Pembahasan Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Dengan Metode HIRARC Pada Pekerjaan Di

a. Confined spaced Ketika membersihkan chute, pekerja dihadapkan dengan ruangan yang terbatas confined spaced karena ukuran ruangan tidak begitu luas. Dalam Peraturan menteri perburuhan No 7 tahun 1964 mengenai syarat kesehatan pekerja ditetapkan bahwa pekerja harus dibuat ukuran ruang kerja yang cukup sehingga memiliki ruang udara yang cukup yang sedikitnya 10-15 m. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment 23. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan yang berhubungan denga pekerjaan bucket elevator, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes b. Pencahayaan yang kurang Kemungkinan cahaya dalam ruangan chute sangat terbatas dan dapat menimbukan kerugian risiko pada pekerja. Dalam Peraturan menteri perburuhan No 7 tahun 1964 mengenai syarat kesehatan, dan pencahayaan bahwa ketika ruangan kerja tidak di fasilitasi dengan penerangan secara permanen maka harus dibuatkan penerangan darurat dengan kekuatan paling sedikit 5 lux 0.5 ft candles. Kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat berakibat membentur dinding chute, dan terjepit dari sela-sela chute. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment 23. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan yang berhubungan denga pekerjaan bucket elevator, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes c. Kekurangan oksigen Selain bahaya dari ruangan terbatas dan pencahayaan yang kurang, suplai oksigen yang terdapat pada ruangan ini cukup terbatas. Pekerjaan ini menimbulkan risiko berupa kekurangan oksigen. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment 23. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan yang berhubungan denga pekerjaan bucket elevator, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes 5. Pemeriksaan damper cyclone di SP 5a.Identifikasi bahaya Damper adalah alat pengatur udara yang berfungsi untuk merubah jumlah udara pembakaran. Alat ini dapat mempengaruhi kinerja proses pertukaran panas yang ada dari instalasi dan hidup dari internal perusahaan seperti pabrik semen Magotteaux, 2012. Dalam pekerjaan ini terdapat sumber bahaya berupa material panas dari area kerja yang dapat berisiko luka bakar hingga meninggal dunia ruangan yang berdebu, dan suhu udara yang panas. 5b.Penilaian risiko dan pengendaliaanya Dalam pekerjaan ini terdapat 4 sumber bahaya diantaranya adalah : a.Material Panas Material panas pada memeriksa damper dari alat cyclone preheater dapat berakibat luka bakar ringan hingga berat serta jika tidak ditanggulangi pertolongan pertama dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan pemeriksaan damper cyclone dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes b. Kerja di ketinggian Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan pemeriksaan damper cyclone, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes c.Berdebu Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes d.Udara Panas Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “rendah” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 3 dan konsekuensi S berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment control. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD. 6. Mengelas dinding cyclone 6a.Identifikasi bahaya Mengelas dinding cyclone dilakukan apabila bata didalam cyclone sudah mengalami pengeroposan dan berakibat rusaknya dinding cyclone akibat panas dari pembakaran cyclone yang kemudian mengeroposkan dinding-dinding cyclone. Maka perlu dilakukan pengelasan atau penambalan apabila bagian dalam cyclone telah di pasangangi bata anti api. Terdapat sumber bahaya dari pekerjaan tersebut diantaranya adalah sinar api las, tersengat arus listrik, berdebu, dan udara panas dari dinding cyclone. 6b.Penilaian risiko dan pencegahannya a.Percikan api las Dalam melakukan proses pengelasan terdapat pilar Undang- undang yang melindiungi pekerja dari bahaya pengelasan yakni tertuang dalam Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi No:Per 02MEN1982 Tentang kwalifikasi juru las PPUK3. Akibat pekerjaan ini pekerja dapat berisiko luka bakar dari percikan las dan iritasi mata dari asap pembuangan pembakaran las. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 3 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 22. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman, formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan yang berhubungan denga pekerjaan mengelas, adanya scafolding dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes b.Listrik dari alat las Bahaya pekerjaan mengelas selain dari percikan api dapat pula memiliki sumber dari listrik instalasi las. Hal ini dapat mengakibatkan pekerja tersengat listrik 220 volt dari alat las. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 3 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 22. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan yang berhubungan denga pekerjaan mengelas dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes c.Berdebu Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes d.Udara panas Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius bahkan mencapai 939 derajat ketika sampai di riser duct. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan pekerjaan mengelas dinding cyclone. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “ketat” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 3 dan konsekuensi S berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment 18. