Perumusan Masalah Evaluasi metode transek foto bawah air untuk penilaian kondisi terumbu karang

17

1.8 Kebaruan

Terdapat beberapa kebaruan novelties dari penelitian ini, yaitu: 1. Metode pengambilan sampel untuk menilai kondisi terumbu karang yang disebut dengan nama metode Transek Foto Bawah Air UPT = Underwater Photo Transect. Pada penggunaan metode UPT ini, pengambilan sampel dilakukan dengan cara melakukan pemotretan bawah air di setiap interval jarak 1 m sepanjang garis transek. Pemotretan dilakukan mulai meter ke-1 sebagai ”Frame 1”, hingga meter ke-70 sebagai ”Frame 70”. Frame bernomer ”ganjil” 1, 3, 5,...,69 diambil pada bagian sebelah kiri garis transek, sedangkan untuk frame dengan nomor genap 2, 4, 6,...,70 diambil pada bagian sebelah kanan garis transek. Penggunaan garis transek hanya sebagai garis bantu untuk mencegah kesalahan orientasi saat pemotretan, misalnya penentuan jarak antar frame, kedalaman dan arah. 2. Teknik analisis foto serta luas bidang hasil pemotretan per framenya berkaitan dengan tipe kamera yang dipakai yang menghasilkan nilai dugaan selain akurat juga efisien dalam kaitannya dengan penggunaan metode UPT untuk penilaian kondisi terumbu karang. 3. Panjang garis bantu transek yang optimal dalam penggunaan metode UPT untuk penilaian kondisi terumbu karang. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terumbu Karang

Terumbu karang coral reef merupakan ekosistem laut dangkal yang terbentuk dari endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat CaCO 3 Carpenter et al. 1981 melaporkan bahwa ada hubungan yang erat antara persentase tutupan karang hidup dengan kelimpahan maupun keanekaragaman jenis ikan karang. Hutomo dan Adrim 1986 juga mendapatkan korelasi yang positif antara persentase tutupan karang hidup dengan keanekaragaman ikan karang. Berdasarkan kenyataan tersebut, beberapa pakar terumbu karang menilai kondisi terumbu karang di suatu lokasi berdasarkan dari persentase tutupan karang hidupnya. Sukarno 1989 menilai kondisi terumbu karang sebagai ”sangat baik” bila tutupan karang hidupnya lebih dari 75, kondisi ”baik” yang dihasilkan terutama oleh hewan karang Filum Cnidaria, Kelas Anthozoa, Ordo Scleractinia, serta alga berkapur calcareous algae dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat Nybakken 1986, White 1987. Tipe terumbu karang di Indonesia bisa dikelompokkan kedalam 4 kelompok yaitu fringing reef terumbu karang tepi, barrier reef terumbu karang penghalang, patch reef takatterumbu karang yang belum mencapai permukaan dan atoll terumbu karang cincin Suharsono 2007. Karang coral, terbagi atas dua kelompok yaitu karang hermatifik dan karang ahermatifik. Karang hermatifik merupakan kelompok karang yang memiliki kemampuan menghasilkan terumbu, sedangkan karang ahermatifik merupakan kelompok karang yang tidak memiliki kemampuan menghasilkan terumbu. Karang, yang terdiri dari polip yang memiliki tentakel, merupakan hewan invertebrata. Tentakelnya bergerak di dalam air dan berfungsi sebagai alat penangkap makanan. Setiap polip mengeluarkan endapan kapur yang disebut skeleton, yang merupakan tempat tinggalnya. Ribuan polip tumbuh dan bergabung menjadi satu oleh skeletonnya membentuk koloni karang. Jadi, yang dimaksud dengan karang merupakan hewan polip karang beserta skeletonnya Gambar 7.