Aplikasi Pektin Kekuatan Gel

25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Penelitian 1, laboratorium Penelitian 2, dan laboratorium Kimia Obat, Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu penelitian dimulai pada bulan November 2014 hingga April 2015.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat-alat gelas seperti erlenmeyer Schott Duran, gelas beaker Schott Duran, gelas ukur Schott Duran, labu ukur, tabung reaksi, pipet tetes, pipet volumetrik, batang pengaduk, kaca arloji, labu Buchner, corong, botol timbang, dan buret. Adapun alat-alat lain di antaranya timbangan analitik, mikropipet, spatula, corong Buchner, hot plate stirrer, magnetic stirrer, grinder, oven, tanur, krustang, krus porselen dan tutup, bulp, cawan porselen, desikator, statif dan klem, termometer, pH meter HORBA, pH indikator universal, Spektroskopi IRPrestige-21 Shimadzu, dan viskotester HAAKE 6R.

3.2.2 Bahan

Bahan baku tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit pisang kepok kuning Musa balbisiana BBB dari buah yang masih mentah, diperoleh dari limbah pengolahan kripik pisang kepok yang ada di daerah Ciputat di mana pisangnya disuplai dari Cilawu, Garut, yang terlebih dahulu dideterminasi di Laboratorium Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor, Jawa Barat. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain aquadest, HCl 0,025 N, HCl 0,05 N, HCl 0,075 N, HCl 3 N, NaOH 0,1 N, NaOH 2 N, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta NaCl, aseton teknis, etanol 96, etanol absolut, asam oksalat 0,1027 N, pektin Cargill ® , pektin Danisco ® , indikator phenolptalein PP, indikator metil merah, dan serbuk KBr.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Persiapan Bahan Baku

Bahan baku limbah kulit pisang kepok kuning Musa balbisiana BBB disortasi basah terlebih dahulu dipisahkan antara kulit pisang yang bagus dengan yang busuk, dipilih kulitnya yang berwarna hijau atau kekuningan, bagian pucuk dan tangkai kulit pisang tidak diambil. Kemudian dicuci dengan menggunakan air mengalir untuk membersihkan kulit pisang dari kotoran-kotoran yang menempel. Setelah bersih, dilakukan perajangan kecil-kecil dan selanjutnya bahan baku disiapkan dengan perlakuan yang berbeda, yaitu bahan segar dan kering. a. Pembuatan bubur kulit pisang bahan segar Bahan baku kulit pisang kepok segar yang telah dirajang, diambil sebanyak 300 gram, lalu dihancurkan menggunakan blender dengan penambahan aquadest sebanyak 150 mL perbandingan 2 : 1 sampai kulit pisang tersebut dapat diblender hingga menjadi bubur kulit pisang Ekasari, 2013; Utami, 2014; dengan modifikasi. b. Pembuatan serbuk kulit pisang bahan kering Bahan baku kulit pisang kepok segar yang telah dirajang diambil sebanyak 5 kg dan dikeringkan dengan cara dikering anginkan di bawah sinar matahari, kemudian dikeringkan menggunakan blower pada suhu 50 C selama 5 hari. Kulit pisang yang telah kering dihaluskan menggunakan grinder untuk memperkecil ukuran partikel dan diayak dengan ayakan mesh 100 ukuran partikel 105 µm sehingga didapatkan serbuk kering kulit pisang kepok yang kemudian diukur kadar airnya. Kadar air yang diperbolehkan tidak lebih dari 10 Hanum, et. al., 2012; Fitria, 2013; Rofikah, 2014. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.2 Produksi Pektin

1. Ekstraksi Pektin Bahan segar ditimbang sebanyak 300 gram dan bahan kering 42 gram, masing-masing dimasukkan ke dalam erlenmeyer 2000 mL dan ditambahkan pelarut HCl sejumlah volume tertentu, bahan segar dengan perbandingan bv 1 : 2 300 gram dalam 600 mL dan bahan kering 1 : 20 42 gram dalam 840 mL dengan variasi konsentrasi pelarut HCl yaitu 0,025 N; 0,05 N; dan 0,075 N. Masing-masing campuran tersebut dipanaskan di atas hot plate stirrer dengan pengaturan suhu 90 C disertai pengadukan konstan menggunakan magnetic stirrer selama 80 menit. Penghitungan waktu ekstraksi dimulai saat tercapainya kondisi operasi percobaan. Setelah dipanaskan, selanjutnya dilakukan penyaringan filtrat hasil ekstraksi menggunakan kertas saring dengan bantuan vacuum Buchner untuk memisahkan filtrat dari residunya, dan filtrat didinginkan pada suhu ruang. Filtrat yang didapatkan disebut dengan filtrat pektin Hanum et. al., 2012; Utami, 2014 dengan modifikasi. 2. Pengendapan Pektin Filtrat hasil ekstraksi yang telah dingin diendapkan menggunakan aseton dengan perbandingan tiap 1 liter filtrat ditambahkan dengan 1,5 liter aseton, kemudian didiamkan selama satu malam 18 jam. Endapan pektin yang terbentuk dipisahkan dari filtratnya menggunakan kertas saring dengan bantuan vacuum Buchner Fitria, 2013. 3. Pencucian Pektin Endapan pektin yang terbentuk dicuci dengan etanol 96 sambil dilakukan pengadukan. Pemisahan endapan pektin dengan etanol 96 bekas pencucian dilakukan menggunakan kertas saring dengan bantuan vacuum Buchner . Hal ini dilakukan beberapa kali hingga pektin bebas aseton, asam, dan klorida. Pektin yang telah bebas asam adalah pektin yang berwarna kuning saat ditetesi dengan indikator metil merah, adapun pektin yang telah bebas klorida yaitu apabila tidak terbentuk endapan putih AgCl pada larutan bekas pencucian pektin dengan