Kabupaten Badung sesuai dengan yang diatur oleh peraturan daerah dan sisanya dibagikan ke tiga banjar di Desa Pecatu yaitu Desa Tengah, Desa Kangin dan
Desa Kauh masing-masing mendapat Rp.6.000.000.000. Bermacam kewajiban masyarakat yang dulunya menjadi tanggungan masyarakat sekarang menjadi
tanggungan Desa Pecatu. Dilihat dari kemiskinan absolut, jumlah RTS di Kuta Selatan lebih rendah dan homogin jika dibandingkan dengan kemiskinan absolut
di Kecamatan Petang. Hasil penelitian ini masih relevan dengan hasil diskusi group terfokus yaitu: 1 kemiskinan absolut di Kecamatan Kuta Selatan jauh
lebih rendah dari Kabupaten Petang. Ini mendukung fakta bahwa Kuta Selatan sebagai pusat kegiatan pariwisata lebih berdaya secara ekonomi, 2 sementara
jumlah RTS di Desa Petang jauh lebih banyak karena rendahnya pergerakan sektor perekonomianrakyat setempat untuk menghasilkan barang-barang dan jasa
yang bernilai tambah, dan 3 masih terjadinya ketimpangan yang cukup besar antar desa-desa di Kecamatan Petang.
5.1.5 Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Badung
Diberbagai penelitian yang dilakukan di negara sedang berkembang menyatakan bahwa sektor pariwisata atau secara lebih spesifik pengembangan
sektor pariwisata mempunyai potensi sangat besar untuk mengurangi kemiskinan. Pengembangan pariwisata sebagai bagian dari pembangunan nasionalyang
bertumpu pada pertumbuhan ekonomi, menurut paham neoliberalime merupakan bagian dari konsep perdagangan bebas yang menekankan kepada kebebasan
pengelolaan ekonomi dilakukan oleh sektor swasta. Hal ini secara konstitusi bertentangan dengan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang mengatur bahwa bumi, air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Bahwa kekayaan alam sebagai milik bersama dan bukan milik perusahaan asing atau kelompok tertentu.
Program pengentasan kemiskinan sesuai dengan visi dan misi Kabupaten Badung yaitu pengentasan kemiskinan bekerjasama dengan sektor swasta
mewujudkan pencapaian ekonomi, sosial dan lingkungan secara berkelanjutan. Konsep pengentasan kemiskinan ini sejalan dengan teori Sosial Demokrat tentang
perlunya keterlibatan pemerintah dalam pengentasan kemiskinan. Sedangkan pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat sejalan dengan
pemerintah terkait dengan pembangunan berkelanjutan Sebagai bagian dari isu global, pengentasan kemiskinan dilakukan dalam
bentuk kerja sama dengan sektor pariwisata dan sektor swasta lainnya dengan memanfaatkan dana Corporate Social Responsibility CSR yaitu kontribusi
menyeluruh dari dunia usaha terhadap pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari kegiatannya
Ardianto dan Machfudz, 2011: 35. CSR dewasa ini masih belum teregulasi dengan baik dan masih bersifat insidentil pada umumnya dikaitkan dengan even-
even tertentu misalnya untuk merayakan hari jadi perusahaan, atau peringatan hari kemerdekaan, atau dalam bentuk kegiatan sosial lainnya seperti membersihkan
pantai, membuat tong sampah di kawasan pariwisata, menanam pohon mangrove, pemberian beasiswa kepada anak-anak karyawan dan sumbangan barang-barang
ex hotel dan villa. Komitmen sektor swasta sebagai bagian dari tanggung jawab sosial untuk mengentaskan kemiskinan melalui CSR masih sangat kecil jika
dibandingkan dengan total pebisnis swasta di Kabupaten Badung sebagai berikut. Selama tahun 2009-2013 program bedah rumah menempati urutan teratas
didukung oleh 6 enam perusahan swasta dengan total CSR sebesar Rp. 2.513.250.500 diikuti program program beasiswa sebagai program populer
didukung oleh dua puluh perusahaan dengan jumlah CSR sebesar Rp. 124.926.500 dan sisanya berupa pemberian sembako. Dilihat dari jumlah
kontribusi yang disalurkan perusahaan swasta kepada pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat masih sangat kecil. CSR menghadapi persepsi bahwa
perusahaan sudah membayar pajak daerah dan karenanya CSR merupakan biaya tambahan yang membebani perusahaan. Pengikut CSR di Kabupaten Badung
masih terbatas pada kontribusi dari perusahan daerah dan dari sektor perhotelan. 5.2 Gambaran Umum Desa Penelitian
Alasan menentukan lokasi penelitian di Badung Utara dan Badung Selatan didasarkan kepada strategi pengembangan wilayah dicanangkan oleh Pemerintah
Kabupaten Badung masing-masing sebagai daerah konservasi dan pengembangan integral untuk daerah Plaga dan Bilok Sidan, dan pengembangan pariwisata untuk
daerah Jimbaran dan Pecatu di Badung Selatan dengan gambaran sebagai berikut:
5.2.1 Desa Pelaga