PENUTUP Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

kurangnya ruang untuk siswa berpikir kreatif dalam mengekspesikan bakat dan kemampuannya. Karena pada dasarnya siswa memiliki cara berpikir yang berbeda-beda. Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum di Indonesia masih jauh tertinggal karena kurikulum saat ini hanya didasarkan pengetahuan pemerintah saja tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Kurikulum dibuat di Jakarta sehingga kurikulum hanya terpusat di daerah sekitar kota Jakarta dan kota besar lainnya. Tidak memperhatikan kondisi di daerah terpencil. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh United Nations Development Programme UNDP atau Badan Program Pembangunan PBB yang diluncurkan di New York, Jum’at 15112013, indeks pembangunan pendidikan atau Education Development Index EDI berdasarkan data tahun 2013 adalah 0,603. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-108 dari 187 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,910 – 1. Kategori medium berada di atas 0,67, sedangkan kategori rendah di bawah 0,67. 1 Banyak masalah – masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, diantaranya yaitu pengembangan kurikulum yang ditingkatkan sesuai tuntutan zaman. Peningkatan mutu berbasis sekolah, proyek peningkatan mutu guru, pengembangan media pembelajaran atau alat media pembelajaran yang sudah difasilitasi pemerintah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran atau metode pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses yang terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah orang, yaitu peserta didik melakukan 1 United Nations Development Programme, “Education Development Index, “ artikel diakses pada 28 Februari 2015 dari http:hdr.undp.orgencontenteducation-index . proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. 2 Tetapi banyak sekolah yang tidak menggunakan model pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik yang berdampak pada prestasi belajar siswa. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial. Dalam pelajaran IPS di tingkat Sekolah Menengah Pertama guru harus dapat menyampaikan pelajaran dengan baik karena materi pelajaran IPS cukup luas. Guru harus menyelesaikan ketuntasan belajar siswa, sehingga perlu perencanaan pembelajaran dengan menggunakan media, alat peraga yang menunjang untuk belajar dan metode yang sesuai dengan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru juga harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan memberikan stimulus sehingga membangkitkan semangat siswa untuk belajar IPS . Metode yang tidak tepat digunakan akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Oleh karena itu, seorang guru IPS dituntut untuk menerapkan metode yang efektif sehingga benar-benar dapat membangkitkan minat belajar peserta didik sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat terpenuhi. Maka seorang guru harus mempunyai wawasan luas terhadap ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat ini dan mampu menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang makin berkembang. Untuk dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien guru harus mempunyai kemampuan tertentu, adapun kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yaitu kemampuan menguasai bahan ajar, mengelola kelas serta dapat menempatkan metode-metode yang tepat pada saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas. 3 2 Rasyad Aminuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Uhamka Press, 2003, Cet 4, h. 14. 3 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hal.17. Seperti halnya dengan pemberian materi pembelajaran IPS di kelas, bukan hanya menggunakan metode yang monoton tetapi pembelajaran IPS juga dapat memakai dengan berbagai macam metode. Pemilihan suatu metode perlu memperhatikan suatu materi yang disampaikan oleh guru kepada peserta didiknya, dari tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, dan banyaknya peserta didik yang diikut sertakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Dan dari pemilihan suatu metode pembelajaranlah minat peserta didik untuk belajar akan semakin terpacu lagi. Hal serupa juga dialami oleh siswa kelas VII SMP Negeri 87 Jakarta dimana siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pada saat guru menjelaskan materi masih banyak siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya terutama siswa yang duduk di belakang. Hal ini dikarenakan pada saat guru selesai menjelaskan materi dan guru memberikan waktu untuk siswa bertanya, siswa tidak ada yang bertanya. Namun sebaliknya pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa, tidak ada siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru. Terbukti dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMPN 87 Jakarta, dari 3 kelas VII.4, VII.5, VII.6 ada sekitar 80,3 siswa yang memperoleh nilai IPS berkisar antara 47 – 60. 4 Sementara nilai IPS mencapai standar ketuntasan yakni 70. 5 Hal ini juga ditunjukkan dengan hasil wawancara kepada 10 siswa pada tanggal Senin, 2 Maret 2015 pukul 10.10 WIB, diperoleh data yang menyatakan bahwa siswa sendiri beranggapan bahwa pelajaran IPS itu kurang menarik karena mereka mengaku bahwa pelajaran IPS selalu menekankan siswa untuk menghapal dan selalu mendengarkan guru berbicara. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas VII SMP Negeri 87 Jakarta, penulis beranggapan perlu adanya model pembelajaran yang tepat 4 Hasil daftar nilai ulangan harian tengah semester siswa UTS kelas VII.4, VII.5, VII.6 semester ganjil Tahun Pelajaran 20142015. 5 Hasil observasi dan wawancara dengan Bapak Hadis, S.Pd selaku guru IPS kelas VII.4 – VII.6 SMPN 87 Jakarta pada tanggal 2 Maret 2015. untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran IPS adalah metode pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends. Pada dasarnya metode pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends, sangat membantu guru IPS untuk mengajarkan keterampilan sosial kepada peserta didiknya, karena dalam penerapan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends memberikan gambaran kepada peserta didik, agar mereka memilki keterampilan sosial khususnya dalam hal mengemukakan pendapat mereka di depan kelas saat ada diskusi kelompok dan sesi tanya jawab. Dengan demikian peserta didik dapat saling berbagi pengetahuan kepada sesama teman. Adanya metode pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends ini dapat melatih peserta didik dalam hal saling berinteraksi antar peserta didik untuk bekerjasama dalam memberikan pendapat dan pengetahuan satu sama lain. Selain itu metode pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends dapat menumbuhkan rasa keberanian berpikir kritis serta berani untuk mengemukakan pendapatnya dengan baik di depan kelas. Oleh karena itu dengan adanya penerapan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends guru dapat dijadikan suatu alternatif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal dan efektif. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar mengajar diperlukan teknik atau cara belajar yang tepat karena ini merupakan suatu hal yang sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran peserta didik. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Terpadu Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta ” .

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa masalah diidentifikasikan, sebagai berikut: 1. Pada proses pembelajaran, guru kurang melakukan metode pembelajaran yang menarik, hal ini menyebabkan pembelajaran berlangsung secara monoton dan mengakibatkan siswa menjadi jenuh. 2. Selama proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, belum terlihatnya keaktifan belajar siswa. 3. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, hal ini dibuktikan dengan 80,3 siswa yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum KKM.

C. Pembatasan Masalah

Dari pernyataan yang timbul dalam identifikasi masalah dan agar peneltian ini mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah ini pada: “Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMPN 87 Jakarta. ”

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh penggunaan metode Kooperatif Tipe Time Token Arends terhadap hasil belajar IPS siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan model