UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
g. Derajat Esterifikasi
Derajat esterifikasi dihitung dari kadar metoksil dan kadar galakturonat yang telah diperoleh.
Owen, et. al., 1952 dalam Nazaruddin, et. al., 2013
h. Viskositas Larutan Pektin
Pengujian viskositas dilakukan menggunakan viskotester HAAKE 6R terhadap setiap larutan pektin 1 dari masing-masing kondisi
ekstraksi menggunakan spindel R2 dengan kecepatan putar 60 rpm pada suhu ruang. Nilai viskositas dalam satuan centipoises cPs Goycoolea
dan Adriana, 2003.
3.6 Perbandingan Spektrum FTIR
Perbandingan spektrum FTIR pektin hasil ekstraksi dengan pektin standar dilakukan dengan menggunakan Spektroskopi IRPrestige-21
Shimadzu pada daerah 400-4000 cm
-1
dengan resolusi 2 cm
-1
dan 16 scan. Sampel uji dibuat dengan mencampurkan 20 mg serbuk pektin dengan
100 mg KBr untuk membuat pellet. Setelah didapatkan spektrum masing-masing, selanjutnya dibandingkan tiap serapan gugus fungsionalnya
antara pektin hasil ekstraksi dengan pektin komersial yang dibeli dari Cargill
®
dan Danisco
®
yang digunakan sebagai standar Gopi, et. al., 2014 dengan modifikasi.
3.7 Perbandingan Pektin Hasil Penelitian terhadap Pektin Komersial
Karakterstik pektin hasil penelitian selanjutnya dibandingkan dengan pektin komersial pektin Cargill
®
dan Danisco
®
yang digunakan sebagai standar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas pektin hasil penelitian
dengan merujuk pada standar mutu yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia Edisi V 2014, Food Chemical Codex 2004, dan IPPA 2003.
32
UN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini berupa limbah kulit pisang kepok kuning yang diperoleh dari pengolahan kripik pisang di daerah
Ciputat di mana buah pisangnya disuplai dari Cilawu, Garut. Buah pisang kepok sering dimanfaatkan untuk diolah menjadi berbagai jenis makanan
seperti kripik pisang, sehingga akan menyisakan kulit pisang yang kurang pemanfaatannya dan umumnya dibuang sebagai limbah. Pemilihan limbah
kulit pisang kepok ini adalah untuk memanfaatkan limbah terbuang yang sudah tidak digunakan menjadi suatu bahan baku produksi pektin yang
bernilai ekonomis. Cahyono 2009 mengungkapkan bahwa pektin terdistribusi secara
luas dalam jaringan tanaman dan umumnya terdapat pada dinding sel. Pisang kepok memiliki kulit buah yang cukup tebal dengan kandungan
pektin di dalamnya berkisar 10-21 Mohapatra, et. al., 2010. Pemilihan bahan baku kulit pisang kepok memiliki kelebihan yaitu diperoleh dengan
tidak mengeluarkan biaya karena berupa limbah organik yang dibuang begitu saja, sehingga dapat menekan biaya produksi pektin, dan diharapkan
dapat menghasilkan pektin dalam jumlah besar dan ekonomis tanpa mengurangi kualitas pektin yang dihasilkan.
4.2 Determinasi Tanaman Bahan Baku
Determinasi tanaman bahan baku terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas tanaman yang digunakan dan untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam pemilihannya. Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Cibinong, Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan adalah benar tanaman pisang kepok
Musa balbisiana BBB dari famili Musaceae. Sertifikat hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.