Karang keras HC Persentase tutupan biota dan substrat

7 PEMBAHASAN UMUM

7.1 Beragam Pilihan Dalam Penggunaan Metode Transek Foto Bawah Air

Berdasarkan uraian pada Bab 4 tentang kajian perbandingan antara metode Transek Sabuk BT = Belt transect, Transek Garis Intersep LIT = Line Intercept Transect dan Transek Foto Bawah Air UPT = Underwater Photo Transect, dinyatakan bahwa metode UPT dapat dijadikan sebagai metode alternatif untuk menilai kondisi terumbu karang. Pada kajian tersebut, metode UPT menggunakan panjang transek 70 m sehingga terdapat 70 frame foto dan analisis fotonya menggunakan teknik menghitung luas area berdasarkan hasil pemotretan dengan kamera WZ yang menghasilkan luas bidang pemotretan 58cmx44cm = 2552 cm 2 per framenya. Untuk metode BT menggunakan panjang transek 70 m dan lebar transek 2 m sehingga luas transeknya = 2x70 m 2 = 140 m 2 1. menggunakan teknik pemilihan 10 sampel titik acak, untuk menduga hanya persentase tutupan karang keras; . Sedangkan untuk metode LIT menggunakan panjang transek 70 m. Pada Bab 5 tentang efisiensi dan akurasi dari proses analisis foto dinyatakan bahwa ada tiga teknik yang dapat dipilih untuk analisis foto, tergantung pada tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu: 2. menggunakan teknik pemilihan 30 sampel titik acak, untuk menduga semua kelompok biota dan substrat sekaligus kelompok HC, DS, ALG, OF dan ABI; 3. menggunakan teknik menghitung luas area, untuk menduga semua kelompok biota dan substrat sekaligus serta menduga nilai keanekaragaman karang keras seperti jumlah jenis S, indeks keanekaragaman Shannon H’ dan indeks kemerataan Piellou J’ Pada pilihan 1 dan 2 diatas, untuk setiap frame yang dianalisis memiliki luas bidang pemotretan 40 x 30 cm 2 = 1200 cm 2 . Sedangkan pada pilihan 3 di atas, setiap frame yang dianalisis memiliki luas bidang pemotretan 58 x 44 cm 2 = 2552 cm 2 . 104 Hasil yang diuraikan pada Bab 5 tentang optimalisasi panjang transek pada penggunaan metode UPT menunjukkan bahwa untuk menduga persentase tutupan karang keras HC bisa digunakan perlakuan M atau 1m_1-1021-30, sedangkan untuk menduga persentase tutupan kelompok biota dan substrat sekaligus HC, DS, ALG, OF dan ABI digunakan perlakuan C atau 1m_1-50. Perlakuan C juga bisa digunakan untuk membandingkan keanekaragaman antar stasiun penelitian menggunakan nilai keanekaragaman seperti jumlah jenis S, indeks keanekaragaman Shannon H’ dan indeks kemerataan Piellou J’. Perlakuan M 1m_1-1021-30 adalah perlakuan dengan panjang garis transek 2x10 m dimana pengambilan foto dilakukan pada frame ke-1 hingga frame ke-10 dan frame ke-21 hingga frame ke-30. Sedangkan perlakuan C 1m_1-50 adalah perlakuan dimana panjang garis transek adalah 50 m dan pengambilan fotonya dilakukan mulai frame ke-1 hingga frame ke-50. Meskipun pengambilan data pada perlakuan M sepanjang 2 x 10 m garis transek, namun harus dianggap sebagai satu kesatuan, bukan sebagai 2 replikasi sehingga data tersebut bukan sebagai replikasi semu pseudo-replicates Hulbert 1984, Portier et al. 2000. Uji statistik menggunakan data yang mengandung replikasi semu dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan, dimana seolah-olah terjadi perbedaaan yang signifikan antar faktor yang diuji walaupun pada kenyataannya tidak ada pengaruh dari faktor tersebut Portier et al. 2000. Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh tersebut maka untuk menilai kondisi terumbu karang dapat digunakan metode UPT dengan beberapa pilihan yaitu: 1. UPT M_10titik. 2. UPT C_30titik. 3. UPT C_Area. Masing-masing pilihan tersebut akan diuraikan lebih rinci pada sub bab di bawah ini, termasuk pengujian ulang hasil yang diperoleh dari setiap pilihan UPT tersebut dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode BT dan LIT, serta tingkat efisiensinya. 105

7.1.1 Pilihan UPT M_10titik

Pilihan UPT M_10titik yaitu pengambilan sampel menggunakan metode UPT dengan perlakuan M 1m_1-1021-30 dan teknik analisis foto menggunakan 10 sampel titik acak berdasarkan hasil foto dengan bidang luasan minimal 1200 cm 2 per framenya. Luas bidang 1200 cm 2 per frame dihasilkan dari pemotretan menggunakan kamera SW dengan jarak pemotretan 60 cm dari dasar dan tanpa menggunakan pembesaran zoom. Jika menggunakan kamera tipe lain, maka jarak pemotretan atau zoom diatur sedemikian rupa sehingga luas bidang pemotretannya per framenya minimal = 40 cm x 30 cm = 1200 cm 2 . Pilihan ini dilakukan bila tujuan penelitian hanya untuk mengetahui persentase tutupan karang keras HC saja. Selain itu, pilihan ini juga bisa dilakukan bila kemampuan sumberdaya manusia yang ada sangat terbatas, dimana hanya bisa membedakan antara kelompok karang keras dan bukan kelompok karang keras. Jadi, dengan kemampuan sumberdaya manusia yang terbatas, penelitian tetap bisa dilakukan dengan hasil yang tidak berbeda nyata dengan hasil yang diperoleh dengan metode BT maupun LIT. Pada Bab 4, hasil anova membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan p 0,01 antara persentase tutupan karang keras HC yang dihitung dengan metode BT, LIT dan UPT. Pada anova tersebut, metode UPT yang diuji menggunakan panjang transek 70 m dan fotonya dianalisis menggunakan teknik menghitung luas area. Bagaimana bila metode UPT yang digunakan menggunakan pilihan UPT M_10titik perlakuan M dengan proses analisis foto menggunakan pemilihan 10 sampel titik acak? Pengujian ulang menggunakan anova terhadap data persentase tutupan HC yang diperoleh menggunakan pilihan UPT M_10titik terhadap hasil yang diperoleh dengan metode BT dan LIT Lampiran 20 juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persentase tutupan HC yang diperoleh dengan metode BT, LIT maupun UPT M_10titik p 0,01 Tabel 27. Jadi, untuk menduga persentase tutupan HC, bisa digunakan metode UPT menggunakan perlakuan M dengan teknik analisis foto menggunakan pemilihan 10 sampel titik acak.