Keanekaragaman karang keras Hasil .1 Analisis biaya dan waktu

64 Gambar 35 Pemilihan sampel titik acak

5.2.4 Analisis data

Berdasarkan proses analisis foto yang dilakukan terhadap setiap frame foto yang dilakukan, maka dapat diperoleh nilai persentase tutupan kategori untuk setiap frame dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: 1. Untuk foto yang dianalis dengan teknik menghitung luas area: ���������� ������� �������� = ���� ���� �������� �������� ���� ���� ����� ���� � 100 2. Untuk foto yang dianalisis dengan pemilihan sampel titik acak: ���������� ������� �������� = �����ℎ ����� �������� �������� ��������� ����� ���� � 100 Selain itu, untuk karang keras HC juga dihitung nilai keanekaragaman seperti jumlah jenis S, indeks keanekaragaman Shannon H’ dan indeks kemerataan Piellou J’ menggunakan rumus yang telah diuraikan pada Bab 3 Metodologi Umum Penelitian. Berdasarkan analisis foto yang dilakukan pada 70 frame dengan dua macam tipe kamera SW dan WZ dimana untuk setiap framenya digunakan delapan macam teknik analisis foto sebagai perlakuan yaitu: teknik menghitung luas bidang area dan teknik pemilihan sampel titik acak dimana banyaknya sampel titik acak yang dipilih yaitu 5, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60, maka tersedia = 65 70 x 2 x 8 = 1120 unit sampel. Dari data yang dihasilkan tersebut kemudian dilakukan beberapa analisis statistik baik yang bersifat grafis maupun statistik inferensi seperti uji statistik menggunakan Analisis Variansi Analysis of Variance = anova untuk rancangan dua faktor dengan pengukuran berulang pada kedua faktor Neter et al. 1996. Anova dilakukan menggunakan program Minitab v16. Selain itu dilakukan pula teknik eksplorasi seperti Multi Dimensional Scaling MDS Clarke and Warwick 2001 untuk melihat posisi masing-masing perlakuan dengan menggunakan Primer v5 Clarke and Gorley 2001.

5.2.5 Efisiensi

Untuk menentukan teknik mana yang lebih efisien maka digunakan analisis biaya dan waktu cost and time analysis, meliputi biaya untuk peralatan kamera yang akan dipergunakan untuk pengambilan foto bawah air dan waktu saat proses analisis foto untuk penyimpanan data kedalam komputer. Biaya-biaya yang lainnya diasumsikan tidak berbeda. Semakin rendah biaya dan waktu yang digunakan, maka semakin efisien teknik tersebut.

5.2.6 Akurasi

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Bab 4 sebelumnya terbukti bahwa hasil yang diperoleh menggunakan metode UPT berdasarkan hasil pemotretan dengan kamera WZ tidak berbeda dengan hasil yang diperoleh menggunakan metode BT dan LIT p0,01. Oleh karena itu, pada penelitian ini diasumsikan bahwa analisis foto yang dihasilkan oleh kamera WZ luas bidang pemotretan yang lebih luas dibanding kamera SW dan dianalis menggunakan teknik menghitung luas area merupakan yang paling akurat. Dengan demikian hasil yang diperoleh dari kamera WZ dan dihitung dengan menggunakan teknik menghitung luas area WZArea dianggap sebagai kontrol untuk perlakuan- perlakuan lainnya yang ingin diuji. Pertimbangan lainnya bahwa WZArea ditetapkan sebagai perlakuan kontrol adalah sebagai berikut: 1. Analisis foto menggunakan cara menghitung luas area semua biota dan substrat yang berada dalam foto dianalogikan dengan melakukan sensus 66 terhadap biota dan substrat yang berada dalam foto tersebut. Analisis foto dengan teknik pemilihan sampel acak merupakan aplikasi dari teknik penarikan sampel, dimana diharapkan hasil yang diperoleh dengan menggunakan sampel titik acak akan mendekati hasil yang diperoleh dengan cara menghitung luas area, yang dalam hal ini dianggap sebagai populasinya. 2. Semakin besar sampel yang diambil, maka akan semakin mewakili populasi yang ingin digambarkan lewat sampel tersebut. Pengambilan foto dengan hasil pemotretan yang lebih luas bisa diartikan sampel yang diambil semakin besar. Sokal and Rohlf 1995 mendefinisikan akurasi sebagai kedekatan suatu pengukuran atau nilai yang diperoleh terhadap nilai yang sesungguhnya. Oleh karena itu untuk menentukan keakurasian suatu teknik analisis foto 5, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 sampel titik acak, hasil analisisnya dibandingkan dengan hasil perlakuan kontrol WZArea. Semakin tinggi akurasi suatu teknik yang dipakai, maka akan semakin berdekatan posisinya dengan WZArea pada gambar hasil analisis MDS. 5.3 Hasil 5.3.1 Analisis biaya dan waktu Analisis biaya dan waktu meliputi biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian peralatan kamera bawah air serta waktu yang diperlukan untuk menganalisis foto hasil pemotretan bawah air. Hasil analisisnya berupa data kuantitatif berupa lembaran data worksheet yang tersimpan dalam komputer yang siap untuk diolah lebih lanjut. Semakin rendah biaya yang harus dikeluarkan serta semakin cepat waktu yang diperlukan untuk menganalis foto per framenya, maka semakin efisien teknik analisis yang dipergunakan.

