Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol

Pada saat perlakuan di kelas kontrol dan kelas eksperimen, hasil di kelas eksperimen lebih tinggi. Hal ini dikarenakan kelas eksperimen menjadikan siswa aktif dan kreatif. Siswa didorong tidak hanya belajar mengandalkan ingatan saja. Tetapi juga guru menciptakan suasana produktif dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Time Token Arends merupakan model pembelajaran keterampilan sosial khususnya dalam mengemukakan pendapat. Dalam pelaksanannya siswa dituntut untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan mengungkapkan buah pikirannya untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Sedangkan model konvensional di kelas kontrol, siswa hanya mendengarkan guru yang sedang menerangkan materi, sehingga siswa tidak semuanya memperhatikan guru, maka siswa kurang mendapatkan informasi tentang materi yang diajarkan guru. Berdasarkan data hasil penelitian analisis data diatas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dari hasil perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana hasil belajar siswa pada kelas eksperimen jauh lebih besar dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol. Hal ini dapat disimpulkan, bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VII SMPN 87 Jakarta. Hal ini terbukti pada data yang diambil dari 35 siswa kelas eksperimen, penulis dapat menjelaskan dengan singkat mengenai data yang diperoleh dari siswa sebelum dianalisis. Deskripsi kelas eksperimen memiliki rata-rata pre- test 52,57 sebelum menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends. Setelah diberi 3 kali perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends, penulis memperoleh rata-rata post-test 93. Sehingga penulis memperoleh rata- rata skor gain 0,83. Nilai terendah pada pre-test kelas kontrol adalah 30 dan nilai tertinggi adalah 75. Data menunjukkan bahwa pada post-test kelas eksperimen nilai terendah adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 100. Dapat disimpulkan bahwa nilai terendah dan tertinggi pada post-test kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai pre-test. Sementara itu, dari deskripsi nilai kelas kontrol yang penulis peroleh, nilai rata-rata pre-test adalah 39,72. Pada kelas ini, penulis tidak menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends pada pembelajaran IPS. Setelah memberikan 3 kali perlakuan tanpa menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends, penulis memperoleh rata-rata post-test 51,52 Penulis memperoleh rata-rata skor gain adalah 0,17. Hal ini berarti skor gain kelas eksperimen lebih tinggi daripada skor gain kelas kontrol. Nilai pre-test terendah 25 dan nilai tertinggi adalah 70. Data menunjukkan pada post-test nilai terendah adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 90. Dapat disimpulkan bahwa nilai terendah dan nilai tertinggi pada post-test kelas kontrol juga lebih tinggi daripada nilai pre-test. Sebelum menguji hipotesis, penulis juga menganalisis normalitas dan homogenitas data. Tujuan dari analisis normalitas ini adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh di penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Hasil normalitas bisa dilihat dengan membandingkan nilai signifikansi yaitu 0.05. Sementara itu, tujuan dari analisis homogenitas adalah untuk mengetahui apakah data atau sampel di kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen atau heterogen. Setelah itu dilakukan uji Normalitas data pretest pada kelas eksperimen. Hasil uji normalitas data pretest kelas eksperimen berada pada distribusi tidak normal dengan Sig 0,05 0,035 0,05 dengan N jumlah responden 35 siswa dan taraf signifikansi α = 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak dan sampel berdistribusi tidak normal.