Kinerja Perekonomian Kabupaten Badung

pemerintah terhadap pengembangan pariwisata berdampak semakin menambah semerawutnya pembangunan pariwisata dan mempercepat terdegradasinya sumber-sumber air bersih dan rusaknya lingkungan, sumber daya alam dan hilangnya jalur hijau semakin tidak jelasnya rencana pengembangan pariwisata di Kabupaten Badung, 4 pemilikan dan pengelolaan pariwisata berbasis kapitalis dengan modal besar, tidak mungkin dilakukan orang lokal. Masyarakat lokal akan menjadi penonton di daerahnya sendiri tanpa berdaya untuk menikmati hasil pariwisata, 5 lemahnya daya tahan masyarakat Badung memperlemah ketahanan budaya dan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, 6 laju pertumbuhan pariwisata berbanding lurus dengan kehancuran yang ditimbulkan oleh pariwisata itu sendiri seperti bergesernya pola hidup masyarakat menjadi rasionalis, 7 semakin besarnya jumlah penduduk urban dari tahun ketahun berdampak terhadap terjadinya perubahan demografi, dengan semakin bergesernya norma-norma kehidupan masyarakat dan semakin terdesaknya penduduk lokal, 8 semakin bergesernya pola hidup masyarakat mengikuti pola hidup konsumtif, 9 pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja didominasi oleh masyarakat pendatang. Dengan hidup hemat, disiplin dengan etos kerja lebih tinggi dari masyarakat lokal berdampak dengan semakin terdesaknya masyarakat lokal, memunculkan masyarakat miskin dan semakin terpinggirkan di daerahnya sendiri.

5.3.2 Kinerja Perekonomian Kabupaten Badung

Hasil kinerja perekonomian Kabupaten Badung terlihat dari meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto PDRB secara signifikan selama tahun 2010- 2013 yaitu: Rp. 14.926.782.410.000 Pada tahun 2010, Rp. 16.403.381.180.000 pada tahun 2011, Rp. 18.996.102.980.000 pada tahun 2012 dan Rp.20.988.078.2000.000 pada tahun 2013 BPS Badung, 2014. Sedangkan BPS Badung 2015 mencatat Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Badung yaitu: Rp. 979.194.610.828 pada tahun 2010, Rp. 1.406.298.099.449 pada tahun 2011, Rp. 1.872.346.181.795 pada tahun 2012, sebesar Rp. 2.279.113.502.085 pada tahun 2013 dan Rp. 2.722.625.562.620 untuk tahun 2014. Meningkatnya kinerja perekonomian dapat dilihat dari tingginya tingkat pertumbuhan diberbagai bentuk kegiatan ekonomi mikro mulai dari bertumbuhnya pedagang keliling, pedagang makanan di tenda-tendadan kegiatan di warung-warung permanen yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari. Tempat melakukan kegiatan usaha tidak hanya memanfaatkan lokasi strategis perkotaan, tetapi juga di ruang-ruang sempit pinggiran jalan, sampai merambah ke pasar- pasar tradisional di desa-desa yang adalah milik Desa Adat Kabupaten Badung. Potensi pertumbuhan ekonomi ini dimanfaatkan dan didominasi oleh masyarakat pendatang dengan mengalahkan masyarakat lokal yang seharusnya memiliki kesempatan lebih besar untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dengan membangun sendiri kekuatan ekonomi di daerah mereka masing-masing. BPS Badung 2014 menunjukkan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Badung sebesar 6,72 persen per tahun selama tahun 2000-2013. Selain ditunjang oleh pertumbuhan usaha mikro, dan dukungan usaha menengah dan besar melalui pembangunan sarana akomodasi seperti hotel dan villa bertaraf internasional, Kuta Selatan diuntungkan sebagai penyelenggara kegiatan berskala internasional seperti ASEAN Summit Meeting, APEC Meeting, Miss World yang berperan mendorong pertumbuhan ekonomi di Badung Selatan. Peningkatan perekonomian yang didukung oleh perkembangan pariwisata, sejalan dengan rumusan hipotesis I satu yaitu perkembangan pariwisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perekonomian di Kabupaten Badung. