bacaan. Fase-3
Mengorganisasikan siswa
ke dalam
kelompok kooperatif Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana cara
membentuk kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4 Membimbing kelompok
bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas
mereka. Fase-5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi
yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6 Memberikan
penghargaan Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu
dan kelompok.
5. Metode Time Token Arends
Menurut Arends strategi pembelajaran Time token merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran yang demokratis di
sekolah, proses pembelajaran yang demokratis adalah proses yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka harus mengalami sebuah
perubahan kearah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham, dari tidak tau menjadi tahu. Dalam
proses pembelajaran, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama.
Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif, model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar
siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.
24
Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbalbahasa, visual,
auditif, taktik, dan lain-lain. Ada dua cara yang membantu siswa agar pesan tersebut mudah diterima. Cara pertama perlu adanya pengulangan
sehingga membantu siswa dalam memperkuat pemahamannya. Cara kedua adalah siswa menyebutkan kembali pesan yang disampaikan guru
kepadanya. Cara pertama dilakukan oleh guru sedangkan cara kedua menjadi tugas siswa melalui pertanyaan yang disampaikan guru kepada
siswa.
25
Dalam pelaksanaan pembelajaran Time Token Arends ada beberapa langkah-langkah, sebagai berikut :
1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar. 2 Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi
klasikal. 3 Guru memberi tugas pada siswa.
4 Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.
5 Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Satu kupon untuk
satu kesempatan berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis
kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang
24
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014, Cet. 5, h. 239.
25
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. 2, h. 214.