Kadar Galakturonat METODE PENELITIAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Setelah pengeringan dan penghalusan, dari 5 kg kulit pisang kepok segar menghasilkan 691 gram serbuk kulit pisang kepok kering. Serbuk kulit pisang kepok yang dihasilkan tergolong sedikit dikarenakan kandungan air yang cukup tinggi dalam limbah kulit pisang segar, sehingga untuk menghasilkan serbuk kulit pisang kepok yang banyak diperlukan bahan baku limbah kulit pisang yang banyak pula. Tabel 4.1. Bahan Baku No. Bahan Baku Hasil 1 Bobot kulit pisang kepok awal untuk dikeringkan 5 kg 2 Bobot serbuk kulit pisang kepok setelah pengeringan 691 gram 3 Kadar air serbuk kulit pisang kepok 8,90 4 Kadar air kulit pisang kepok segar 85,3868 Selanjutnya dilakukan penentuan kadar air terhadap kedua bahan baku bahan segar dan kering tersebut guna mengetahui kadar air awal dari bahan baku yang digunakan sebelum dilakukan ekstraksi pektin, karena kandungan air yang terkandung dapat mempengaruhi proses ekstraksi. Penentuan kadar air awal bahan baku dilakukan dengan menggunakan prinsip gravimetri. Hasil yang diperoleh menunjukkan kadar air awal bahan segar kulit pisang kepok segar sebesar 85,3868 dan bahan kering serbuk kulit pisang kepok sebesar 8,90. Kadar air untuk bahan kering adalah 8,90 di mana kadar air ini tidak lebih dari yang diperbolehkan untuk bahan kering yaitu kurang dari 10 Hanum et. al., 2012. Pemeriksaan kadar air untuk bahan segar dilakukan di laboratorium Kimia Obat, Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedangkan untuk bahan kering dilakukan di BALITTRO Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Cimanggu, Bogor.

4.4 Produksi Pektin

Produksi pektin dilakukan melalui proses ekstraksi menggunakan limbah kulit pisang kepok kuning Musa balbisiana BBB dengan variasi perlakuan bahan baku bahan segar dan kering menggunakan pelarut HCl dengan variasi konsentrasi 0,025 N; 0,05 N; dan 0,075 N pada suhu 90 C UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 80 menit. Waktu dan suhu ekstraksi dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanum et. al. 2012 yang menyatakan bahwa rendemen tertinggi yang diperoleh dari hasil ekstraksi kulit pisang kepok menggunakan pelarut asam klorida adalah pada suhu 90 C selama 80 menit. Ekstraksi pektin dilakukan menggunakan metode konvensional yakni secara pemanasan langsung. Srivastava dan Malviya 2011 menyatakan bahwa ada dua metode ekstraksi pektin yang biasa dilakukan, yaitu pemanasan langsung dan pemanasan menggunakan microwave . Hanum, et. al. 2012 mengungkapkan bahwa ekstraksi pektin dapat dilakukan dengan hidrolisis asam atau secara enzimatis. Pada penelitian ini, ekstraksi pektin dilakukan dengan hidrolisis asam yaitu menggunakan pelarut HCl dengan variasi konsentrasi yang digunakan untuk merombak protopektin yang tidak larut menjadi pektin yang mudah larut. Penggunaan pelarut HCl di dasarkan pada pernyataan Kertesz 1951 bahwa selain asam organik, ekstraksi pektin memiliki kecenderungan untuk menggunakan asam mineral yang murah seperti asam klorida, asam sulfat, dan asam nitrat. Beberapa artikel saat ini menyarankan untuk ekstraksi menggunakan asam klorida Kalapathy dan Proctor, 2001; Dinu, 2001; Hwang, et. al., 1998 Dalam proses ekstraksi pektin digunakan bahan baku dengan dua perlakuan yang berbeda yaitu bahan segar dan kering. Sebanyak 300 gram bahan segar dan 42 gram bahan kering masing-masing dimasukkan ke dalam erlenmeyer 2000 mL, lalu ditambahkan larutan HCl 600 mL 1 : 2 untuk bahan segar dan 840 mL 1 : 20 untuk bahan kering. Selanjutnya ke dalam erlenmeyer tersebut dimasukkan magnetic stirrer dan pada leher erlenmeyer ditutup dengan sumbat kapas. Proses ekstraksi dilakukan dengan pemanasan di atas hot plate pada suhu 90 C selama 80 menit yang selalu dikontrol menggunakan termometer agar suhunya tetap. Pengadukan otomatis dilakukan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 10 + 600 rpm. Menurut Perina, et. al. 2007, pengadukan dalam ekstraksi penting dilakukan karena dapat meningkatkan perpindahan solut dari permukaan partikel ke cairan pelarut dan mencegah pengendapan padatan