Ruang Lingkup Buku Guru Agama Buddha Kelas VIII

4 Buku Guru Kelas VIII Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama Pasal 2 Ayat 1. Selanjutnya, disebutkan bahwa pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Pasal 2 Ayat 2. Tujuan pendidikan agama sebagaimana yang disebutkan di atas itu juga sejalan dengan tujuan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti yang meliputi tiga aspek dasar, yaitu pengetahuan pariyatti, pelaksanaan patipatti dan penembusanpencerahan pativedha. Pemenuhan terhadap tiga aspek dasar yang merupakan suatu kesatuan dalam metode Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti ini yang akan mengantarkan peserta didik kepada moralitas yang luhur, ketenangan dan kedamaian, dan akhirnya dalam kehidupan bersama akan mewujudkan perilaku yang penuh toleran, tenggang rasa, dan cinta perdamaian.

D. Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Berbasis Aktivitas

Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti PAB di sekolah merupakan mata pelajaran yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar dalam belajar beragama Buddha. Pembelajaran PABBP merupakan proses membelajarkan peserta didik untuk menjalankan pilar-pilar keberagamaan. Pilar ajaran Buddha diuraikan melalui Empat Kebenaran Mulia, Ajaran Karma dan Kelahiran Kembali, Tiga Corak Kehidupan, dan Hukum Saling Kebergantungan. Selanjutnya pilar-pilar tersebut dijabarkan dalam ruang lingkup pembelajaran PABBP di sekolah yang meliputi aspek sejarah, keyakinan, kemoralan, kitab suci, meditasi, dan kebijaksanaan. Beberapa prinsip pembelajaran berbasisi aktivitas yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran PAB meliputi:

1. Pembelajaran Berpusat Pada Peserta Didik

Prinsip ini menekankan bahwa peserta didik yang belajar sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, setiap peserta didik memiliki perbedaan antara satu dan yang lainnya, dalam minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan gaya belajar. Sebagai makhluk sosial, setiap peserta didik memiliki kebutuhan berinteraksi dengan orang lain. Berkaitan dengan ini, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat ajar, dan cara penilaian perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.