Pengujian terhadap hipotesis dalam metode PLS dilakukan dengan menggunakan simulasi terhadap setiap hubungan yang dihipotesiskan. Dalam hal
ini dilakukan metode bootstraping terhadap sampel. Metode bootstraping juga berfungsi untuk meminimalkan masalah ketidaknormalan data penelitian yang
digunakan. Pada penelitian ini telah ditentukan sebelumnya nilai T-tabel dengan signifikansi 5, dk=11, adalah sebesar 2,201. Semua koefisien jalur pada Tabel
5.12 memiliki nilai t statistik di atas 2,201 sehingga dinyatakan memiliki pengaruh yang signifikan. Pengujian masing-masing hipotesis dibahas pada sub
berikut ini.
5.5.1 Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap Kinerja Perekonomian
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa pengaruh perkembangan pariwisata terhadap kinerja perekonomian menunjukkan nilai
koefisien jalur sebesar 0,871 dengan nilai t-statistik sebesar 71,567. Nilai t-statistik tersebut lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 2,201. Ini menunjukkan
bahwa variabel perkembangan pariwisata berpengaruh signifikan terhadap kinerja perekonomian. Artinya bahwa semakin baik perkembangan pariwisata maka
kinerja perekonomian juga akan meningkat. Hal ini berarti hipotesis 1 diterima. Hasil hipotesis ini sejalan dengan pandangan Theobald 2005: 79 yang
menyatakan bahwa pariwisata berkontribusi terhadap peningkatan perekonomian terutama sebagai sumber penerimaan devisa, meningkatkan investasi, perpajakan
serta kesempatan kerja. Meningkatnya penerimaan devisa yang masuk ke kantong pemerintah dimanfaatkan untuk membangun infrastruktur seperti pembukan jalan
baru untuk memperlancar distribusi barang-barang perekonomian. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Gibson 2009: 527-528; Leon 2006:34; World
Tourism Organization 2014; Asley et al 2001, dalam Hall 2008 dan Pangestu 2013: 14-25, yang menyatakan bahwa pariwisata berperan penting
dalam pertumbuhan perekonomian makro maupun mikro. Lebih lanjut dinyatakan bahwa meningkatkan kinerja perekonomian diakibatkan oleh meningkatnya
jumlah kunjungan wisatawan, penyerapan tenaga kerja dan masuknya investasi baru merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan pariwisata
WTO, 2014; Pangestu, 2013; Disparda Bali, 2014; Ashley et al, 2001. Melalui pelatihan berkelanjutan, masyarakat diberdayakan untuk menciptakan produk-
produk pertanian yang dibutuhkan pariwisata seperti untuk membuat cendera mata untuk wisatawan. Nurhayati 2012 yang melakukan penelitian pada agrowisata
di Jawa Timur menyatakan bahwa PPT dapat digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melalui penyerapan tenaga kerja
lokal dimana agrowisata dikembangkan. Lebih lanjut dinyatakan melalui industri pariwisata PPT dapat meningkatkan perekonomian secara makro yang
mendukung peningkatan pendapatan masyarakat serta juga memberi manfaat non ekonomi seperti adanya pertukaran nilai budaya akibat dari adanya interaksi
antara wisatawan dengan masyarakat lokal sebagai tuan rumah Nurhayati, 2012 dan Ashley et al 2001.
Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Wahyudi 2007 yang meneliti pengaruh pariwisata dalam pengentasan kemiskinan dalam Millenium
Development Goals MDGs yaitu tentang pengentasan kelaparan dan
kemiskinan ektrim eradicate extreme poverty and hunger bagi penduduk dunia dengan pendapatan dibawah USD 1,25 per hari. Temuan penelitian ini juga
memperkuat hasil penelitian Gibson 2009, yang menyatakan bahwa pariwisata berkontribusi positif di dalam meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.
5.5.2 Pengaruh kinerja perekonomian terhadap kemiskinan