Lingkungan Makro Lingkungan Eksternal

VI ANALISIS LINGKUNGAN PEMASARAN Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan perusahaan. Pada umumnya lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan eksternal dan internal.

6.1 Lingkungan Eksternal

Melalui analisis lingkungan eksternal dapat dicari apa saja yang menjadi peluang dan ancaman yang mungkin jadi pertimbangan perusahaan dalam menentukan strategi usaha ke depan. Analisis lingkungan eksternal ini dapat memberikan variabel-variabel kunci apa saja yang memberikan respon dan pengaruh terhadap kondisi KWC, serta mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel kunci tersebut dalam menunjang keberhasilan usaha.

6.1.1 Lingkungan Makro

Lingkungan makro merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Lingkungan makro terdiri dari faktor politik, ekonomi, sosial budaya, demografi dan lingkungan dan teknologi. 1 Sosial Budaya, Demografis dan Lingkungan Saat ini telah terjadi perubahan peralihan wisata dimana konsumen lebih menyukai wisata alam. Perubahan ini memberikan kesempatan kepada para pengelola wisata alam untuk menawarkan paket-paket wisata yang menarik, sehingga para wisatawan tertarik untuk melakukan kunjungan wisata. Paket wisata yang ditawarkan oleh HB Garden Guest House sangat unik karena pengunjung terlibat di dalamnya, dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang ada dalam paket wisata tersebut. Pengemasan juga menarik dikarenakan ada perpaduan wisata agro dan wisata budaya, sehingga pengunjung memperoleh dua manfaat sekaligus dan pengalaman-pengalaman yang tak terlupakan. Keberadaan KWC membawa banyak manfaat bagi lingkungan sekitar dimana KWC berdiri. Tahun 1998 ketika Marzuki Usman selaku Menteri Pariwisata Seni dan Budaya berkunjung ke KWC maka dilakukan perbaikan jalan mulai dari pertigaan Bebengket hingga ke Ujung Desa Cihideung Udik. Dengan demikian, sistem transportasi masyarakat menjadi lancar dan demikian juga dengan pengunjung yang akan berkunjung ke KWC yang menggunakan kendaraan bermotor. Terjalin hubungan yang baik diantara KWC dan penduduk sekitar yaitu dengan keterlibatan penduduk dalam kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan. Keterlibatan warga juga termasuk dengan dipekerjakannya sekitar 75 warga sekitar di KWC. Kekuatan ekonomi makro yang pertama dipantau oleh pemasar adalah populasi, karena orang atau konsumen merupakan pembentuk pasar. Konsumen mempunyai sikap dan selera yang berbeda-beda terhadap suatu produk barang maupun jasa. Demografi merupakan studi statistik tentang kependudukan beserta karakteristik distribusinya. Jumlah penduduk yang bertambah memberikan pengaruh yang semakin besar pada kegiatan pemasaran. Jumlah penduduk merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam menganalisis faktor demografis. Jumlah penduduk yang semakin meningkat diperkirakan dapat meningkatkan pangsa pasar suatu produk. Berdasarkan data BPS hasil dari SUPAS Survei Penduduk Antar Sensus, penduduk Indonesia pada tahun 2005 berjumlah 218.852 ribu jiwa dan pada tahun 2009 sebesar 231.370 ribu jiwa, dalam kurun waktu empat tahun terjadi peningkatan yang sangat pesat sekitar 12.518 ribu jiwa. Tabel 17 menunjukkan jumlah penduduk di Indonesia sejak tahun 2005- 2009. Tabel tersebut menjelaskan bahwa jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Secara umum penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya dengan pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1,27 persen. Tabel 77. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2009 Tahun Jumlah Penduduk ribu jiwa Pertumbuhan 2005 219.852 - 2006 222.747 1,30 2007 225.642 1,28 2008 228.523 1,26 2009 231.370 1,23 Rata-rata 1,27 Sumber : Badan Pusat Statistik 2010 2 Perekonomian Keadaan perekonomian suatu negara akan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan dan industri. Faktor ekonomi terkait dengan kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi perekonomian suatu bangsa, seperti pertumbuhan ekonomi yang akan mempengaruhi daya beli masyarakat, inflasi yang tinggi, kenaikan atau penurunan harga berbagai macam komoditas dan lain-lain. Kondisi perekonomian Indonesia cenderung membaik ditandai dengan meningkatnya kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2009 yang digambarkan oleh Produk Domestik Bruto PDB atas dasar harga konstan. Badan Pusat Statistik BPS Indonesia menyatakan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia pada