5.3.1.1 Biaya peralatan kamera bawah air

Biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian kamera bawah air tipe SW berikut pelindungnya relatif lebih murah dibandingkan dengan kamera tipe WZ berikut pelindungnya. Harga tipe kamera WZ berikut pelindungnya sekitar 67 sepuluh jutaan rupiah, atau sekitar dua setengah kali lebih mahal dibandingkan kamera SW beserta pelindungnya yang berharga sekitar empat jutaan rupiah. Dengan demikian, dari segi biaya, penggunaan kamera SW lebih efisien dibandingkan kamera WZ. Ukuran kamera SW yang lebih kecil juga mempermudah dalam pengoperasiannya di bawah air. Meskipun dari segi biaya penggunaan kamera SW lebih efisien dibanding kamera WZ, tetapi karena dalam penelitian ini penekanannya adalah ke luas bidang pemotretan penyebutan tipe kamera hanya untuk mempermudah dalam penyebutan istilah luasan bidang pemotretan, maka untuk faktor biaya mungkin saja efisiensinya menjadi sama. Misalnya kamera yang digunakan tetap kamera SW yang memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibanding kamera WZ, tetapi jarak pemotretan di perjauh sehingga memiliki luas bidang pemotretan yang sama dengan yang dihasilkan kamera WZ.

5.3.1.2 Waktu analisis foto untuk penyimpanan data data entry

Foto yang dihasilkan dari pemotretan bawah air dari pemotretan dengan kamera SW dan WZ dianalisis untuk masing-masing framenya dengan delapan teknik analisis foto yang berbeda yaitu dengan teknik menghitung luas bidang area dan teknik pemilihan sampel titik acak dimana banyaknya sampel titik acak yang dipilih yaitu 5, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 sampel titik acak. Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam menit dalam menganalisis setiap frame foto terdapat total 70 frame dengan menggunakan program CPCe sehingga diperoleh data kuantitatif yang tersimpan dalam bentuk lembaran kerja worksheet dari masing-masing perlakuan berdasarkan tipe kamera dan teknik analisis foto yang digunakan ditampilkan pada Lampiran 9. Analisis pendahuluan menunjukkan bahwa data waktu yang diperlukan untuk analisis foto perlu ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma menggunakan bilangan dasar e ln = natural logarithm. Hasil anova Tabel 9 menunjukkan adanya perbedaan waktu yang diperlukan untuk menganalisis data dari setiap frame foto p 0,01. Keadaan seperti ini merupakan sesuatu yang wajar dan sering terjadi. Berdasarkan pengalaman selama menganalisis foto, semakin banyak jumlah kehadiran maupun keragaman biota dan substrat yang ada dalam suatu frame maka semakin lama waktu yang diperlukan. Sebagai 68 contoh misalnya, frame foto yang terdiri hanya pasir saja, pasti akan lebih cepat untuk dianalisis bila dibandingkan dengan frame foto yang terdiri dari beranekaragam jenis karang. Tabel 9 Nilai p terhadap waktu analisis foto frame berdasarkan hasil anova untuk rancangan dua faktor dengan pengukuran berulang pada kedua faktor frame acak, faktor kamera acak dan faktor teknik tetap. Data ditransformasikan ke bentuk ln Sumber variasi Nilai p Frame 0,000 Kamera 0,985 Teknik 0,000 KameraTeknik 0,009 Selain itu, hasil anova Tabel 9 menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk menganalisis foto tidak berbeda secara nyata pada analisis yang dilakukan terhadap hasil pemotretan dengan dua macam kamera yang berbeda p 0,01. Meskipun begitu, terlihat bahwa teknik analisis foto yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan analisis p 0,01 Tabel 8. Gambar 36 menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk analisis foto akan meningkat dengan semakin banyaknya sampel titik acak yang dipilih untuk setiap frame foto, baik dari hasil pemotretan menggunakan kamera SW maupun WZ. Pada proses analisis foto yang dihasilkan dari kamera SW, waktu yang diperlukan untuk menganalisis foto menggunakan teknik menghitung luas area relatif tidak berbeda bila dibandingkan dengan waktu yang diperlukan dengan teknik pemilihan 60 sampel titik acak. Tetapi bila analisis datanya dilakukan berdasarkan hasil pemotretan menggunakan kamera WZ, maka waktu yang diperlukan untuk penyimpanan data dengan teknik menghitung luas area akan sedikit lebih lama dibandingkan dengan teknik pemilihan 60 sampel titik acak Gambar 36. Adanya perbedaan tersebut ditunjukkan oleh nilai p 0,01 untuk sumber variasi interaksi antara Kamera dan Teknik KameraTeknik Tabel 9.