Dengan demikian, seluruh siswa telah tuntas dalam mengikuti pembelajaran materi laporan keuangan dan jurnal penutup pada siklus akuntansi perusahaan
jasa. Berikut disajikan rangkuman peningkatan pemahaman siswa pada siklus I
dan siklus II berdasarkan kategorinya:
Tabel 5.33 Rangkuman Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siklus I
dan Siklus II Berdasar Kategori
No Interval
Skor Jumlah
Persentase Kategori
Siklus I Siklus II
Siklus I Siklus II
Pre- test
Post- test
Pre- test
Post- test
Pre- test
Post- test
Pre- test
Post- test
1 81-100
1 3
16 4,35
13,04 69,57
Sangat Paham 2
66-80 5
10 15
7 21,74
43,48 65,22
30,43 Paham
3 56-65
11 7
47,83 30,43
0,00 0,00
Cukup Paham 4
46-55 2
1 8,70
0,00 4,35
0,00 Tidak Paham
5 0-45
5 5
4 21,74
21,74 17,39
0,00 Sangat Tidak
Paham
Jumlah 23
23 23
23 100
100 100
100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat adanya peningkatan pemahaman siswa. Pada kegiatan pre-test siklus I, secara keseluruhan kelas XI IPS SMA Santo
Mikael Sleman masuk dalam kategori tidak paham rata-rata = 54,96 nilai ini dapat dilihat pada lapiran 24, halaman 263, selanjutnya kegiatan post-
testsecara keseluruhan kelas masuk dalam kategori cukup paham rata-rata = 59,74 nilai ini dapat dilihat pada lampiran 32, halaman 305. Pada
kegiatanpre-testsiklus II, secara keseluruhan kelas masuk dalam kategori cukup paham rata-rata = 58,70 nilai ini dapat dilihat pada lampiran 40,
halaman 319, dan pada kegiatan post-test masuk dalam kategorisangat paham rata-rata = 92,39 nilai ini dapat dilihat pada lapiran 47, halaman 346.
C. Pembahasan 1.
Peningkatan minat belajar siswa sesudah penerapan TGT
Dari deskripsi data dan analisis komparasi, minat belajar siswa terus mengalami perbaikan. Peningkatan ini terlihat dari hasil kuesioner siswa,pada
awal sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, minat belajar siswa secara keseluruhanrata-rata = 73,39 berada pada kategori
sangat rendah. Peningkatan terjadi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I, secara keseluruhan minat belajar siswa
rata-rata =107,22 berada pada kategori cukup tinggi dan cenderung meningkat karena tujuh atau 26,09 orang siswa berada pada kategori minat
belajar yang tinggi dan satu atau 4,35 orang siswa berada pada kategori minat yang sangat tinggi. Demikian pula pada siklus II, rata-rata minat belajar
siswa mengalami peningkatan rata-rata = 116,91 berada pada kategoritinggi. Peningkatan ini merupakan akibat penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT yang dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut karena guru mitra mampu melaksanakan mekanisme pembelajaran dan mengelola kelas dengan
cukup baik saat pelaksanaan tindakan. Peningkatan minat para siswa sangat terlihat dari semangat mereka untuk mengikuti setiap kegiatan yang ada,
mulai dari kegiatan pre-test, penjelasan materi, kegiatan teams, kegiatangames, kegiatantournament dan seterusnya. Peningkatan minat
belajar para siswa juga terlihat dari hasil pengisian kuesioner minat belajar, dimana terus mengalami peningkatan mulai dari sebelum penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT sampai pada setelah penerapan model pembelajaran tersebut pada siklus II.
2. Peningkatan pemahaman sesudah penerapan TGT
Pemahaman para siswa terus meningkat mulai dari siklus I dan siklus II. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang mampu memenuhi KKM pada siklus I,
dimana pada kegiatan pre-test sebanyak 4 siswa memenuhi KKM dan meningkat menjadi 10 siswa pada kegiatan post-test. Selanjutnya, terjadi
peningkatan juga setelah penerapan pada siklus II dimana semua siswa yang hadir pada saat pelaksanaan siklus II telah mampu memenuhi KKM.
Peningkatan ini terjadi karena penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berjalan dengan sangat baik dan lancar. Siswa menjadi lebih
bersemangat untuk belajar karena kegiatan pembelajaran melibatkan semua siswa yang ada di dalam kelas. Siswa lebih mempunyai kesempatan yang
lebih untuk memahami materi yang sedang dipelajari karena setiap kegiatan yang ada selalu melibatkan partisipasi siswa dan setiap kegiatan yang
dilakukan dimaksudkan untuk membuat para siswa memahami materi yang sedang mereka pelajari. Selain setiap kegiatan yang ada dimaksudkan untuk
memahami materi yang sedang dipelajari, setiap siswa juga dapat saling membantu untuk memahami materi dan juga dapat bertanggungjawab
terhadap diri sendiri sehingga membuat pemahaman siswa menjadi meningkat.
149
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas XI IPS SMA Santo Mikael Sleman pada materi laporan keuangan dan jurnal penutup
pada siklus akuntansi perusahaan jasa. Peningkatan ini tampak dari rata-rata minat belajar siswa, dimana pada awal = 73,83, siklus I = 107,22 dan siklus II
= 116,91. Dari rata-rata minat belajar siswa mulai dari sebelum penerapan sampai pada selesainya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGTpada siklus II dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan minat belajar siswa sebelumdan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT. 2.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menigkatkan pemahaman siswa kelas XI SMA
Santo Mikael Sleman pada materi laporan keuangan dan jurnal penutup pada siklus akuntansi perusahaan jasa. Peningkatan ini terlihat dari jumlah jumlah
siswa yang mampu memenuhi KKM pada siklus I, dimana pada kegiatan pre- test ada 4 orang siswa yang memenuhi KKM dan meningkat menjadi 10
orang siswa pada kegiatan post-test. Padasiklus II, seluruh siswa mampu memenuhi KKM dengan nilai rata-rata 92,39.