekaragaman Shannon H’ dan indeks kemerataan Pielou J’ menggunakan jarak
Euclidean. Untuk data S, ditransformasi akar pangkat dua Gambar 39 memperlihatkan bahwa posisi nilai S, H’ dan J’ antara teknik
pemilihan sampel acak baik kamera SW maupun WZ, teknik menghitung luasan area hasil pemotretan kamera SW dan teknik menghitung luasan area
hasil pemotretan kamera WZ masih agak berjauhan. Berdasarkan asumsi yang
75
digunakan pada ”Metode Penelitian” untuk ”akurasi” maka dapat dikatakan bahwa analisis foto untuk menghitung nilai keanekaragaman S, H’ dan J’
menggunakan teknik analisis sampel titik acak ≤ 60 titik memiliki keakuratan
yang rendah, termasuk juga bila menggunakan teknik perhitungan luas area berdasarkan hasil pemotretan dengan kamera SW. Jadi, keakurasian perhitungan
nilai keanekaragaman S, H’ dan J’ menggunakan teknik perhitungan luas area berdasarkan hasil foto dengan kamera yang luas bidang pemotretan lebih besar
kamera WZ, tidak dapat digantikan dengan menggunakan teknik sampel titik acak ataupun teknik perhitungan luas area menggunakan kamera SW bidang
pemotretan lebih kecil.
5.4 Pembahasan
Seiring dengan perkembangan teknologi, baik teknologi kamera digital maupun teknologi komputer termasuk piranti lunaknya, membuat penggunaan
foto bawah air menjadi salah satu alternatif untuk menilai kondisi terumbu karang. Bila dulu sebelum adanya teknologi kamera digital, penggunaan kamera
bawah air selain mahal dari segi peralatan, juga mahal dari segi pemrosesan fotonya. Lagipula foto yang diambil dengan kamera analog tidak langsung
diketahui hasilnya, sehingga mungkin saja hasil foto yang diambil selama penelitian tidak sesuai dengan yang diharapkan. Lain halnya dengan penggunaan
kamera digital yang bisa langsung terlihat hasilnya. Bila hasil fotonya kurang baik, bisa langsung diulang seketika. Selain itu, penggunaan fotografi bawah air
selain diyakini dapat mempercepat pengambilan data di lapangan, juga dapat sebagai foto dokumentasi.
Untuk proses analisis foto, bila dulu sebelum berkembangnya piranti lunak untuk analisis foto, objek yang akan difoto diberi frame yang terbagi atas
beberapa kotak kecil-kecil grid agar bisa diperkirakan luasanpersentase tutupannya atau bila pemotretan tanpa menggunakan frame, maka persentase
tutupan koloni dilakukan secara manual dari foto yang dihasilkan, kini terdapat beberapa piranti lunak untuk pemrosesan analisis fotonya. Piranti lunak yang
dipakai antara lain Sigma Scan Pro, Image J ataupun CPCe. Sigma Scan Pro, merupakan piranti lunak komersil, yang harus dibeli untuk mendapatkannya.