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD yang dikhususkan untuk melindungi tangan dari paparan panas dinding cyclone juga baju tahan panas. 7. Aktivitas pembersihan coating bata saat bricklining menggunakan stripping machine 7a. Identifikasi bahaya Aktivitas pembersihan coating adalah melakukan suatu penyemprotan yang berisikan adukan semen untuk membersihkan coating yang terdapat di dalam riser duct. Terdapat sumber bahaya ketika melakukan pekerjaan tersebut diantarannya adalah material dari coating, gas panas yang keluar dari riser duct, berdebu area SP, udara panas dan Stripping machine. 7b. Penilaian risiko dan pencegahannya a. Material dari coating Material dari coating saat di semprotkan stripping machine dapat memicu material coating tersembur keluar dinding dan dapat berisiko luka bakar dan meninggal dunia. Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan pekerjaan membersihkan riser duct. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “ketat” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 2 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 19. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD yang dikhususkan untuk menangani material yang menyembur terutama baju tahan api. b. Gas panas Ketika alat stripping machine diaktifkan maka akan ada gas panas yang keluar dari dinding cyclone dan gas dapat terhirup oleh pekerja. Dari sumber bahaya tersebut risiko yang terjadi dapat mengakibatkan cidera ringanberat hingga meninggal dunia akibat terhirup gas panas. Paparan yang diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan O berada pada angka 2 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 19 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes c. Berdebu Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata Paparan yang diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes d. Udara panas Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan pekerjaan membersihkan coating dengan stripping machine. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “rendah” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 2 dan konsekuensi S berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment 5. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD yang dikhususkan untuk menangani panas yakni baju tahan api. e.Stripping Machine Stripping machine menimbulkan risiko menabrak dan kejatuhan material. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 2 dan konsekuensi S berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment 14. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan alat stripping machine, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes 8. Pembersihan material di SP 8a. Identifikasi bahaya Membersihkan material di SP dilakukan secara manual oleh pekerja karyawan dengan membentuk tim atau perorangan. Dalam pekerjaan ini dibutuhkan tehnik yang terampil agar lingkungan area kerja tetap optimal. Terdapat tiga sumber bahaya dari pekerjaan ini diantaranya adalah kondisi lingkungan yang berdebu, lokasi panas, dan area yang sempit. 8b. Penilaian risiko dan pencegahannya a.Berdebu Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes b. Lokasi panas Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan pekerjaan membersihkan material di SP. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “rendah” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 3 dan konsekuensi S berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment 8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD. 9. Pengoperasian alat angkatangkut 9a. Identifikasi bahaya Alat angkat atau alat angkut di area SP memakai alat hoist crane. Hoist adalah bagian dari crane yang berfungsi sebagai alat pemindah barang dengan pergerakan vertical hoisting dan horizontal tranversing. Hoist merupakan peralatan yang sangat vital dan harus hati-hati dalam proses pekerjaan karena beresiko tinggi yang memerlukan tingkat safety tertentu. Pekerjaan dengan alat ini memiliki tingkatan bahaya cukup tinggi dengan sumber bahaya berupa kejatuhan dari alat dan benda yang bergerak yang dapat berisiko menabrak kepada pekerja dan kejatuhan material dari alat angkut yang digunakan. 9b. Penilaian risiko dan pengendaliannya Dalam pekerjaan ini hanya ada satu risiko dari pekerjaan pengoperasian alat angkat dan angkut yakni: a.Alat angkatangkut material yang diangkat Risiko ini digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 2 dan konsekuensi S berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment control. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah maintenance alat secara rutin, adanya penanggung jawab dari superitendent,adanya SOP, SIKA, JSA, dan pemakaian APD. 10. Mengatasi Kebakaran kecilAPAR 10a.Identifikasi bahaya Menurut Hargianto 2003, APAR alat pemadam api ringan adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan kontruksinya. Dalam bekerja di area SP wajib alat ini di letakkan di dinding-dinding tiap lantai agar jika terjadi keadaan kegawatan darurat dapat dipakai sebagaimana mestinya. Ketika memakai pemakaian APAR terdapat beberapa sumber bahaya yang diantaranya adalah dari tabung bertekanan api. 10b. Penilaian risiko dan pengendaliannya Dalam pekerjaan ini hanya ada satu risiko dari mengatasi APAR yakni: a.Tabung bertekanan api Ketika pekerja memakai APAR untuk keadaan darurat emergency terdapat risiko yang dapat membahayakan yakni dapat mengalami kebakaran dari sumber api, ledakan kejatuhan alat atau material dan iritasi dari paparan zat yang terkandung dalam APAR. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 1 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment control adalah 15. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah adana tim pemadam kebakaran, maintenance alat secara rutin, adanya penanggung jawab dari superitendent,adanya SOP, SIKA, JSA, dan pemakaian APD. 11. Kerja di area SP dan spray tower 11a. Identifikasi bahaya Bekerja pada area suspension preheater memiliki risiko yang tinggi. Tower yang berada pada puncak SP menyebabkan sumber bahaya diantaranya material panas, bekerja di ketinggian, ruangan yang berdebu, udara panas. 11b.Penilaian risiko dan pencegahannya a. Material Panas Material panas ketika bekerja di area SP dapat berakibat luka bakar ringan hingga berat serta jika tidak ditanggulangi pertolongan pertama dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan clogging, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes b. Kerja di ketinggian Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan clogging, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes c.Berdebu Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes d.Udara Panas Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “rendah” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 3 dan konsekuensi S berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment 8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD. 12. Kerja di ruang blower fine coal SP calciner 12a. Identifikasi bahaya Bekerja di ruangan blower sangat rentan akan bahaya yang dapat terjadi dari bisingnya alat blower. Kegunaan blower adalah untuk mendorong material yang akan masuk ke cyclone. Sumber bahaya yang terdapat di pekerjaan ini adalah kebisingan dari suara blower yang melebihi NAB Nilai ambang batas. 12b. Penilaian risiko dan pencegahannya a. Suara blower Suara blower merupakan dampak risiko tertinggi kepada pekerja yang dapat mengakibatkan gangguan pendengaran. Alat ini juga dapat mengakibatkan pekerja mengalami terjepit dari alat blower dan getaran vibration. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 17. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust collector dan elektrostatic precipitator EP, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan clogging, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes 13. Pembersihan coating 13a. Identifikasi bahaya Pembersihan coating dilakukan pada area riser duct dengan suhu 939 derajat celcius dan merupakan suhu tertinggi di rangkaian SP. Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk membersihkan penyumbatan material di dalam riser duct dan mengembalikan kondisi seperti semula. Sumber bahaya yang terdapat pada saat membersihkan coating adalah Material panas, kerja di ketinggian, berdebu, udara panas, dan stripping machine. 13b. Penilaian risiko dan pencegahannya a. Material Panas Material panas dari alat riser duct dapat berakibat luka bakar ringan hingga berat serta jika tidak ditanggulangi pertolongan pertama dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan membersihkan coating, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes b.Kerja di ketinggian Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan pembersihan coating, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes c.Berdebu Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes d.Udara Panas Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “rendah” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 3 dan konsekuensi S berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment 8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD. e.Stripping Machine Sumber bahaya dari alat stripping machine menimbulkan risiko menabrak dan kejatuhan material. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 2 dan konsekuensi S berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment 14. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan membersihkan coating, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes 14. Pembersihan sisa bata castable saat shutdown dan tumpahan material saat clogging 14a.Identifikasi bahaya Pembersihan sisa bata dilakukan pada saat mesin SP mati total atau dalam keadaan shut down. Pekerja akan masuk kedalam cyclone dan melakukan pembersihan. Dalam pekerjaan ini memiliki sumber bahaya ruangan terbatas confined sapced, lokasi ketinggian , berdebu, udara panas, material clogging. 14b. Penilaian risiko dan pencegahannya a.Confined spaced Ketika membersihkan sisa bata pekerja dihadapkan dengan ruangan yang terbatas confined spaced karena ukuran ruangan tidak begitu luas. Dalam Peraturan menteri perburuhan No 7 tahun 1964 mengenai syarat kesehatan pekerja ditetapkan bahwa pekerja harus dibuat ukuran ruang kerja yang cukup sehingga memiliki ruang udara yang cukup yang sedikitnya 10-15 m. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment 23. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan yang berhubungan denga pekerjaan bucket elevator, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes b.Kerja di ketinggian Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan membersihkan sisa bata di dalam cyclone, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes c.Berdebu Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes d.Udara Panas Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “rendah” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 3 dan konsekuensi S berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment 8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD. e.Material Clogging Material clogging berbahaya ketika didekatkan dengan sumber panas atau api karena akan ada proses tekanan mengeluarkan api yang dapat mengakibatkan kebakaran dan ledakan. Risiko ini sangat tinggi karena memiliki nilai paling besar yakni 25. Angka ini didapatkan dari kemungkinan yang terjadi sangat sering dengan nilai 5 dan konsekuensi yang diterima juga tinggi sebesar 5. Pengendalian yang baik adalah dengan cara adanya foreman yang mengamankan pekerjanya untuk melakukan aktivitas pekerjaan, adanya SOP, dan surat izin kerja aman, serta pemakaian APD lengkap. 