triwulan I sampai dengan triwulan III tahun 2009 mencapai 4,2 persen dibanding dengan PDB Indonesia pada tahun sebelumnya pada triwulan yang sama. Pertumbuhan ekonomi nasional ini cenderung mengalami peningkatan seperti ditunjukkan pada Tabel 18. PDB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2005 mencapai 1.750,8 triliun rupiah dengan laju pertumbuhan PDB meningkat sebesar 5,7 persen dari tahun 2004. Di tahun 2006 meskipun laju pertumbuhan PDB lebih kecil dari tahun 2005 atau turun serbesar terjadi pada tahun 2007 besar 0,2 poin menjadi 5,5 persen akan tetapi nilai PDB meningkat menjadi 1.847,1 triliun rupiah. Peningkatan pertumbuhan PDB terbesar terjadi pada tahun 2007 sebesar 6,3 persen dengan nilai 1.847,1 triliun rupiah. Nilai PDB juga semakin meningkat hingga tahun 2008 mencapai 2.082,1 triliun rupiah. Pada tahun 2009 PDB mengalami pertumbuhan sebesar 4,5 persen, dengan nilai PDB mencapai 2.177,0 triliun rupiah. Tabel 18 . Nilai dan Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2004-2009 Tahun PDB atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 triliun rupiah Pertumbuhan PDB 2005 1.750,8 - 2006 1.847,1 5,5 2007 1.963,1 6,3 2008 2.082,1 6,1 2009 2.117,0 4,5 Sumber : Data Strategis Badan Pusat Statistik 2010 3 Teknologi Perkembangan dan kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang aktifitas usaha. Teknologi merupakan faktor penting untuk kemajuan suatu usaha. Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin maju mendorong KWC untuk menjadi lebih baik dengan pemanfaatan sumber daya yang ada. Pemanfaatan teknologi dan informasi seharusnya sudah diterapkan oleh semua perusaahan akan tetapi pada KWC belum maksimal dilakukan karena belum didukung dengan manajemen yang baik. Perkembangan teknologi dan informasi sudah dimanfaatkan di beberapa bagian manajemen di KWC. Penggunaan seperangkat komputer dan telepon untuk mempermudah proses operasional pada KWC seperti keuangan dan pencatatan yang dilakukan dengan sistem komputerisasi. Teknologi berkomunikasi dengan pengunjung akan lebih efektif dan efisien dengan menggunakan teknologi komunikasi yaitu telepon. 4 Hukum-Politik Aspek hukum politik secara makro mempengaruhi kegiatan perusahaan. Aspek politik tidak terlepas dari peranan pemerintah. Kebijakan politik mempunyai dampak yang sangat penting bagi para pengusaha. Kebijakan politik yang baik akan menciptakan iklim usaha yang kondusif dan sebaliknya jika kebijakan yang terjadi kurang baik maka akan sangat tidak menguntungkan bagi para pengusaha. Pemerintah selaku pembuat kebijakan harus memberikan perhatian terhadap perkembangan-perkembangan industri yang ada. Kurangnya stabilitas keamanan di Indonesia saat ini merupakan dampak dari ketidakstabilan kondisi dalam negeri. Pada saat ini kebijakan pemerintah masih belum dapat mengatasi kondisi politik dan keamanan dalam negeri. Stabilitas keamanan bangsa akan berdampak pada ketenangan masyarakat dalam menjalankan roda kehidupannya. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi industri yang bergerak di bidang pariwisata yang pengunjungnya adalah wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Pemerintah harus terus berusaha untuk menciptakan stabilitas keamanan, sehingga dapat menunjang perekonomian rakyat. Bogor termasuk dalam wilayah Jabodetabek yang memiliki kedudukan sangat penting. Instruksi Presiden No. 13 tahun 1976 disebutkan bahwa Jabodetabek merupakan kawasan yang mempunyai arti dan kedudukan strategis pada tata ruang nasional. Peran Jabodetabek adalah sebagai megacity dengan fungsinya sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, pemukiman, industri dan pariwisata dengan skala pelayanan internasional dan regional. Seiring dengan peningkatan jumlah usaha pendukung industri pariwisata di Bogor, pemerintah menerapkan peraturan izin usaha dan retribusi. Pasal 12 perda kota Bogor Nomor 8 Tahun 2004 tentang penyelenggaraan usaha kepariwisataan mengatur perizinan badan usaha atau perorangan yang mengajukan usaha kepariwisataan wajib dikenakan retribusi. Peraturan ini dilaksanakan berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang pajak dan retribusi daerah dimana tarif yang dikenakan pada konsumen sebesar 10 persen dari total pesanan. Adanya peraturan dan perundang-undangan yang jelas serta dukungan besar pemerintah terhadap usaha wisata agro telah mampu menciptakan lingkungan politik dan hukum yang aman bagi usaha pariwisata.

6.1.2 Lingkungan Mikro