5.2.4 Desa Pecatu
Desa Pecatu di Kecamatan Kuta Selatan dengan Pura Uluwatu, sebagai salah satu tempat pemujaan masyarakat Bali memiliki posisi sangat penting dalam
kegiatan Agama Hindu, dewasa ini menjadi pusat kegiatan pariwisata dalam skala nasional dan internasional. Dengan karakteristik pantai dan tebing yang indah dan
udara hangat, wilayah Kuta Selatan berkembang cepat, menjadi incaran investor untuk pembangunan berbagai aspek sarana pariwisata. Sebelum berkembangnya
pariwisata, sebagian besar masyarakat di Desa Pecatu hidup dengan bertanam padi tadah hujan dan palawija sebagai sumber mata pencaharian utama. Sulitnya
kondisi perekonomian menyebabkan banyak masyarakat Pecatu mengikuti program transmigrasi. Dengan dibangunnya kampus Universitas Udayana di
Bukit dan dikembangkannya Kawasan Nusa Dua dan Pecatu menjadi alternatif pengembangan pariwisata di Badung Selatan maka Desa Pecatu berkembang
menjadi kawasan pariwisata. Dari hasil diskusi group terfokus dengan tokoh masyarakat Pecatu, dewasa ini pendapatan dari hasil kunjungan wisatawan ke
Uluwatu mencapai Rp.21.000.000.000 setiap tahunnya dan setelah membayarkan kewajiban desa ke pemerintah daerah, sisanya dibagikan ke tiga banjar di Desa
Pecatu masing-masing Rp. 6.000.000.000 untuk kesejahteraan masyarakat.
5.3 Deskripsi Pariwisata dan Ekonomi Kabupaten Badung 5.3.1 Perkembangan Pariwisata Kabupaten Badung
Sejalan dengan tantangan dan dinamika Otonomi Daerah, Pemerintah Kabupaten Badung melakukan kajian dan tindakan inovatif dalam menggerakkan
perekonomian untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan aset potensial secara profesional berdampak positif bagi perekonomian daerah.
Dinas Pariwisata Badung 2014: 5 menyatakan bahwa dari keseluruhan pendapatan asli daerah Badung, sejumlah sembilan puluh persen merupakan
kontribusi dari hasil pariwisata dan tujuh puluh persen dari padanya berasal dari PHR. Pesatnya pertumbuhan pariwista di daerah Kuta dan Jimbaran dengan
berdirinya hotel-hotel berbintang, restoran berkualitas internasional dan didukung oleh sarana penunjang lainnya seperti tersedianya sarana-sarana yang menyiapkan
keperluan wisatawan berkontribusi terhadap peningkatnya PDRB Badung. Untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata pemerintah menaruh perhatian
khusus dan visi dan misi pengembangan pariwisata yang selektif dan bervariatif. Pengembangan pariwisata menurut pandangan Fridgen 1996: 219-221
mendatangkan dampak positif dan dampak negatif, harus diantisipasi oleh Pemerintah Kabupaten Badung untuk menjaga keseimbangan antara besarnya
dampak positif benefits yang didapat, dibandingkan dengan kerugian costlost yang diterima oleh pemerintah dan yang dinikmati oleh masyarakat Kabupaten
Badung. Langkah-langkah untuk menghindari rusaknya lingkungan, menurunnya kualitas air akibat exploitasi berlebihan untuk pariwisata, hilangnya tanah
pertanian tulang punggung budaya masyarakat merupakan priorias utama yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Badung. Sejalan dengan Fridgen,
secara umum dampak positif dari pertumbuhan pariwisata di Kabupaten Badung dapat dilihat dari: 1 Semakin terbukanya peluang kerja bagi masyarakat
increase in employment, 2 munculnya kegiatan usaha baru dan beragam Stimulation and increase in business diversity yaitu mulai dari berkembanganya
perekonomian mikro sampai dengan pertumbuhan investasi dalam sekala besar, 3 meningkatnya perdagangan barang dan jasa di Kabupaten Badung. Dampak
