32
UN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini berupa limbah kulit pisang kepok kuning yang diperoleh dari pengolahan kripik pisang di daerah
Ciputat di mana buah pisangnya disuplai dari Cilawu, Garut. Buah pisang kepok sering dimanfaatkan untuk diolah menjadi berbagai jenis makanan
seperti kripik pisang, sehingga akan menyisakan kulit pisang yang kurang pemanfaatannya dan umumnya dibuang sebagai limbah. Pemilihan limbah
kulit pisang kepok ini adalah untuk memanfaatkan limbah terbuang yang sudah tidak digunakan menjadi suatu bahan baku produksi pektin yang
bernilai ekonomis. Cahyono 2009 mengungkapkan bahwa pektin terdistribusi secara
luas dalam jaringan tanaman dan umumnya terdapat pada dinding sel. Pisang kepok memiliki kulit buah yang cukup tebal dengan kandungan
pektin di dalamnya berkisar 10-21 Mohapatra, et. al., 2010. Pemilihan bahan baku kulit pisang kepok memiliki kelebihan yaitu diperoleh dengan
tidak mengeluarkan biaya karena berupa limbah organik yang dibuang begitu saja, sehingga dapat menekan biaya produksi pektin, dan diharapkan
dapat menghasilkan pektin dalam jumlah besar dan ekonomis tanpa mengurangi kualitas pektin yang dihasilkan.
4.2 Determinasi Tanaman Bahan Baku
Determinasi tanaman bahan baku terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas tanaman yang digunakan dan untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam pemilihannya. Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Cibinong, Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan adalah benar tanaman pisang kepok
Musa balbisiana BBB dari famili Musaceae. Sertifikat hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3 Persiapan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan berupa limbah kulit pisang kepok kuning yang masih mentah yang mana kulitnya keras, bergetah, dan berwarna hijau
atau kekuningan. Bahan baku diambil dari pengolahan kripik pisang yang umumnya menggunakan buah pisang yang masih mentah. Pemilihan kulit
pisang dari buah yang masih mentah berdasarkan pendapat Sambeganarko 2008, di mana protopektin banyak terdapat pada buah mentah dengan sifat
tidak larut air yang dapat dihidrolisis menggunakan asam atau secara enzimatis untuk menghasilkan pektin yang mudah larut dalam air
Hanum, et. al., 2012. Dalam penelitian ini bahan baku disiapkan dalam dua perlakuan yang berbeda yaitu bahan segar dan bahan kering. Hal
pertama yang dilakukan adalah melakukan sortasi basah terhadap limbah kulit pisang kepok yang diperoleh dengan dipisahkan dari tangkai dan
ujungnya kemudian dibersihkan dengan dicuci menggunakan air mengalir hingga terbebas dari kotoran yang menempel dan dirajang kecil-kecil.
Bahan segar disiapkan dengan cara menghancurkan kulit pisang kepok segar menggunakan blender dengan penambahan aquadest 2 : 1
b v
sehingga terbentuk bubur kulit pisang. Sedangkan bahan kering disiapkan dari 5 kg kulit pisang kepok segar yang telah disortasi basah, dicuci,
dirajang, lalu dikering-anginkan selama satu malam yang selanjutnya dikeringkan menggunakan blower pada suhu 50
C selama 5 hari yang dilakukan di BALITTRO Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik,
Cimanggu, Bogor. Kulit pisang kepok yang telah kering selanjutnya dihaluskan menjadi serbuk menggunakan grinder dan diayak dengan ayakan
mesh 100 ukuran partikel 105 μm. Fellow 2002 di dalam Perina, et. al.
2007 mengungkapkan bahwa pemotongan dan pembelahan bahan-bahan yang akan diekstraksi membantu pengontakan antara padatan dengan
pelarut karena pecahnya sel-sel yang mengandung solut. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin luas permukaan yang kontak antara padatan
dan pelarut serta semakin pendek jarak difusi solut sehingga kecepatan ekstraksi menjadi lebih besar.