Lingkungan Mikro Lingkungan Eksternal

menguntungkan bagi para pengusaha. Pemerintah selaku pembuat kebijakan harus memberikan perhatian terhadap perkembangan-perkembangan industri yang ada. Kurangnya stabilitas keamanan di Indonesia saat ini merupakan dampak dari ketidakstabilan kondisi dalam negeri. Pada saat ini kebijakan pemerintah masih belum dapat mengatasi kondisi politik dan keamanan dalam negeri. Stabilitas keamanan bangsa akan berdampak pada ketenangan masyarakat dalam menjalankan roda kehidupannya. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi industri yang bergerak di bidang pariwisata yang pengunjungnya adalah wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Pemerintah harus terus berusaha untuk menciptakan stabilitas keamanan, sehingga dapat menunjang perekonomian rakyat. Bogor termasuk dalam wilayah Jabodetabek yang memiliki kedudukan sangat penting. Instruksi Presiden No. 13 tahun 1976 disebutkan bahwa Jabodetabek merupakan kawasan yang mempunyai arti dan kedudukan strategis pada tata ruang nasional. Peran Jabodetabek adalah sebagai megacity dengan fungsinya sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, pemukiman, industri dan pariwisata dengan skala pelayanan internasional dan regional. Seiring dengan peningkatan jumlah usaha pendukung industri pariwisata di Bogor, pemerintah menerapkan peraturan izin usaha dan retribusi. Pasal 12 perda kota Bogor Nomor 8 Tahun 2004 tentang penyelenggaraan usaha kepariwisataan mengatur perizinan badan usaha atau perorangan yang mengajukan usaha kepariwisataan wajib dikenakan retribusi. Peraturan ini dilaksanakan berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang pajak dan retribusi daerah dimana tarif yang dikenakan pada konsumen sebesar 10 persen dari total pesanan. Adanya peraturan dan perundang-undangan yang jelas serta dukungan besar pemerintah terhadap usaha wisata agro telah mampu menciptakan lingkungan politik dan hukum yang aman bagi usaha pariwisata.

6.1.2 Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro merupakan lingkungan yang langsung dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melayani pasarnya. Lingkungan mikro terdiri dari konsumen, tenaga kerja dan pesaing. 1 Konsumen Kegiatan wisata saat ini telah menjadi salah satu kebutuhan bagi masyarakat. Bagi orang yang tinggal di perkotaan dengan tingkat kesibukan yang tinggi, kondisi udara yang panas dan terpolusi dapat mengakibatkan stres. Menghilangkan kepenatan tersebut seseorang akan melakukan kunjungan wisata yang berbasis lingkungan alam back to nature. Agrowisata merupakan salah satu alternatif wisata alam yang memberikan kesan tersendiri bagi para pengunjungnya. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh HB Garden Guest House yang menawarkan konsep wisata KWC. Kegiatan wisata yang satu ini unik dikarenakan agrowisata dipadukan dengan wisata budaya. Paket yang ditawarkan tidak hanya sekedar untuk diketahui oleh pengunjung akan tetapi juga bersifat mendidik wisata edukasi. Pengunjung dilibatkan langsung dalam kegiatan pertanian dan diajarkan berbagai budaya Sunda seperi tari jaipong, angklung dan gamelan. Berdasarkan penelitian mengenai perilaku konsumen umumnya pengunjung KWC berasal dari kalangan menengah ke atas. Hal ini terjadi karena harga yang ditetapkan KWC termasuk dalam kategori mahal. Terdapat kesesuaian biaya yang harus dikeluarkan pengunjung dengan kegiatan- kegiatan dalam paket wisata yang diperoleh. Paket-paket wisata yang ada di KWC tidak hanya digemari oleh wisatawan domestik melainkan juga sangat diminati oleh wisatawan mancanegara. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak KWC pengunjung manca negara yang tercatat berasal dari Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jepang, belanda, Ceko, Australia, Swedia, Italia, Belgia dan Perancis. Wisatawan domestik biasanya berasal dari masyarakat perkotaan dalam bentuk individu ataupun kelompok. Pengunjung biasanya datang bersama keluarga dan juga dengan rombongan dari perusahaan dan sekolah- sekolah. Selama berdirinya KWC kebanyakan para pengunjungnya adalah loyal baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pengunjung yang datang berulang kali ke KWC. Kampoeng Wisata Cinangneng mempertahankan keloyalan tersebut dengan selalu menawarkan kegiatan yang bervariasi dan memastikan pengunjung puas dengan kunjungannya. Pada umumnya para pengunjung domestik melakukan kunjungan pada akhir pekan weekend dan masa-masa liburan. Karakteristik pengunjung yang diukur dalam penelitian ini meliputi : jenis kelamin, umur, daerah asal, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan dan status pernikahan. Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengisian kuesioner terhadap 30 pengunjung KWC, didapatkan karakteristik konsumen antara lain : a Jenis Kelamin Pengunjung KWC yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah terdiri dari 73 persen adalah wanita atau sebanyak 22 orang, sedangkan laki-lakinya hanya 27 persen atau sebanyak delapan orang. Hal ini dapat Tabel 19 mengenai persentase jenis kelamin. Banyaknya pengunjung perempuan pada KWC dikarenakan kebanyakan pendamping dari rombongan pelajar yang mengikuti paket wisata di KWC adalah perempuan. Tabel 19. Persentase Jenis Kelamin Responden pada Kampoeng Wisata Cinangneng Jenis Kelamin Jumlah Orang Persentase Perempuan 22 73 Laki-laki 8 27 Total 30 100 b Daerah asal Daerah asal merupakan lokasi tempat tinggal responden. Daerah asal akan menunjukkan dari daerah mana saja pengunjung KWC berasal. Pengunjung KWC berasal dari daerah Jakarta dan Bandung. Sekitar 70 persen adalah dari Jakarta atau sebanyak 21 orang dan sisanya sekitar 30 persen atau sebanyak sembilan orang orang dari Bandung. Tabel 20. Sebaran Daerah Asal Responden pada Kampoeng Wisata Cinangneng Daerah Asal Jumlah Orang Persentase Jakarta 21 70 Bandung 9 30 Total 30 100 Tabel 20 menunjukkan bahwa mayoritas responden, yaitu 70 persen berasal dari Jakarta. Hal tersebut dikarenakan KWC merupakan objek agrowisata yang bernuansa pedesaan, sehingga menarik minat pengunjung untuk melakukan kegiatan khas pedesaan yang tidak dapat mereka temukan di kota-kota besar seperti Jakarta. c Usia Berdasarkan pengisian kuesioner terhadap pengunjung KWC diperoleh bahwa karakteristik usia dari pengunjung yang berwisata di KWC berasal dari berbagai kalangan umur yang beragam. Dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Hal tersebut dikarenakan KWC merupakan objek agrowisata yang terbuka bagi umum dan merupakan tempat wisata keluarga, sehingga semua anggota keluarga dapat menikmati kegiatan yang ditawarkan oleh KWC. Batasan umur responden yang ditetapkan pada penelitian ini yaitu minimal 17 tahun, sehingga kalangan responden yang dipilih yaitu kalangan remaja, dewasa, maupun lanjut usia. Jumlah persentase tertinggi yaitu sebesar 83,3 persen merupakan responden yang berasal dari kalangan dewasa atau yang berusia lebih atau sama dengan 36 tahun. Hal ini dikarenakan KWC merupakan tempat wisata keluarga, sehingga cocok bagi suatu pasangan suami istri atau seluruh anggota keluarga untuk berlibur. Sedangkan sisanya sebesar 16,7 persen atau sebanyak lima orang adalah usia dari 17 sampai dengan 25 tahun. Sebaran ini dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Sebaran Usia Responden pada Kampoeng Wisata Cinangneng Usia tahun Jumlah Orang Persentase 17-25 5 16,7 36 25 83,3 Total 30 100 d Tingkat Pendidikan Terakhir Berdasarkan data dari 30 orang responden, dapat diketahui bahwa responden yang berwisata di KWC memiliki latar belakang pendidikan yang beragam. Sebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir pada Kampoeng Wisata Cinangneng Pendidikan terakhir Jumlah Orang Persentase SD 2 6,7 SMP 2 6,7 SMA 15 50 DiplomaAkademi 7 23,3 SarjanaPasca Sarjana 4 13,3 Total 30 100 Berdasarkan Tabel 22, terdapat perbedaan jumlah persentase yang cukup mencolok antara latar belakang pendidikan SMA dengan yang lain. Responden dengan latar belakang pendidikan SMA merupakan latar belakang pendidikan dengan persentase terbesar yaitu 50 persen, sedangkan jumlah persentase terkecil merupakan