4 PERBANDINGAN ANTARA METODE TRANSEK FOTO BAWAH AIR DENGAN TRANSEK SABUK
DAN TRANSEK GARIS INTERSEP
4.1 Pendahuluan
Sampai dengan awal tahun 2000-an, penelitian dengan melakukan pemotretan bawah air masih sangat terbatas. Hal ini dikarenakan untuk
melakukan pemotretan bawah air diperlukan biaya yang relatif mahal, baik dari segi biaya peralatan kamera maupun dari segi pemrosesan fotonya. Hasil
pemotretannya pun belum tentu sesuai dengan yang diharapkan. Penggunaan kamera analog dengan kapasitas film yang terbatas untuk setiap roll-nya + 36
film saja dirasakan sangat tidak praktis. Peneliti harus membatasi keinginannya untuk memotret hanya obyek-obyek yang sudah direncanakannya sebelum turun
menyelam. Naik ke perahu setelah film habis untuk mengganti dengan roll film yang baru dimungkinkan meskipun tidak praktis dan juga mengandung resiko
bagian dalam kamera terkena air laut. Selain itu, hasil foto kamera analog harus diproses dulu di laboratorium foto untuk dicetak di atas kertas khusus foto. Jadi,
bila terjadi kesalahan teknis dalam pengambilan foto foto kurang jelas gambarnya, maka hilanglah kesempatan mendokumentasikan obyek, yang
berarti pula kehilangan informasi penting dalam penelitian. Perkembangan teknologi yang pesat pada teknologi kamera digital
membuat penggunaan foto bawah air menjadi salah satu alternatif untuk menilai kondisi terumbu karang. Penggunaan kamera analog yang digantikan dengan
penggunaan kamera digital dirasa jauh lebih praktis bagi penggunanya. Kapasitas film yang bisa memuat ratusan foto, dan hasil fotonya yang bisa langsung dilihat
beberapa detik setelah pemotretan menjadi nilai lebih dari kamera digital dibandingkan dengan kamera analog. Perkembangan teknologi komputer
termasuk piranti lunaknya juga menambah kepraktisan dalam menganalisis foto bawah air. Bila dulu sebelum berkembangnya piranti lunak untuk analisis foto,
objek yang akan difoto diberi frame yang terbagi atas beberapa kotak kecil-kecil grid agar bisa diperkirakan luasanpersentase tutupannya atau bila pemotretan
tanpa menggunakan frame, maka persentase tutupan koloni dilakukan secara
36
manual dari foto yang dihasilkan, kini terdapat beberapa piranti lunak untuk analisis fotonya. Piranti lunak yang dipakai antara lain Sigma Scan Pro, Image J
ataupun CPCe. Metode Transek Foto Bawah Air atau Underwater Photo Transek UPT
merupakan metode penelitian yang memanfaatkan perkembangan teknologi, baik teknologi kamera digital maupun teknologi komputer termasuk piranti lunaknya.
Metode UPT ini diharapkan bisa menjadi salah satu metode alternatif untuk menilai kondisi terumbu karang. Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah
apakah metode tersebut dapat dipakai untuk menilai kondisi terumbu karang. Oleh karena itu penggunaan metode UPT perlu dikaji lebih mendalam, termasuk
melakukan kajian perbandingan antara hasil yang diperoleh menggunakan metode UPT dengan hasil yang diperoleh menggunakan metode lain yang telah
dikenal dan umum dipakai dalam penelitian penilaian kondisi terumbu karang. Misalnya dengan metode Transek Sabuk atau Belt transect BT Hill and
Wilkinson 2004, Oliver et al. 2004 dan Transek Garis Intersep atau Line Intercept Transect LIT English et al. 1997, Mundy 1990, Hill and Wilkinson
2004, Oliver et al. 2004. Berdasarkan hal tersebut, maka pada bagian ini akan dilakukan kajian perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan menggunakan
metode UPT dengan metode BT dan UPT. Hasil kajian tersebut diharapkan dapat menjawab pertanyaan tentang apakah penggunaan metode UPT dapat dipakai
untuk menilai kondisi terumbu karang.
4.2 Bahan dan Metode 4.2.1 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di sepuluh lokasi penelitian di Kepulauan Seribu Tabel 1. Untuk masing-masing lokasi penelitian dipilih satu stasiun, sehingga
seluruhnya terdapat sepuluh stasiun penelitian. Urutan stasiun dilakukan berdasarkan urutan penelitian di lapangan. Posisi koordinat lintang dan bujur
stasiun penelitian di masing-masing lokasi pulau disajikan pada Lampiran 2.