positif pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat yang diterapkan di Kabupaten Badung Selatan khususnya oleh manajemen pengelola obyek wisata khususnya
Obyek Wisata Uluwatu terlihat dari partisipasi masyarakat terlihat dalam penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat yang dilibatkan sebagai karyawan,
terciptanya kegiatan usaha kecil di sekitar daya tarik wisata dengan menyiapkan tempat usaha bagi masyarakat untuk berjualan menyiapkan kebutuhan wisatawan
dan pengunjung lainnya yang berkunjung ke Uluwatu. Konsep pengembangan ekonomi makro yang diterapkan kepada masyarakat lokal khususnya masyarakat
Uluwatu telah menghasilkan dampak positif berupa peningkatan kehidupan ekonomi kemasyarakatan yang dinikmati oleh masyarakat Uluwatu. Dampak
positif yang dirasakan oleh masyarakat antara lain: 1 tumbuhnya kebanggaan masyarakat dengan dikembangkannya daya tarik wisata di daerahnya increase in
community pride and concern for community history, culture, attraction, and artifacts
, 2 menggali potensi seni pertunjukan di masyarakat untuk dipersembahkan kepada wisatawan yang berkunjung ke Uluwatu berdampak
terhadap kesejahteraan masyarakat dan menurunnya kemiskinan di desa Pecatu. Sedangkan dampak negatif dari pengembangan pariwisata di Kabupaten
Badung dapat dilihat dari: 1 hilangnya tanah persawahan akibat pemanfaatan yang berlebihan untuk kebutuhan pariwisata dan dampak negatif lainnya yang
berujung pada rusaknya lingkungan damage to the environment, 2 meningkatnya penduduk urban dan tersedianya sarana transportasi pribadi
berdampak terhadap kemacematan lalu lintas increse in number of people and
vehicle, resuslting in congestion , dan 3 bertumbuhnya investasi dalam sekala
besar berdampak terhadap semakin meningkatnya biaya hidup bagi orang miskin. Visi Pemerintah Kabupaten Badung yaitu mengembangkan pariwisata
berkelanjutan berkualitas, ramah lingkungan dan berwawasan budaya dengan melibatkan masyarakat sejalan dengan pandangan Mowforth dan Munt, 2009:
98-99 tentang pengembangan pariwisata berkelanjutan yaitu: 1 menjaga kehidupan sosial yang harmonis social sustainability dari dampak negatif
pengembangan pariwisata didaerah tujuan wisata tertentu, 2 memberikan pendidikan kepada masyarakatsebagai penerus tradisi agar mampu menjaga
keberlangsungan warisan budaya secara berkelanjutan cultural sustainability dari pengaruh negatif budaya luar, 3 menjaga agar perkembangan pariwisata
menjadi kekuatan bagi sumber pertumbuhan perekonomian berkelanjutan economic sustainability, bagi bagi masyarakat luas dan sanggup memberi
dampak positif terhadap mengentasan kemiskinan poverty reduction, 4 menjaga pelestarian lingkungan dan sumber daya alam yang terbatas
environmental sustainability untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan, 5 mendidik masyarakat sebagai sebuah proses education element untuk saling
mengerti dan saling menghormati antara wisatawan dan masyarakat sebagai tuan rumah host dan secara bersama-sama menjaga pertumbuhan pariwisata tanpa
merusak lingkungan melalui peningkatkan pembelajaran sosial budaya masyarakat, 6 memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi
secara langsung dalam pengelolaan pariwisata dan 7 melakukan pelestarian terhadap peninggalan bersejarah cultural heritage melalui bantuan kerjasama
dengan United Nations Educational Sience and Cultural Organization UNESCO untuk merestorasi bangunan kuno.