15. Melakukan inspeksi oksigen pada outlet ILC calciner dan SLC Calciner 15a. Identifikasi bahaya Pekerjaan ini membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi karena fungsi kerja pekerjaan ILC dan SLC oksigen bertujuan untuk mengetahui proses pembakaran di dalam SP yaitu dengan mengukur kadar oksigen dalam gas Outlet ILC Calciner dan SLC Calciner. Terdapat sumber bahaya diantaranya material panas dari cyclone dan riser duct, bekerja pada ketinggian, keadaan lingkungan yang berdebu, udara panas SP dan kebocoran gas. 15b. Penilaian risiko dan pencegahannya a. Material Panas Material panas dari alat cyclone preheater dapat berakibat luka bakar ringan hingga berat serta jika tidak ditanggulangi pertolongan pertama dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan inspeksi Oksigen pada outlet ILC dan SLC, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes b.Kerja di ketinggian Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan inspeksi inspeksi Oksigen pada outlet ILC dan SLC, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes c.Berdebu Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes d.Udara Panas Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “rendah” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 3 dan konsekuensi S berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment 8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD. e.Kebocoran gas Kebocoran gas dari pekerjaan inspeksi oksigen ILC dan SLC dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan keracuran jika terhirup atau tertelan. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 1 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 15. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan inspeksi Oksigen pada outlet ILC dan SLC, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes 16. Melakukan inspeksi Decarbonation 16a. Identifikasi bahaya Tujuan dari pekerjaan ini adalah mengetahui proses kalsinasi atau pembakaran di SP, dan mengoptimalkan proses kerja. Terdapat sumber bahaya ketika melakukan inspeksi karena pekerjaan ini terfokus pada area panas langsung diantaranya adalah material panas dari cyclone dan riser duct, bekerja pada ketinggian, keadaan lingkungan yang berdebu, dan udara panas SP. 16b. Penilaian risiko dan pencegahannya a.Material Panas Material panas dari alat cyclone preheater dapat berakibat luka bakar ringan hingga berat serta jika tidak ditanggulangi pertolongan pertama dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan inspeksi decarbonation, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes b.Kerja di ketinggian Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan inspeksi decarbonation, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes c.Berdebu Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes d.Udara Panas Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “rendah” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 3 dan konsekuensi S berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment 8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD. 17. Pengaturan temperatur di SP 17a. Identifikasi bahaya Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk menjaga kondisi suhu dan keadaan SP tetap aman serta mengoptimalkan perpindahan panas dan kalsinasi material. Terdapat sumber bahaya dari pekerjaan tersebut diantaranya adalah material panas, bekerja di ketinggian, berdebu, dan udara panas. 17b. Penilaian risiko dan pencegahannya a. Material Panas Material panas dari alat cyclone preheater dapat berakibat luka bakar ringan hingga berat serta jika tidak ditanggulangi pertolongan pertama dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan mengatur temperatur di SP , dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes b.Kerja di ketinggian Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan O berada pada angka 4 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan pengaturan temperatur SP, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes c.Berdebu Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes d.Udara Panas Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “rendah” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 3 dan konsekuensi S berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment 8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD. 18. Menaiki dan menuruni tangga SP 18a. Identifikasi bahaya Area kerja di suspension preheater dilakukan mulai dari lantai dasar hingga ketinggian 8 lantai. Salah satu alternatif dalam menaiki atau menuruni setiap lantainya adalah dengan menaiki tangga. Material tangga dibuat dari bahan besi dimana besi merupakan salah satu bahan yang terbuat dari konduktor penghantar listrik dan panas. Terdapat beberapa sumber bahaya ketika menaiki atau menuruni tangga diantaranya adalah radiasi suhu panas luar dari cyclone preheater ketika mesin bekerja yang berisiko menjadi dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh, dan luka bakar. konduks i dari material tangga dapat menyebabkan lebam atau memar dan luka bakar jika suhu luar cyclone tinggi. Kemudian dapat terjadi accident terpeleset yang dapat menyebabkan lebam, memar atau cidera. Paparan debu yang menumpuk di setiap lantai dan pegangan tangga pun dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan iritasi pada mata dan kulit jika bersentuhan langsung. 