Berat Ekivalen HASIL DAN PEMBAHASAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta konsentrasi asam, maka semakin besar ikatan yang dapat diputuskan. Hal ini dapat meningkatkan persentase galakturonat, sehingga kemurnian pektin yang diperoleh semakin besar dan akan mempengaruhi mutu pektin yang dihasilkan. Kadar galakturonat pektin dapat dipengaruhi oleh sumber bahan baku, pelarut, dan metode ekstraksi yang digunakan Fitria, 2013. Menurut Nelson, et. al., 1977 dan Towle 1973 di dalam Fitriani 2003, selain asam galakturonat, pektin juga mengandung senyawa- senyawa lain yaitu gula netral seperti D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-ramnosa, dan jenis gula lainnya. Senyawa-senyawa non uronat tersebut dapat terbawa pada saat proses penggumpalan pektin, yang dapat mempengaruhi komposisi senyawa pektin. Metode ekstraksi yang digunakan juga dapat mempengaruhi komposisi senyawa pektin yang berpengaruh terhadap kadar galakturonat. Beberapa senyawa non uronat dapat dihilangkan melalui pelarutan kembali pektin dalam air dan penggumpalan, tetapi tidak dapat menghilangkan semua senyawa uronat Fitria, 2013.

g. Derajat Esterifikasi

Derajat esterifikasi merupakan persentase gugus karboksil yang teresterifikasi, di mana pektin dengan derajat esterifikasi di atas 50 dinamakan pektin bermetokil tinggi dan derajat esterifikasi di bawah 50 dinamakan pektin bermetoksil rendah Siamornsak, 2003. Derajat esterifikasi pektin diperoleh dari perbandingan antara kadar metoksil dan kadar galakturonat Fennema, 1996. Gambar 4.7. Derajat esterifikasi pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nilai derajat esterifikasi pektin hasil penelitian ini berkisar 21,0531-21,9387 dengan rata-rata 21,4809. Dari gambar 4.7 menunjukkan bahwa pada perlakuan bahan segar dan kering, derajat esterifikasi pektin semakin menurun dengan peningkatan konsentrasi HCl. Namun terdapat pengecualian pada perlakuan bahan kering yang derajat esterifikasinya meningkat pada konsentrasi HCl 0,075 N. Menurut standar mutu pektin dalam IPPA 2003, pektin yang dihasilkan dalam penelitian ini termasuk pektin berester rendah karena memiliki derajat esterifikasi di bawah 50, sehingga dapat dikelompokkan ke dalam pektin bermetoksil rendah. Asam dalam ekstraksi pektin akan menghidrolisis ikatan hidrogen. Ikatan glikosidik metil ester dari pektin cenderung terhidrolisis menghasilkan asam galakturonat Kertesz, 1951. Apabila konsentrasi asam yang digunakan tinggi maka pektin akan berubah menjadi asam pektat yang asam galakturonatnya bebas dari gugus metil ester. Jumlah gugus metil ester menunjukkan jumlah gugus karboksil yang tidak teresterifikasi atau derajat esterifikasi Budiyanto dan Yulianingsih, 2008. + H 2 O  + CH 3 OH Gambar 4.8. Reaksi Deesterifikasi Pektin

h. Viskositas Larutan Pektin

Uji viskositas dilakukan menggunakan alat viskotester HAAKE 6R spindel R2 dengan kecepatan 60 rpm terhadap larutan pektin 1 hasil penelitian pada masing-masing kondisi ekstraksi. Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan dari larutan pektin yang dihasilkan pada penelitian ini. Dalam industri makanan atau farmasi, pektin digunakan secara luas sebagai agen pengental. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji viskositas untuk mengetahui kekentalan pektin yang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dihasilkan guna mengetahui kemampuan pektin tersebut sebagai agen pengental sehingga dapat diaplikasikan secara luas dalam bidang industri. Gambar 4.9. Viskositas larutan pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi Larutan pektin yang terbentuk memiliki perbedaan viskositas. Berdasarkan hasil pengukuran pada gambar 4.9 diketahui bahwa viskositas larutan pektin hasil ekstraksi berkisar antara 15,00-20,00 cPs dengan rata-rata sebesar 17,42 cPs, di mana semakin tinggi konsentrasi HCl maka semakin menurun viskositasnya, baik pada perlakuan bahan segar maupun kering. Hal ini diduga dengan semakin tinggi konsentrasi HCl akan memperbesar kemungkinan terjadinya reaksi depolimerisasi yang akan memperkecil nilai viskositas larutan pektin yang dihasilkan. Nilai viskositas tertinggi diperoleh dari larutan pektin hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,025 N yaitu sebesar 20,00 cPs, sedangkan nilai viskositas terendah diperoleh dari larutan pektin hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,075 N. Constenla dan Lozano 2006 menjelaskan bahwa viskositas pektin juga dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik seperti suhu, konsentrasi larutan, pH, dan keberadaan garam.

4.7 Perbandingan Spektrum FTIR

Hasil pengukuran spektrum FTIR menunjukkan kelompok gugus fungsi dan memberikan informasi struktural pektin hasil ekstraksi dari bahan baku limbah kulit pisang kepok kuning Musa balbisiana BBB dan larutan pengekstraksi berupa pelarut HCl dengan variasi perlakuan bahan baku dan konsentrasi HCl. Penentuan spektrum FTIR dilakukan