B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa masalah diidentifikasikan, sebagai berikut:
1. Pada proses pembelajaran, guru kurang melakukan metode pembelajaran yang menarik, hal ini menyebabkan pembelajaran
berlangsung secara monoton dan mengakibatkan siswa menjadi jenuh. 2. Selama proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, belum
terlihatnya keaktifan belajar siswa. 3. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial, hal ini dibuktikan dengan 80,3 siswa yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum KKM.
C. Pembatasan Masalah
Dari pernyataan yang timbul dalam identifikasi masalah dan agar peneltian ini mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam penelitian ini,
peneliti membatasi masalah ini pada: “Rendahnya hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS di SMPN 87 Jakarta. ”
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimanakah pengaruh penggunaan metode Kooperatif Tipe Time Token Arends
terhadap hasil belajar IPS siswa?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends terhadap hasil belajar IPS siswa.
”
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat bagi setiap masyarakat
pendidikan, diantaranya:
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terhadap metode yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran, khususnya dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS.
2. Praktis
a. Bagi peneliti, sebagai pengalaman dan wawasan baru dalam membahas masalah yang berkaitan dengan pembelajaran Kooperatif
Tipe Time Token Arends. b. Bagi guru, dapat mengembangkan kreatifitas guru dalam menerapkan
strategi pembelajaran dan dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
c. Bagi sekolah yang diteliti agar dapat memberikan wacana baru tentang pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang dinginkan oleh para
siswanya. Memberikan masukan pada sekolah dalam menghasilkan guru-guru yang kreatif.
d. Bagi Universitas, Memberikan masukan dalam penyusunan program penelitian di perguruan tinggi. Memberikan motivasi pada mahasiswa
lain agar melakukan penelitian dengan metode yang lebih baik. Memberikan kontribusi hasil penelitian yang relevan terhadap
mahasiswa-mahasiswa lain yang akan melakuan penelitian
8
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Menurut Kolb dan Malcolm Tight belajar adalah proses pengetahuan dikreasi melalui transformasi pengalaman.
1
Belajar adalah kebutuhan dalam kehidupan manusia, sama pentingnya seperti
bekerja dan berteman. Seperti dikemukakan oleh David Kolb maka belajar adalah cara adaptasi utama manusia, jika kita tidak belajar
maka tidak bisa bertahan hidup, dan kita tentu saja tidak akan berhasil baik. Belajar itu kompleks dan meliputi berbagai aspek kehidupan.
Sementara menurut Jarvis belajar adalah: 1 ada tidaknya perubahan perilaku permanen sebagai hasil dari pengalaman; 2
perubahan relatif sering terjadi yang merupakan hasil dari praktek pembelajaran; 3 proses di mana pengetahuan di gali melalui
transformasi pengalaman; 4 proses transformasi pengalaman yang menghasilkan pengetahuan, skill, attitude; 5 mengingat informasi.
2
Menurut Skinner , “Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan
adanya hal berikut: 1 kesempatan terjadinya peristiwa yang
1
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, cet.2, h. 178.
2
Ibid.
menimbulkan respons pebelajar; 2 respons si pebelajar, dan; 5 konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.
”
3
Sedangkan menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar orang
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari i stimulasi yang berasal dari
lingkungan, dan ii proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar.
4
Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan
informasi, menjadi kapabilitas baru. Gagne berpendapat bahwa dalam belajar terdiri dari tiga tahap
yang meliputi sembilan fase. Tahapan itu sebagai berikut: i persiapan untuk belajar, ii pemerolehan dan unjuk perbuatan
performansi, dan iii alih belajar. Pada tahap persiapan dilakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan dan mendapatkan
kembali informasi. Pada tahap pemerolehan dan performansi digunakan untuk persepsi selektif, sandi semantik, pembangkitan
kembali dan respons, serta penguatan.
5
Tahap alih belajar meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan, dan pemberlakuan secara
umum. Adanya tahap dan fase belajar tersebut mempermudah guru untuk melakukan pembelajaran.
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki
perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks
3
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, cet 5, h. 9.
4
Ibid,. h.10.
5
Ibid,. h. 12.
menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman experience.
Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan, knowledge, atau a body of knowledge.
Menurut Witherington menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-
pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Sependapat dengan Witherington, Crow
menyatakan bahw a, “Belajar merupakan diperolehnya kebiasaan-
kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. ”
6
Kemudian,W.S.Wingkel menyatakan bahwa “Belajar adalah
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap .”
7
Belajar adalah proses yang aktif, sehingga apabila siswa tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respons siswa
terhadap stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki. Keterlibatan siswa atau respon siswa
terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam
bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, memecahkan tugas-tugas yang diberikan guru dan lain-lain.
8
6
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, cet. 2, h. 11.
7
Ibid,. h.14.
8
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004 Cet. 2, h. 215.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses mencari dan mengetahui apa yang tidak mereka
ketahui menjadi tahu. Belajar merupakan perubahan tingkah laku seorang individu karena sebuah pengalaman, melalui pengalaman
tersebut menghasilkan sebuah pengetahuan, kemampuan, dan informasi.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
1. Faktor-faktor internal belajar Dari dimensi siswa, masalah-masalah belajar yang dapat
muncul sebelum kegiatan belajar dapat berhubungan dengan karakteristikciri siswa, baik berkenaan dengan minat, kecakapan
maupun pengalaman-pengalaman. Selama proses belajar, masalah belajar seringkali berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi,
konsentrasi, pengolahan pesan pembelajaran, menyimpan pesan, menggali kembali pesan yang telah tersimpan, unjuk hasil belajar.
Beberapa faktor internal yang mempengaruhi proses belajar siswa: a. Ciri khaskarakteristik siswa;
b. Sikap terhadap belajar; c. Motivasi belajar;
d. Konsentrasi belajar; e. Mengolah bahan belajar;
f. Menggali hasil belajar; g. Rasa percaya diri.
9
9
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran , Bandung: Alfabeta, 2009 Cet. 2, h. 177.