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wall dan Mathieson 2006: 77-78 yaitu perkembangan pariwisata mendorong pertumbuhan perekonomian negara- negara sedang berkembang developing countries dan negara miskin least developed countries melalui pertumbuhan ekonomi mikro. Selanjutnya Athanasopoulou 2013: 7-16 menyatakan bahwa pariwisata berkontribusi terhadap kinerja perekonomian melalui investasi modal untuk pembangunan fasilitas pariwisata berskala besar didaerah tujuan pariwisata. Pembangunan hotel-hotel berskala internasional dengan sarana penunjang lainnya seperti terlihat di Badung Selatan termasuk di Desa Jimbaran dan Desa Pecatu, melalui mata rantai bisnisnya berperan besar dalam mendorong kegiatan ekonomi mikro dan menengah mulai dari pengadaan kebutuhan barang-barang untuk pariwisata, sampai kepada kegiatan export produksi masyarakat dalam skala besar. Kegiatan ekonomi yang muncul dari perkembangan pariwisata berdampak terhadap semakin terbukanya kesempatan kerja di Kabupaten Badung. Indikator lainnya seperti banyaknya kedatangan wisatawan mancanegara dan nusantara ke Kabupaten Badung memberi dampak positif terhadap pendapatan pemerintah daerah, termasuk kontribusinya terhadap pendapat produk domestik bruto. Selain itu, pendapatan dari pariwisata internasional International tourism receipt juga berupa devisa Indonesia. Secara lebih rinci Athanasopoulou 2013:7-16 menyatakan bahwa pendapatan dari kegiatan pariwisata meliputi : 1 pendapatan yang menjadi bagian dari wisatawan internasional international tourism receipt, 2 penyediaan layanan wisata trade and travel services, 3 kontribusi pariwisata terhadap produk domestik bruto travel and tourism industry’s contribution to GD P, dan 4 kontribusi pariwisata terhadap investasi modal dan ketenagakerjaan contribution to capital invesment and employment yang dinikmati oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan kinerja perekonomian. Untuk menjaga keberlanjutan sektor kepariwisataan, Kabupaten Badung perlu melakukan inovasi dan diversifikasi daerah tujuan wisata baru dan terobosan promosi ke daerah pemasaran baru. Sedangkan pembangunan di sektor industri diarahkan kepada pengembangan industri kecil dan menengah sebagai industri kreatif, memanfaatkan bahan baku lokal untuk menciptakan produk-produk berkualitas, mendukung pembangunan di sektor pariwisata dan pertanian. Menurut Pemerintah Daerah Kabupaten Badung 2015, pertumbuhan ekonomi bersumber dari potensi sosial ekonomi, geografis dan daya alam yang tersedia di Badung Utara dan Badung Selatan dapat dilihat sebagai berikut: 1. Badung Utara yang meliputi Kecamatan Petang yaitu Desa Plaga dan Desa Bilok Sidan merupakan dataran tinggi dengan fungsi utama sebagai daerah konservasi dan wilayah pengembangan pertanian terintegrasi dengan penekanan pada pertanian, perkebunan dan peternakan. Sedangkan pariwisata Kecamatan Petang dikembangkan sebagai daerah wisata alam dan agro wisata. Didukung oleh potensi wisata alam dan daerah pertanian sebagai tulang punggung kehidupan masyarakat Plaga dan Bilok Sidan, pariwisata Badung Utara sangat dimungkinkan untuk dikembangkan lebih optimal dijadikan obyek pengembangan wisata agro. Untuk tujuan ini diperlukan dukungan penuh Pemerintah Kabupaten Badung untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk-produk hasil pertanian, perikanan, peternakan dan kerajinan tangan yang dikelola oleh masyarakat setempat. Sampai dewasa ini hasil produk pertanian masih berkualitas rendah dan belum sepenuhnya bisa diterima untuk kebutuhan pasar pariwisata. Untuk meningkatkan kinerja perekonomian di Badung Utara pemerintah telah melakukan pengembangan teknologi