UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3 Persiapan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan berupa limbah kulit pisang kepok kuning yang masih mentah yang mana kulitnya keras, bergetah, dan berwarna hijau
atau kekuningan. Bahan baku diambil dari pengolahan kripik pisang yang umumnya menggunakan buah pisang yang masih mentah. Pemilihan kulit
pisang dari buah yang masih mentah berdasarkan pendapat Sambeganarko 2008, di mana protopektin banyak terdapat pada buah mentah dengan sifat
tidak larut air yang dapat dihidrolisis menggunakan asam atau secara enzimatis untuk menghasilkan pektin yang mudah larut dalam air
Hanum, et. al., 2012. Dalam penelitian ini bahan baku disiapkan dalam dua perlakuan yang berbeda yaitu bahan segar dan bahan kering. Hal
pertama yang dilakukan adalah melakukan sortasi basah terhadap limbah kulit pisang kepok yang diperoleh dengan dipisahkan dari tangkai dan
ujungnya kemudian dibersihkan dengan dicuci menggunakan air mengalir hingga terbebas dari kotoran yang menempel dan dirajang kecil-kecil.
Bahan segar disiapkan dengan cara menghancurkan kulit pisang kepok segar menggunakan blender dengan penambahan aquadest 2 : 1
b v
sehingga terbentuk bubur kulit pisang. Sedangkan bahan kering disiapkan dari 5 kg kulit pisang kepok segar yang telah disortasi basah, dicuci,
dirajang, lalu dikering-anginkan selama satu malam yang selanjutnya dikeringkan menggunakan blower pada suhu 50
C selama 5 hari yang dilakukan di BALITTRO Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik,
Cimanggu, Bogor. Kulit pisang kepok yang telah kering selanjutnya dihaluskan menjadi serbuk menggunakan grinder dan diayak dengan ayakan
mesh 100 ukuran partikel 105 μm. Fellow 2002 di dalam Perina, et. al.
2007 mengungkapkan bahwa pemotongan dan pembelahan bahan-bahan yang akan diekstraksi membantu pengontakan antara padatan dengan
pelarut karena pecahnya sel-sel yang mengandung solut. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin luas permukaan yang kontak antara padatan
dan pelarut serta semakin pendek jarak difusi solut sehingga kecepatan ekstraksi menjadi lebih besar.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Setelah pengeringan dan penghalusan, dari 5 kg kulit pisang kepok segar menghasilkan 691 gram serbuk kulit pisang kepok kering. Serbuk
kulit pisang kepok yang dihasilkan tergolong sedikit dikarenakan kandungan air yang cukup tinggi dalam limbah kulit pisang segar, sehingga
untuk menghasilkan serbuk kulit pisang kepok yang banyak diperlukan bahan baku limbah kulit pisang yang banyak pula.
Tabel 4.1.
Bahan Baku
No. Bahan Baku
Hasil
1 Bobot kulit pisang kepok awal untuk dikeringkan
5 kg 2
Bobot serbuk kulit pisang kepok setelah pengeringan 691 gram
3 Kadar air serbuk kulit pisang kepok
8,90 4
Kadar air kulit pisang kepok segar 85,3868
Selanjutnya dilakukan penentuan kadar air terhadap kedua bahan baku bahan segar dan kering tersebut guna mengetahui kadar air awal dari
bahan baku yang digunakan sebelum dilakukan ekstraksi pektin, karena kandungan air yang terkandung dapat mempengaruhi proses ekstraksi.
Penentuan kadar air awal bahan baku dilakukan dengan menggunakan prinsip gravimetri. Hasil yang diperoleh menunjukkan kadar air awal bahan
segar kulit pisang kepok segar sebesar 85,3868 dan bahan kering serbuk kulit pisang kepok sebesar 8,90. Kadar air untuk bahan kering adalah
8,90 di mana kadar air ini tidak lebih dari yang diperbolehkan untuk bahan kering yaitu kurang dari 10 Hanum et. al., 2012. Pemeriksaan
kadar air untuk bahan segar dilakukan di laboratorium Kimia Obat, Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedangkan untuk bahan kering dilakukan di BALITTRO Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Cimanggu,
Bogor.
4.4 Produksi Pektin
Produksi pektin dilakukan melalui proses ekstraksi menggunakan limbah kulit pisang kepok kuning Musa balbisiana BBB dengan variasi
perlakuan bahan baku bahan segar dan kering menggunakan pelarut HCl dengan variasi konsentrasi 0,025 N; 0,05 N; dan 0,075 N pada suhu 90
C