c. Hasil Observasi
Observasi yang dilakukan dengan wawancara siswa pada saat eksperimen dalam penelitian ini merupakan observasi untuk mengetahui tingkat
ketercapaian keterampilan berpikir tingkat tinggi pada saat proses pembelajaran. Berikut ini data hasil observasi.
Table 4.13 Persentase Ketercapaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Proses Pembelajaran pada Setiap LKS
8
No Indikator
LKS 1 LKS 2
LKS 3 Kategori
Kategori Kategori
1 Menganalisis
Menentukan pokok
permasalahan 100
Baik sekali
100 Baik
sekali 100
Baik sekali
Merumuskan masalah
77,78 Baik
77,78 Baik
100 Baik
2 Mengevaluasi
Merumuskan hipotesis
66,67 Cukup
77,78 Baik
77,78 Baik
Menentukan solusi terbaik
77,78 Baik
77,78 Baik
100 Baik
sekali 3
Mengkreasi Menentukan
alternatif solusi
100 Baik
sekali 100
Baik sekali
100 Baik
sekali
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa indikator menganalisis C4, dan mengkreasi C6 pada LKS 1 mencapai kategori baik sekali. Indikator
mengevaluasi C5 mencapai kategori cukup pada kemampuan merumuskan hipotesis dan kategori baik pada keterampilan dalam menenttukan solusi
terbaik. Sedangkan pada hasil observasi LKS 2 dan LKS 3 dapat dilihat bahwa pembelajaran telah mencapai kategori baik dan baik sekali. Dari data di atas,
terlihat bahwa hasil observasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa mengalami peningkatan.
8
Lampiran 13, h. 192-193..
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa LKS berbasis problem based instruction dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
Hal ini terlihat dari hasil perhitungan N-Gain sebesar 0,71 dengan berkategori tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Makrina bahwa
kerja ilmiah yang diawali dengan permasalahan dan dilengkapi dengan LKS yang mengarahkan pada upaya siswa untuk melakukan investigasi sebagai dasar untuk
mengambil kesimpulan dan dilanjutkan dengan menyusun laporan ilmiah yang disesuaikan dengan kehidupan nyata siswa menjadi faktor penentu dan melatih
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
9
Berdasarkan hasil pretest, diketahui bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa sangat rendah, terlihat dari nilai pretest yang diperoleh nilai terendah
2,5 dan nilai tertinggi 47,5. Pada penggunaan LKS 1 keterampilan berpikir tingkat tinggi mengalami peningkatan. Ini ditunjukkan dari nilai siswa yang meningkat
antara 51 sampai 80 dengan nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 75. Berdasarkan hasil observasi, peneliti mendapatkan siswa yang masih bingung dalam membuat
hipotesis berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat dan menemukan solusi pemecahan yang tepat. Keterampilan berpikir tingkat tinggi pada LKS 1 sudah
lebih baik dibandingkan pretest, tetapi kurang memuaskan. Hal ini diduga karena siswa baru pertama kali mengerjakan LKS dengan model Problem Based
Instruction sehingga siswa belum terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam LKS. Dalam hal ini peneliti baru pertama kali memberikan
perlakuan sehingga masih ada kekakuan dalam memberikan arahan kepada siswa dan siswa pun masih menyesuaikan dengan perlakuan yang diberikan oleh
peneliti. Pada penggunaan LKS 2 keterampilan berpikir tingkat tinggi juga
mengalami peningkatan antara 61 sampai 80 dengan nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 80. Berdasarkan observasi pada LKS 2, untuk indikator mengevaluasi
dan mencipta sudah lebih baik karena siswa sudah mampu membuat rumusan
9
Makrina Tindangen, Implementasi Strategi Inkuiri Biologi SMP serta Pengaruhnya terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi , Didaktika, 2007, h. 151.