1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah unsur terpenting dalam mewujudkan manusia seutuhnya karena maju mundurnya keberhasilan dan kepribadian suatu bangsa kini ataupun
masa yang akan datang sangat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan memegang peran penting dalam pembangunan masa depan, yakni dengan membangun
sumber daya manusia agar dapat menjadi subyek pembangunan yang produktif. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
1
Mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analisis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang
matematika, fisika, kimia dan pengetahuan pendukung lainnya. Salah satu tantangan besar yang dihadapi guru mata pelajaran biologi saat ini
yakni bagaimana membantu anak mengembangkan keterampilan berpikir thinking skill, melangkah dari pengalaman konkret ke berpikir abstrak yang
dapat menghasilkan terobosan baru melalui sebuah desain pembelajaran aktif sesuai dengan konsep biologi itu sendiri.
Komisi Pendidikan abad-21 Commission on Education for the “21”
Century, mengajukan empat strategi yang dilakukan untuk menyukseskan pendidikan: Pertama, learning to know, yaitu pelajar mencari informasi dari
1
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diakses dari
http:www.inherent-dikti.net.filessisdiknas.pdf , pada tanggal 20 Oktober
2013, h. 3.
lingkungan sekitarnya dan mampu untuk belajar mengetahui; Kedua, learning to do, yaitu pelajar belajar untuk bekerja, bertindak serta mengemukakan ide atau
pendapat; Ketiga, learning to live together, yaitu pelajar mampu hidup berdampingan, berkembang bersama dan mampu untuk menghargai orang lain;
dan Keempat, learning to be, yaitu pelajar mampu menjadi dirinya sendiri, belajar menjadi manusia seutuhnya serta mampu beradaptasi dengan lingkungan.
2
Pola pengajaran yang selama ini digunakan guru hanya berpusat pada guru sendiri teacher centred sehingga belum mampu membantu siswa dalam
menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah, mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka. Hal itu
dikarenakan siswa belum diberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan kreatifitas dalam menyerap dan mengaplikasikan
pelajaran yang diperoleh. Keterampilan siswa dalam menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah pun sering luput dari perhatian guru. Pada akhirnya
timbulnya ketidakmampuan siswa dalam memahami materi pelajarannya dan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Guru perlu menemukan suatu pola pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikirnya, menyelesaikan soal-soal
berbentuk masalah, menumbuhkan kembali motivasi dan minat siswa dalam belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru hendaknya mampu
menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengembangkan, menemukan, menyelidiki, dan mengungkap ide
siswa sendiri, serta melakukan proses penilaian yang berkelanjutan untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Keterampilan memecahkan masalah sangatlah penting karena sebagai makhluk tidak dapat terlepas dari suatu masalah. Masalah itu muncul dalam
kehidupan kita sehari-hari mulai dari kita bangun tidur hingga kita beranjak tidur, masalah itu selalu ada. Keterampilan memecahkan masalah dipandang perlu
dimiliki siswa, terutama siswa SMA, karena keterampilan-keterampilan ini dapat
2
G. Spring, Education for The 21
st
Century: A South Australian Perspective, Flinder University Institute of International Education; Flinders University, Adelaide, 1999, diakses dari
URL: http:wwwed.strut.flinders.edu.au
pada tanggal 25 Oktober 2013, h.4-5.
membantu siswa membuat keputusan yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang.
Proses pembelajaran yang distimulus dengan suatu permasalahan yang sesuai dengan kehidupan siswa akan lebih membuat siswa termotivasi karena merasa
akrab dengan pembelajaran yang disampaikan. Pembelajaran ini tentunya berdampak positif yaitu mampu melatih keterampilan berpikir siswa dan melatih
menyelesaikan setiap masalah secara efektif dan efisien. Pembelajaran yang dilakukan akan terasa lebih bermakna dan berkesan bagi siswa karena para siswa
atau keluarga dan masyarakat di sekitar mereka telah mengalami masalah yang diajukan sehingga para siswa benar-benar mengetahui masalah tersebut.
Salah satu alternatif dari permasalahan tersebut adalah dengan cara menerapkan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa yakni
model pembelajaran berdasarkan masalah atau sering dikenal dengan istilah Problem Based Instruction PBI. Model pembelajaran ini merupakan model
pembelajaran dapat membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri.
3
Berdasar pada filosofi kurikulum 2013 bahwa proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi dirinya menjadi keterampilan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca,
dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan
fisik peserta didik. Hasil dari proses pembelajaran yang penting bagi siswa salah satunya adalah
keterampilan berpikir tingkat tinggi dikarenakan keberhasilan dalam belajar siswa tidak hanya nilai kognitif akhir yang didapatkan siswa tetapi juga dalam proses
belajar siswa mampu terlatihkan untuk berpikir kritis, logis, sistematis, dan objektif sehingga siswa tidak hanya berpikir abstrak melainkan mampu berpikir
fakta menuju konsep. Siswa yang memiliki keterampilan sosial dan keterampilan
3
I Wayan Sumiana, Sumarno Ismail, Lailany Yahya, “Pengaruh Penerapan Model Problem Based Instruction PB
I terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pelajaran Matematika”, Jurnal Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo, h. 2.
berpikir tingkat tinggi nantinya akan mampu menjawab tantangan di kehidupan nyata yang mengharuskan siswa untuk berinteraksi dengan orang lain dan
menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dikehidupan sehari-hari.