18b. Penilaian risiko dan pengendaliannya Dalam pekerjaan ini hanya ada dua risiko dari pekerjaan menaiki dan menuruni tangga yakni: a.Radiasi panas suhu luar SP memikiki delapan lantai dan di tiap lantai nya terdapat radiasi panas dari cyclone. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, penanggung jawab dari superitendent, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan menaiki dan menuruni tangga, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes b.Konduksi dari panas besi tangga Dari hasil observasi peneliti, material atau bahan tangga di SP terbuat dari besi yang merupakan suatu bahan yang dapat menghantarkan panas konduktor . ketika suhu panas dari cyclone menyebarkan radiasi panasnya besi pada tangga akan ikut memanas dan dapat menimbulkan risiko lebam memar dan luka bakar. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, penanggung jawab dari superitendent, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan menaiki dan menuruni tangga, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes c.Paparan debu lantai tangga Ketinggian dari debu di SP mencapai ketebalan hingga 4cm dan ketika terinjak oleh pekerja, material debu semen akan menyebar menyebabkan iritasi pada kulit terutama leher jika tercampur dengan keringat. Kemudian gangguan pernapasan dari debu semen yang terhirup dapat menyebabkan penyakit akibat debu. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator EP, dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, penanggung jawab dari superitendent, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan menaiki dan menuruni tangga, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes d.Terpeleset di tangga Dengan keadaan debu semen yang berada di semua area SP termasuk pada tangga tiap lantai mengakibatkan risiko terpeleset di tangga dan dapat menyebabkan lebammemar, cidera ringan hingga berat. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 1 dan konsekuensi S berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment 10. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator EP, dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, penanggung jawab dari superitendent, adanya SIKA surat ijin kerja aman dan formulir JSA Job safety analysis memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan menaiki dan menuruni tangga, dan pemakaian APD Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes 19. Menaiki dan menuruni lift 19a. Identifikasi bahaya Indocement memiliki SP dengan 8 lantai di setiap plant nya. Setiap pekerja atau karyawan lain yang bekerja di area tersebut dapat memanfaatkaan lift yang masih bekerja di setiap plant. Namun setiap mesin yang bekerja dapat berisiko membahayakan pekerja. Dan di dalam lift bisa saja keadaan konsleting mendadak yang dapat menyebabkan lift akan mati. Kemudian tali labrang lift juga bisa putus sewaktu-waktu jika tidak adanya upaya maintenance rutin yang dapat berakibat cidera hingga meninggal dunia bagi pekerja. 19b. Penilaian risiko dan penanganannya Dalam pekerjaan ini hanya ada dua risiko dari pekerjaan menaiki dan menuruni lift yakni: a.Lift Konsleting Keadaan lift tidak akan selalu dalam kondisi baik, kadangkali lift akan mengalami konsleting yang mengakibatkan lift akan mati. Risiko ini memiliki risiko yang digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 1 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment control adalah 15. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah memeriksa keadaan lift secara rutin, safety talks, adanya rambu darurat jika lift tiba- tiba mati dan pemakaian APD secara tepat guna. b.Tali Baja lift putus Risiko ini sangat tinggi karena memungkinkan pekerja akan mengalami cidera atau bahkan meninggal dunia. Risiko ini memiliki risiko yang digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena tingkat kemungkinan O berada pada angka 5 dan konsekuensi S berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment control adalah 25. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah memeriksa keadaan lift secara rutin, safety talks, adanya rambu darurat jika lift tiba- tiba mati dan pemakaian APD secara tepat guna. 6.3 Analisis Perbandingan milik PT ITP Tbk dengan peneliti 6.3.1 HIRARC perusahaan dengan peneliti Dari hasil Identifikasi bahaya milik PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan peneliti dapat ditemukan perbandingan pada tabel HIRARC dimana pada jenis pekerjaan yang dimiliki Perusahaan terdapat 12 jenis pekerjaan sedangkan peneliti melakukan hasil observasi, wawancara, dan data dokumen ditemukan 19 jenis pekerjaan. 8 pekerjaan yang peneliti dapatkan dari hasil observasi, wawancara dan data dari dokumen adalah : 1. Melakukan Inspeksi oksigen pada outlet ILC Calciner dan SLC Calciner 2. Melakukan inspeksi decarbonation 3. pengaturan temperatur di SP 4. Pembersihan coating 5. Menaiki dan menuruni lift 6. Menaiki dan menuruni tangga 7. Mengelas dinding cyclone 8. Pembersihan sisa bata castable saat shutdown dan tumpahan material saat clogging Klasifikasi penilaian risiko pada tabel HIRARC milik perusahaan Indocement memfokuskan hanya satu disetiap jenis pekerjaan dengan tujuan adalah dapat menghemat biaya pengeluaran ketika melakukan pengendalian risikonya. Namun peneliti membuat tabel HIRARC dengan tidak sama sekali menjadikan salah satu sumber bahaya menjadi yang paling penting. Karena disetiap pekerjaan dan sumber bahaya memiliki risikonya sendiri dan butuh di lakukan