pertanian sayur mayur dan asparagus berkualitas tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketahanan pangan dilakukan melalui peningkatan produksi dan produktivitas pertanian melalui teknologi ramah lingkungan. Dukungan pemerintah terhadap akses permodalan untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi mikro dengan harapan bahwa pertanian rakyat akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Dalam rangka peningkatan pertumbuhan agribisnis, diperlukan variasi komoditas unggulan yang mampu menciptakan produk- produkpertanian berkualitas. Untuk meningkatkan perekonomian di Badung Utara, diperlukan dukungan pemerintah dan swasta terhadap peningkatan sumber daya manusia, khususnya terhadap kemampuan petani untuk meningkatkan pemasaran dari hasil pertanian melalui pameraan produk- produk pertanian secara teratur bekerja sama dengan swasta. 2. Badung Selatan yaitu Desa Jimbaran dan Desa Pecatu yang memiliki udara tropis dengan keindahan pantai Jimbaran dan tebing-tebing laut di Desa Pecatu merupakan potensi besar sebagai daerah pengembangan pariwisata untuk membangun hotel dan vila bertaraf internasional. Investasi besar lainnya yang dilakukan para investor untuk pengembangan Kuta Selatan pada umumnya dilakukan untuk membangun fasilitas pariwisata seperti pembangunan condominium yaitu fasilitas akomodasi hunian non-hotel. Condominium pada umumnya dijual kepada perorangan dengan status strata title sebagai hak milik pribadi dengan pengelolaan secara ekonomi dan professional, pada umumnya oleh manajemen tersendiri. Keuntungan hasil pengelolaan dibagi antara manajemen dengan masing-masing pemilik condominiun . Dibangunnya fasilitas pariwisata di Kuta Selatan sebagai sarana penunjang kebutuhan wisatawan seperti pembangunan perkantoran swasta, fasilitas perbelanjaan one stop shopping mall, fasilitas rekreasi recreational facilities , dibangunnya rumah sakit berstandar internasional untuk menyedialan fasilitas medis untuk kenyamanan wisatawan. Kinerja Perekonomian Kabupaten Badung didukung oleh cepatnya laju pertumbuhan pariwisata di Bali Selatan, secara umum menunjukkan pendapatan PDRB yang terus meningkat sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2013. Pencapaian PDRB terlihat yang sangat siginifikan terjadi pada tahun 2008 dengan pencapaian mendekati Rp. 10,5 triliun, terus meningkat hampir mencapai Rp. 21 triliun pada tahun 2013. Hal yang sama terjadi pada peningkatan penyerapan tenaga kerja dan besarnya investasi. Meningkat nya rata-rata perimaan PDRB, penyerapan tenaga kerja dan besarnya investasi, menunjukkan dampak positif dari kinerja perekonomian di Kabupaten. Hal ini diakibat oleh semakin berkembanganya laju pertumbuhan pariwisata di Kabupten Badung. Kinerja Perekonomian Kabupten Badung seperti disajikan pada Tabel 5.6 Tabel 5.6 Kinerja Perekonomian Kabupaten Badung X2 Tahun PDRB Jutaan Rupiah X2.1 Penyerapan Tenaga Kerja orang X2.2 Investasi Ribuan Rupiah X3.3 2000 3.433.683,38 101.626 148.750.200 2001 4.086.884,27 118.433 152.801.324 2002 4.818.028,87 135.239 154.931,201 2003 5.247.929,98 152.046 1.101.407.059 2004 5.891.231,65 168.853 2.360.745.445 2005 7.004.648,18 185.659 4.140.660.000 2006 7.701.192,62 202.466 1.652.957.796 2007 8.799.215,12 219.273 5.305.717.700 2008 10.478.390,93 227.091 6.043.268,777 2009 12.875.498,13 231.628 2.362.541.294 2010 14.926.782,41 310.147 1.890.474.000 2011 16.403.318,18 305.897 8.536.644.646 2012 18.996.102,98 313.338 5.334.590.363 2013 20.998.078,20 330.897 6.048.968.601 Total 104.705.716,20 2.671.696 492.849.190,79 Rata-Rata 8.054.285,86 205.515 37.911.476,21 Sumber : BPS Kabupaten Badung, Bappeda Provinsi Bali 2014

5.3.3 Penurunan Kemiskinan di Kabupaten Badung