4
Proses pembelajaran yang didasarkan pada masalah, mampu menunjang keterampilan berpikir siswa menuju kepada berpikir tingkat tinggi. Keterampilan
berpikir tingkat tinggi didefinisikan sebagai penggunaan pikiran secara lebih luas untuk menemukan tantangan baru. Berpikir pada tingkat yang lebih tinggi bukan
hanya sekedar menghafalkan fakta, melainkan usaha mengeksplorasi pengalaman yang kompleks, reflektif dan kreatif yang dilakukan secara asadar untuk mencapai
tujuan, yaitu memperoleh pengetahuan yang meliputi tingkat berpikir analisis, sintesis dan evaluatif.
5
Perlunya siswa SMA mempunyai keterampilan berpikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah, secara eksplisit telah dirumuskan dalam Permen 22, tahun
2006 tentang Standar Isi KTSP untuk matapelajaran biologi SMA-MA
Depdiknas, 2006:
”Mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang
matematika, fisika, kimia, dan pengetahuan pendukung lainnya. ”
6
Pengajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah ada dalam pikirannya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri mengenai dunia sosial dan sekitarnya. Dengan
4
Umi Nurjannah, “Pengaruh Pembelajaran Problem Based Instruction PBI Diintegrasikan
dengan Student Team Achivement Division STAD terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Keterampilan Sosial”, Jurnal Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Juni 2012, h.5.
5
Emi Rofiah, Nonoh Siti Aminah, Elvin Yusliana Ekawati, “Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa SMP”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 1,
No. 2, September 2013, ISSN: 2338 – 0691, h. 17.
6
Paidi, Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA, Artikel Seminar Nasional, FMIPA UNY 2010, h.1.
pendekatan ini, keterampilan berpikir dapat dikembangkan dengan cara membantu siswa menjadi problem solver yang lebih baik. Untuk itu, guru harus
menyediakan masalah soal yang memungkinkan siswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tingginya.
Salah satu sumber belajar yang penting yaitu buku ajar berupa buku materi wajib dan buku pendamping maupun lembar kerja siswa LKS. LKS yang
digunakan sebagai media pembelajaran yang instan untuk menguji keterampilan dan pemahaman siswa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Dengan
menggunakan LKS guru tidak lagi harus bersusah-susah untuk mengumpulkan soal-soal atau pertanyaan. Untuk evaluasi maupun tes hasil belajar, guru cukup
menginformasikan dan mengarahkan terhadap soal-soal yang telah tersedia di dalam LKS. LKS sebagai turunan dari konsep besar menjawab pertanyaan,
merupakan media penting untuk mengukur pemahaman siswa secara kognitif. Oleh karena itu, LKS dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran
secara keseluruhan dengan lebih mudah karena menjawab soal-soal dalam LKS sama halnya dengan mempelajari tentang suatu hal secara berulang-ulang dan
biasanya soal-soal serta jawabannya hanya tinggal memindahkan materi yang tercantum pada LKS.
7
LKS sebagai instrumen kegiatan belajar mengajar merupakan strategi yang efektif untuk melatih ingatan siswa dalam menguasai
materi pelajaran karena saat menggunakan LKS, siswa difokuskan untuk menjawab soal-soal yang telah tersedia. Oleh karena itu,
Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil
keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap menyampaikan konsep baru atau pada tahap penanaman konsep tahap lanjutan.
Namun, LKS yang digunakan di sekolah biasanya kurang menyajikan hubungan antara materi yang dipelajari dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu, kualitas LKS yang beredar pun masih beragam.
8
Oleh karena itu, perlu disusun dan dikembangkan LKS yang berkualitas menurut kriteria tertentu. LKS
7
Lampiran 21, h. 253.
8
Ibid., h.253.
yang akan dikembangkan harus mampu membuat siswa mengembangkan kreatifitasnya dalam berpikir sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Materi yang akan diujikan melalui LKS berbasis Problem Based Instruction ini dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah materi jamur. Pada materi
ini ada beberapa masalah yang menarik untuk dipecahkan oleh siswa mengenai permasalahan yang berkaitan dengan jamur. Jamur yang dikonsumsi manusia
memiliki dampak positif dan negatif. Isu-isu yang demikian dapat dilakukan eksplorasi yang tidak terlepas dari permasalahan yang terkait dengan biologi
dimana masalah-masalah tersebut memiliki cakupan yang sangat luas. Pengetahuan tentang jamur itulah yang perlu dipelajari.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan LKS berbasis problem based instruction untuk mengembangkan keterampilan
berpikirnya atau lebih menuju ke peningkatan berpikir tingkat tinggi siswa. Oleh karena itu, peneliti menetapkan judul penelitian ini adalah,
“Penggunaan LKS berbasis Problem Based Instruction untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi Siswa pada Konsep Jamur. ”
B. Identifikasi Masalah