pengendalian risiko masing-masing dari sumber bahaya yang telah ada. Pada hal terpenting yakni pengendalian risiko, perusahaan hanya memfokuskan kepada alat pelindung diri APD tanpa melihat aspek-aspek keselamatan lainnya. Beberapa jenis pekerjaan memang sudah di awasi oleh superitendent namun ketika tabel HIRARC mengarah kepada jenis pekerjaan yang ada hubungannya dengan alat kerja atau mesin yang dipakai pada saat pengerjaan oleh karyawan sistem pemeriksaan atau maintenance alat tidak diberlakukan dalam tabel HIRARC. Berikut adalah tindakan pengendalian lebih lanjut yang telah seharusnya dilakukan oleh perusahaan : a. Pembersihan debu secara manual dengan cara di sapu, disekop dan dibuang ke penampungan. Pengendalian secara ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak lingkungan dari paparan debu semen. Fakta dilapangan bahwa terdapat debu semen dengan tinggi 1-4cm pada permukaan lantai. Ketika karyawan atau pekerja menginjaknya maka debu akan berterbangan mengakibatkan bahaya dan dapat menimbulkan risiko gangguan pernapasan, iritasi kulit dan mata. Maka dari itu debu yang ada akan di sekop dan di sapu kemudian dikumpulkan dalam satu tempat yang akan di buang ke penampungan material dan dapat diproses kembali menjadi semen baru. Peranan dust collector dan Elektrostatic Precipitator EP sangat berperan penting dalam pengendalian risiko akibat debu semen Syaid, 2009. Perusahaan Indocement telah menerapkan alat ini sejak berdiri pertama kali di tahun 1975 dan memakai EP sejak tahun 1991. b. Penyediaan air minum Suhu udara di dalam cyclone berkisar 394.5 derajat pada pemanasan awal, meningkat pada suhu 571,807,847,hingga di suhu akhir pada riser duct mencapai 939 derajat celcius dan suhu luar cyclone berkisar 40-50 derajat celcius SOP Burning. Dengan adanya stasiun penempatan air minum yang strategis memudahkan pekerja untuk menghilangkan risiko dehidrasi karena asupan kebutuhan air tetap terjaga. Di dalam tubuh, sel- sel yang mempunyai konsentrasi airpaling tinggi antara lain adalahsel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau jantung, sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi airpaling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia Adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara ratarata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya. Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi pernafasan dan 100 ml keluar bersama dengan feces tinja. Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan per- harinya Irawan, 2007. Maka dari itu setiap pekerja yang bekerja di area suhu yang panas diharuskan minum agar terhindar dari dehidrasi. c. Signal sign Rambu-rambu keselamatan adalah peralatan yang bermanfaat untuk membantu melindungi kesehatan dan keselamatan karyawan dan pengunjung yang sedang berada di tempat kerja. Penempatan signal sign yang ada di area SP tidak begitu maksimal. Dalam hasil observasi tidak terlihat adanya rambu-rambu mengenai suhu panas atau area berbahaya panas dengan kapasitas tinggi. Kemudian pada plant 6 tidak ditemukan rambu-rambu pada daerah kebisingan saat pekerjaan di area blower. Maka dari itu pemberian signal sign atau rambu keselamatan sangat berpengaruh agar pekerja atau orang lain yang masuk ke area tersebut dapat mengetahui sumber bahaya apa saja yang ada di area SP. d. Maintenance alat Kegunaan maintenance alat kerja atau mesin diperuntukkan agar mesin dapat tetap bekerja optimal. Karena rangkaian SP selalu bekerja sepanjang hari selama 24 jam nonstop sampai adanya pemeriksaan rutin pada saat shut down. e. Penyediaan APD Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruhsebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahayakecelakaan kerja. Alat pelindung diri dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi pekerja apabila engineering dan administrative tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian alat pelindung diri bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir. Alat pelindung diri haruslah nyaman dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya HIPERKES, 2008. Alat pelindung diri APD harus tersedia dari perusahaan agar dapat digunakan pekerja demi melindungi diri dari bahaya dan risiko. Namun dari hasil observasi, APD pelindung badan atau pakaian tahan api aluminized clothing tidak di gunakan oleh pekerja. Bahkan orang lain yang berkunjung ke area SP tidak diberikan APD baju tahan api dan panas dengan alasan tidak tersedianya APD tersebut. Alat pelindung diri lainnya yang belum tersedia adalah harness yakni APD untuk menahan seseorang yang bekerja di ketinggian agar tidak terjatuh ke bawah. Alat ini digunakan di segala situasi dimana pekerja bekerja di ketinggian lebih dari 2 meter atau di segala situasi dimana prosedur kerja menyatakan bahwa harness harus digunakan. f. Sosialisasi pemakaian APD dan perilaku aman saat bekerja Pemberlakuan tindakan tegas dari foreman atau HSE agar pekerja mau menggunakan APD dengan benar dan tepat guna. Ketika ditemui di lapangan, masih banyak pekerja yang tidak menggunakan masker atau alat pelindung diri untuk pernapasan. Pada tahap akhir yakni rekomendasi monitoring, PT Indocement membuat kebijakan pemberlakuan monitoring akan dilakukan jika hasil RPN Risk Priority Number lebih dari 64. Hal ini dimaksudkan supaya dapat meminimalisir dana perusahaan. Namun peneliti tetap membuat tindakan monitoring pengendalian dengan tujuan dapat mengevaluasi sumber bahaya yang terdapat pada jenis pekerjaan. Pemberlakuan UU K3 juga dicantumkan sebagai pilar hukum dan standarisasi bagi pekerja agar mempunyai payung keselamatan.

