Identifikasi Kualitatif Pektin HASIL DAN PEMBAHASAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Jumlah Pektin

Jumlah pektin adalah banyaknya pektin dalam gram yang dihasilkan dari ekstraksi kulit pisang kepok pada masing-masing perlakuan, yaitu menggunakan bahan segar dan kering dengan berbagai konsentrasi pelarut HCl. Bobot pektin hasil ekstraksi berkisar 6,5170- 10,3610 gram, bobot tertinggi diperoleh dari ekstraksi bahan segar dengan konsentrasi HCl 0,075 N dan bobot terendah diperoleh dari ekstraksi bahan kering dengan konsentrasi HCl 0,025 N. Gambar 4.1. Jumlah pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi Gambar 4.1 menunjukkan bahwa jumlah pektin dalam gram yang dihasilkan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya konsentrasi HCl, baik dengan bahan segar maupun kering. Bahan segar menghasilkan bobot pektin, yaitu 8,7640 gram untuk HCl 0,025 N; 9,4380 gram untuk HCl 0,05 N; dan 10,3610 gram untuk HCl 0,075 N, dengan rata-rata sebanyak 9,5210 gram. Bahan kering menghasilkan pektin dengan bobot, yaitu 6,5170 gram untuk HCl 0,025 N; 7,6530 gram untuk HCl 0,05 N; dan 8,0290 gram untuk HCl 0,075 N, dengan rata-rata sebanyak 7,3997 gram. Menurut Nainggolan 1994 di dalam Hanum 2012, prinsip ekstraksi pektin adalah perombakan protopektin yang tidak larut menjadi pektin yang mudah larut yang dapat dilakukan dengan hidrolisis asam atau enzimatis. Pelarut HCl merupakan asam yang berperan sebagai katalis untuk mempercepat reaksi hidrolisis protopektin menjadi pektin. Semakin tinggi konsentrasi HCl menyebabkan semakin banyak ion hidrogen yang mensubstitusi kalsium dan magnesium dari protopektin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta proses hidrolisis protopektin menjadi pektin lebih cepat, sehingga dapat menghasilkan pektin yang lebih banyak. Jadi dengan konsentrasi HCl yang tinggi, rendemen pektin akan terus meningkat hingga mencapai keadaan maksimum di mana protopektin telah habis terhidrolisis Fitria, 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam maka semakin banyak pektin yang dihasilkan, dibuktikan dengan bobot pektin tertinggi diperoleh pada konsentrasi HCl 0,075 N dan bobot terendah diperoleh pada konsentrasi HCl 0,025 N, baik untuk bahan baku kulit pisang kepok segar maupun kering. Ekstraksi pektin dengan bahan segar maupun kering, memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bahan segar memiliki kelebihan yaitu tidak memerlukan proses pengeringan, dapat langsung dilakukan proses ekstraksi, dan bobot pektin yang dihasilkan lebih banyak, sedangkan kekurangannya yaitu bahan tidak dapat disimpan untuk waktu lama dan harus segera dilakukan proses ekstraksi karena kulit pisang kepok mengandung antioksidan yang tinggi sehingga proses pembusukan menjadi lebih cepat serta memerlukan pelarut pengendap pektin yang lebih banyak karena bahan segar memiliki kandungan air yang cukup besar. Bahan kering memiliki kelebihan yaitu dapat disimpan untuk waktu yang lebih lama sehingga proses ekstraksi dapat dilakukan kapan saja sesuai dengan kebutuhan, sedangkan kekurangannya adalah memerlukan waktu cukup lama untuk proses pengeringan bahan baku awal karena kandungan air awal bahan yang cukup besar. Penggunaan bahan segar ataupun kering dari kulit pisang kepok untuk ekstraksi pektin dapat disesuaikan dengan kebutuhan suatu industri dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya masing- masing.

b. Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan daya tahan produk pangan dan terkait dengan aktivitas mikroorganisme selama penyimpanan. Produk yang mempunyai kadar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta air tinggi lebih mudah rusak karena dapat menjadi media yang kondusif bagi pertumbuhan mikroorganisme. Dalam upaya memperpanjang masa simpan produk, dilakukan pengeringan sampai dengan batas kadar air tertentu, karena produk dengan kadar air rendah relatif lebih stabil dalam penyimpanan jangka panjang daripada produk dengan kadar air yang tinggi Pardede, et. al., 2013. Kadar air awal limbah kulit pisang segar yang telah dianalisis adalah 85,3868 dan kadar air awal limbah kulit pisang kering adalah 8,90. Gambar 4.2. Kadar air pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi Pada penelitan ini, pengeringan pektin dilakukan dalam oven suhu 40 C selama 8 jam Hanum, et. al., 2012. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa kadar air pektin kulit pisang kepok berkisar 8,2390-10,3501, dengan rata-rata 9,5492. Kadar air pektin tertinggi diperoleh dari hasil ekstraksi bahan kering pada konsentrasi HCl 0,075 N, sedangkan kadar air terendah diperoleh dari hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,025 N. Syarat kadar air maksimum untuk pektin kering menurut IPPA International Pectin Producers Association 2003 adalah tidak lebih dari 12, dengan demikian kadar air pektin hasil penelitian ini masih di bawah syarat maksimum yang telah ditetapkan. Menurut Utami 2014, tingginya kadar air pektin yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh derajat pengeringan pektin yang tidak maksimal sehingga air yang dikandung bahan tidak teruapkan secara sempurna. Fitria 2013 menjelaskan bahwa kondisi penyimpanan pektin sebelum dilakukan uji kadar air juga akan mempengaruhi hasil pengujian. Penyimpanan pada tempat lembab dan wadah yang tidak kedap udara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan menyebabkan kerentanan pektin terpapar oleh udara luar, sehingga pektin menjadi lembab kembali.

c. Kadar Abu

Abu merupakan bahan anorganik yang diperoleh dari residu atau sisa pembakaran bahan organik. Kandungan mineral suatu bahan dapat diketahui dari kadar abu yang dimiliki oleh suatu bahan yang juga berpengaruh pada tingkat kemurnian pektin Budiyanto dan Yulianingsih, 2008. Semakin tinggi tingkat kemurnian pektin, maka kadar abu dalam pektin akan semakin rendah dan sebaliknya. Kadar abu dalam pektin dipengaruhi oleh adanya residu bahan anorganik yang terkandung dalam bahan baku, metode ekstraksi, dan isolasi Kalapathy dan Proctor, 2001. Gambar 4.3. Kadar abu pektin kulit pisang kepok hasil ekstraksi Hasil analisis kadar abu menunjukkan bahwa kadar abu pektin kulit pisang kepok berkisar 0,4654-2,4770, dengan rata-rata 1,1674. Kadar abu pektin tertinggi diperoleh dari hasil ekstraksi bahan kering pada konsentrasi HCl 0,075 N, sedangkan kadar abu terendah diperoleh dari hasil ekstraksi bahan segar pada konsentrasi HCl 0,025N. Batas maksimum kadar abu pektin dalam IPPA 2003 adalah tidak lebih dari 10, dengan demikian kadar abu hasil penelitian ini masih di bawah syarat maksimum yang telah ditetapkan. Gambar 4.3 menunjukkan bahwa kadar abu pektin yang dihasilkan semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi pelarut HCl. Menurut Meyer 1985 dalam Hanum, et. al. 2012, dalam buah-buahan