Pengembangan pariwisata di Badung Selatan khususnya pengelolaan daya tarik wisata Uluwatu, dilakukan melalui proses panjang dengan tahapan yang
memakan waktu lama dengan melibatkan masyarakat didampingi oleh pimpinan non-formal setempat Yoppe, 1996. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Fridgen 1996: 219-221 yang menyatakan bahwa pengembangan pariwisata memerlukan waktu panjang dengan melibatkan masyarakat dari perencanaan
menuju kepada perkembangan pembangunan fisik sampai pemberian layanan yang diberikan kepada wisatawan. Selama proses pengembangan obyek wisata,
masyarakat diberikan pemahaman agar tujuan wisata Uluwatu mampu berperan positif di dalam pengentasan kemiskinan bagi masyarakat lokal. Dinamisnya
perkembangan obyek wisata Uluwatu, menuntut pengelolaan obyek wisata yang profesional dan mandiri. Obyek wisata Uluwatu yang awalnya dikelola oleh Desa
Adat, sejak bulan Juni 2014 dikelola oleh manajeman yang berdiri sendiri. Dampak positif pengelolaan berbasis masyarakat yang diterapkan oleh
manajemen pengelola obyek wisata Uluwatu sejalan dengan yang dinyatakan Fridgen 1996 terlihat dari partisipasi masyarakat di dalam pengelolaan
pariwisata dan penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat yang dilibatkan sebagai karyawan increase in employement, terciptanya kegiatan usaha kecil di
sekitar daya tarik wisata stimulation of business activity dengan menyiapkan tempat usaha bagi masyarakat untuk berjualan menyiapkan kebutuhan wisatawan
mancanegara dan wisatawan nusantara serta para pengunjung lainnya yang berkunjung ke Uluwatu. Konsep pengembangan ekonomi makro yang diterapkan
kepada masyarakat lokal khususnya masyarakat Uluwatu telah menghasilkan dampak positif berupa peningkatan kehidupan ekonomi kemasyarakatan yang
dinikmati oleh masyarakat Uluwatu. Dampak positif lainnyayang dirasakan oleh masyarakat: 1 tumbuhnya kebanggaan masyarakat dengan dikembangkannya
daya tarik wisata di daerahnya increase in community pride and concern for community history, culture, attraction, and artifacts
, 2 dengan menggali potensi seni pertunjukan yang tersedia di masyarakat untuk dipersembahkan secara teratur
kepada wisatawan yang berkunjung ke Uluwatu berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat dan menurunnya kemiskinan di desa Pecatu.
Untuk mencapai tingkat perkembangan yang direncanakan untuk tahun 2000-2013 dari indikator-indikator perkembangan pariwisata yang tersedia,
Pemerintah Kabupaten Badung menggunakan empat indikator yang diukur untuk memperkuat landasan misi pemerintah untuk mengetahui dampak perkembangan
pariwisata terhadap peningkatan kinerja perekonomian. Indikator ini merupakan indikator utama untuk melihat sejauh mana dampak perkembangan pariwisata di
Kabupaten Badung dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomi bagi masyarakat miskin di daerah Kabupaten Badung dan sejauh mana pendapatan
yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Badung melalui kontribusi dari pemasukan pajak kegiatan perdagangan hotel dan restoran dapat dimanfaatkan
untuk pengentasan kemiskinan di Kabupaten Badung. Indikator-indukator yang dimaksud adalah: 1 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan
nusantara yang datang ke Kabupaten Badung, 2 jumlah penerimaan pajak hotel dan restoran khususnya yang bersumber dari Badung Selatan sebagai kontributor
PHR terbesar untuk Kabupaten Badung, 3 peningkatan lama tinggal wisatawan, dan 4 pengeluaran wisatawan selama mereka tinggal di Kabupaten Badung.
Variabel perkembangan pariwisata selanjutnya terlihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Perkembangan Beberapa Indikator Pariwisata
Di Kabupaten Badung X1
Jumlah Kunjungan
Wisatawan orang X1.1
Kontribusi PHR Dalam Jutaan
X1.2 Lama Tinggal