6.4 Peraturan perundang-Undangan dan standarisasi dari pemerintah

a. Undang-Undang no 1 tahun 1970

Mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat baru dan sebagainya yang serba pelik banyak dipakai sekarang ini, bahan-bahan tehnis baru banyak diolah dan dipergunakan, sedangkan mekanisasi dan elektrifikasi diperluas dimana-mana. Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi, maka dalam kebanyakan hal berlangsung pulalah peningkatan intensif kerja operasionil dan tempo kerja para pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga secara intensif pula dari para pekerja. Kelelahan, kurang perhatian akan hal-hal lain, kehilangan keseimbangan dan lain-lain merupakan akibat dari padanya dan menjadi sebab terjadinya kecelakaan. Bahan-bahan yang mengandung racun, mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat dan sebagainya yang serba pelik serta cara-cara kerja yang buruk, kekurangan ketrampilan dan latihan kerja, tidak adanya pengetahuan tentang sumber bahaya yang baru, senantiasa merupakan sumber-sumber bahaya dan penyakit-penyakit akibat kerja. Maka dapatlah dipahami perlu adanya pengetahuan keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang maju dan tepat. Selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan yang baik dan realistis yang merupakan faktor sangat penting dalam memberikan rasa tentram, kegiatan dan kegairahan bekerja pada tenaga-kerja yang bersangkutan dan hal ini dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi dan produktivitas kerja.

b. Peraturan Menteri Negara Kerja RI No.Per-01MEN1982 Tentang Bejana

Tekan Bejana tekan adalah selain pesawat uap didalamnya terdapat tekanan yang melebihi dari tekanan udara luar, dan dipakai untuk menampung gas atau campuran gas termasuk udara, baik dikempa menjadi cair dalam keadaan larut atau beku. Dalam peraturan ini berlaku untuk perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bejana bertekanan. c. Keputusan Presiden RI.No 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Terdapat 31 jenis penyakit yang ditimbulkan karena hubungan kerja : 1.Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut silikosis, antrakosilikosis, asbestosis dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian. 2.Penyakit paru dan saluran pernapasan bronkhopulmoner yang disebabkan oleh debu logam keras. 3.Penyakit paru dan saluran pernapasan bronkhopulmoner yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal bissinosis. 4.Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan. 5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik. 6.Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun. 7. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun. 8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun. 9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun. 10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun. 11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun. 12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun. 13. Penyakit yang disebabkan oleh timbul atau persenyawaannya yang beracun. 14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun. 15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida. 16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atu aromatik yang beracun. 17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun. 18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun. 19.Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya. 20.Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton. 21.Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel. 22.Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan. 23.Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi. 24.Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih. 25.Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang mengion. 26.Penyakit kulit dermatoses yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologik. 27.Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut. 28.Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes. 29.Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus. 30.Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi. 31.Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat Didalam 31 penyakit akibat hubungan kerja, bekerja di pabrik semen memiliki risiko penyakit paru, penyakit saluran pernapasan bronkhopulmoner, Alveolitis allergika, kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan, getaran, Penyakit kulit dermatoses, penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi dan penyakit lainnya.

d. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-

08MENVII2010 tentang alat pelindung diri. Alat pelindung diri APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. APD wajib digunakan ditempat kerja sesuai dengan pekerjaannya. APD secara umum yang tercantum dalam undang-undang keselamatan kerja meliputi : a. Pelindung kepala b. Pelindung mata dan muka c. Pelindung telinga d. Pelindung pernapasan berserta perlengkapannya e. Pelindung tangan, dan atau f. Pelindung kaki g. Pakaian pelindung h. Alat pelindung jatuh perorangan dan atau i. Pelampung APD harus dilakukan maintenance secara rutin, dan pelaporan dilakukan oleh seluruh pegawai atau hasil dari inspeksi atau audit. APD yang rusak , retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang atau dimusnahkan. Kemudian pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus dilengkapi dengan berita acara pemusnahan. e. Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-04MEN1985 tentang pesawat tenaga dan produksi Pasal ini mengatur atas ketentuan umum teknis keselamatan kerja pada pesawat tenaga dan pesawat produksi, ketentuan mengenai alat perlindungan, pengujian bagi bejana tekan sebagai penggerak mula motor diesel, keselamatan perlengkapan transmisi mekanik, keselamatan mesin perkakas dll. Juga diatur mengenai pemeriksaan, pengujian, dan pengesahan pesawat tenaga dan pesawat produksi.

f. Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-01MEN1988 tentang kwalifikasi

dan syarat-syarat operator pesawat uap Peraturan ini mengatur persyaratan pendidikan, pengalaman, umur, kesehatan, administrasi, mengikuti kursus operator dan lulus ujian sesuai kualifikasinya. Operator diberi kewenangan sesuai dengan kualifikasinya. Jumlah dan kualifikasi operator untuk ketel uap serat kurikulum operator sesuai kualifikasinya dicantumkan dalam peraturan.

g. Peraturan Menteri perburuhan No.7 tahun 1964 tentang syarat kesehatan,

kebersihan serta penerangan di tempat kerja Setiap tempat kerja harus dibuat ukuran ruang kerja yang cukup sehingga memiliki ruang udara yang cukup yang sedikitnya 10m – 15m untuk ruangan minimal. Suhu kerja harus sesuai dengan keberadaan suhu tubuh pekerja, jika tidak memadai haruslah memakai APD hingga memasuki NAB yang cukup. Kadar penerangan diukur dengan alat-alat pengukur cahaya yang baik setinggi tempat kerja yang sebenarnya atau setinggi perut untuk penerangan umum kurang lebih 1 meter. Penerangan darurat harus mempunyai kekuatan paling sedikit 5 lux 0,5 ft candles.

h. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi ri no.per-09menvii2010

tentang operator dan petugas pesawat angkat dan angkut. Pesawat angkat dan angkut ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang atau orang secara vertikal dan atau horizontal dalam jarak yang ditentukan. Peraturan ini mengatur kualifikasi, syarat-syarat, wewenang, kewajiban,operator dan petugas pesawat angkat dan angkut dan operator harus memiliki lisensi K3 dan buku kerja. Jumlah operator harus memenuhi kualifikasi dan jumlah sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat angkat dan angkut tercantum dalam lampiran peraturan menteri ini.

i. Keputusan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.: Kep-75 MEN2002

tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia SNI No. SNI-04-0225-

Dokumen yang terkait

Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

13 59 174

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HAZARD IDENTIFICATION Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Metode Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control (HIRARC)Dalam Upaya Mencapai Zero Accident (Studi

1 6 15

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HAZARD IDENTIFICATION Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Metode Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control (HIRARC)Dalam Upaya Mencapai Zero Accident (Studi

0 2 13

EVALUASI KESELAMATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HAZARDS IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL(HIRARC).

0 0 10

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 11

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 1

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 10

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 2 27

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

1 2 2

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 21