Tidak terkontrolnya jumlah penduduk yang berdampak terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia menjadi penyebab kemiskinan di masyarakat.
2.4.3 Pengentasan Kemiskinan
Kemiskinan tidak akan hilang dengan sendirinya. Apabila pemerintah tidak sanggup untuk mensejahterakan masyarakatnya dan pengelolaan kemiskinan
tidak dilakukan dengan tepat sasaran, maka orang miskin akan menjadi lebih miskin dan akan mewariskan kemiskinan secara turun temurun.
Pertemuan Dunia tentang Pengembangan Sosial World Summit on Social Development
pada tahun 1977, memperkirakan terdapat sebanyak 1,2 miliar penduduk miskin di dunia yang berpenghasilan dibawah USD 1.00hari dan lebih
dari dua miliar penduduk berpenghasilan dibawah USD 2.00hari.Pada persidangan umum Perserikatan Bangsa-Bangsa United Nations tahun 2000,
dicanangkan Tujuan Pembangunan Milinium Millenium Development Goals menempatkan prioritas utama pengentasan kemiskinan dan kelaparan ektrim bagi
masyarakat miskin yang hidup dengan USD 1.00hari United Nations, 2007. Keberhasilan pengentasan penduduk miskin di dunia yang berjumlah 1,8
miliar jiwa dengan penghasilan kurang dari USD 1.25 menunjukkan bahwa pada tahun 1990 jumlahnya berkurang menjadi 1,4 miliar jiwa. Kemiskinan absolut
yang berjumlah 2 miliar jiwa di negara-negara berkembang pada tahun 1990, menurun menjadi 1,4 miliar jiwa pada tahun 2008 United Nations, 2012. World
Bank 2013:6-8 mencatat program pengentasan kemiskinan di negara berkembang seperti diagendakan oleh Millenium Development Goals agar mampu
melewati target yang direncanakan pada tahun 2015 sebesar 50 persen penduduk
miskin di dunia. Jumlah penduduk yang berpenghasilan kurang dari USD 1.25hari menurun dari 47 persen pada tahun 1990 menjadi 22 persen tahun 2010.
Zastrow 2008: 237 menyatakan bahwa pengentasan kemiskinan melalui peningkatkan kesejahteraan dapat dilakukan sebagai berikut:
1 Pendekatan Absolut. Pendekatan ini didasarkan pada batas minimum yang harus dimiliki untuk mencapai kebutuhan dasar bagi keperluan suatu keluarga.
Keluarga dikatakan miskin apabila tidak mempunyai penghasilan atau pendapatannya tidak mencapai batas minimum yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan minimal hidupnya. Kelemahan pendekatan ini terletak pada kenyataan bahwa kebutuhan setiap keluarga menjadi berbeda,
disebabkan oleh kondisi sosial, lingkungan dan tempat tinggal mereka. 2 Pendekatan Relatif. Pendekatan ini membandingkan antara pendapatan
seseorang atau rumah tangga dengan rata-rata pendapatan populasi yang didasari pada ketidak-seimbangan pendapatan. Selama ketidakseimbangan
pendapatan masih ada, selama itu kemiskinan akan tetap ada. Pendekatan ini mengatakan bahwa kemiskinan dan distribusi pendapatan masyarakat dalam
kehidupan nyata, tidak sama untuk semua tempat. 3 Pendekatan Kebutuhan Dasar. Pendekatan yang menekankan pada dua unsur
penting. Pertama, bahwa kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi pendapatan yang tidak dapat mencukupi pemenuhan kebutuhan dasar akan pangan, papan,
pakaian, dan barang-barang rumah tangga tertentu. Kedua, pendapatan tersebut juga tidak dapat memenuhi hal penting lainnya seperti kebutuhan air
bersih, sanitasi, transportasi umum, pelayanan kesehatan, dan pendidikan.
2.4.4 Indikator Kemiskinan