latar belakang pendidikan SD dan SMP dengan persentase sebesar 6,7 persen. Responden dengan pendidikan terakhir di perguruan tinggi yaitu sebesar 23,3 persen dari diploma atau akademi dan 13,3 persen merupakan sarjana. Jika dijumlahkan, maka jumlah responden dengan latar belakang pendidikan dari perguruan tinggi sebesar 36,6 persen. e Pekerjaan Pengunjung pada KWC mempunyai latar belakang pekerjaan ataupun profesi yang bervariasi. Akan tetapi lebih dari separuhnya sebesar 73 persen adalah pegawai swasta. Sebaran responden berdasarkan pengunjung dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden pada Kampoeng Wisata Cinangneng Pekerjaan Jumlah Orang Persentase Pelajar Mahasiswa 2 6,7 BUMNPNS 4 13,3 Pegawasi Swasta 22 73,3 Pensiunan 2 6,7 Total 30 100 Berdasarkan Tabel 23, diperoleh informasi bahwa dari 30 orang responden, sebagian besar berprofesi sebagai pegawai swasta dengan persentase sebesar 73,3 persen. Hal tersebut dikarenakan, selain merupakan tempat yang cocok bagi keluarga, KWC juga merupakan objek wisata yang sering dikunjungi oleh rombongan pegawai perusahaan untuk melakukan family gathering. Latar belakang pekerjaan responden dengan jumlah persentase terkecil yaitu responden dengan pekerjaan sebagai pelajar mahasiswa, BUMNPNS dan pensiunan. f Pendapatan Tingkat pendapatan responden pada KWC dapat juga dilihat dari jenis pekerjaannya. Mengacu pada Tabel 24 di bawah ini, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebesar 93,3 persen mempunyai pendapatan diatas tiga juta rupiah per bulan. Sisanya terdapat 6,7 persen responden yang mempunyai pendapatan kurang dari lima ratus ribu rupiah. Hal tersebut terjadi karena responden yang masih berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa, nilai pendapatannya pun dilihat dari uang saku mereka. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa segmentasi pengunjung yang berwisata di KWC adalah dari kalangan menengah ke atas. Tabel 24. Sebaran Tingkat Pendapatan Rata-rata Responden pada Kampoeng Wisata Cinangneng Pendapatan Jumlah Orang Persentase 1.000.000 2 6,7 3.000.000 28 93,3 Total 30 100 g Status Pernikahan Sebagian besar pengunjung yang berwisata di KWC merupakan pengunjung yang datang bersama keluarganya. Mayoritas responden yang terpilih merupakan responden yang sudah berkeluarga. Sebaran responden berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Sebaran Status Pernikahan Responden pada Kampoeng Wisata Cinangneng Status Pernikahan Jumlah Orang Persentase Menikah 28 93,3 Belum Menikah 2 6,7 Total 30 100 Berdasarkan Tabel 25, dapat diketahui bahwa dari 28 orang responden, sebesar 93,3 persen merupakan responden yang sudah menikah, sedangkan persentase responden yang belum menikah sebesar 6,7 persen. Perbedaan jumlah persentase dari kedua status pernikahan tersebut sangat signifikan yaitu sebesar 86,6 persen. Hal ini disebabkan KWC merupakan lokasi yang cocok dan diminati bagi pasangan suami istri maupun keluarga. 2 Tenaga kerja HB Garden Guest House dalam menjalankan usahanya ini dibantu oleh sekitar 40 karyawan. Penyerapan tenaga kerja KWC menggunakan sistem gethok tular, khususnya untuk tenaga kerja lepas. Pengadaannya bersifat fleksibel yaitu pengadaan jumlah tenaga kerja tergantung dari jumlah pengunjung yang datang. Artinya jika pengunjung yang datang banyak maka diperlukan tenaga kerja tambahan terutama sebagai pemandu guide. Tingginya pengunjung biasanya terjadi pada hari sabtu dan minggu dan hari- hari libur. Tenaga kerja lepas diberitahukan untuk kehadirannya satu sampai dua hari sebelum pelaksanaan kunjungan. Latar belakang pendidikan yang dimiliki karyawan HB Garden Guest House berbeda-beda yang terdiri dari satu orang sarjana, dua orang diploma, tujuh orang lulusan SMA, 14 orang lulusan SMP dan selebihnya yaitu sejumlah 16 orang adalah tamatan SD. Jumlah karyawan tetap yang dimiliki hanya berjumlah 12 orang, selebihnya sebanyak 28 orang merupakan tenaga kerja freelance. 3 Pesaing Setiap usaha yang dijalankan pasti memiliki saingan. Begitu juga dengan usaha wisata. Lokasi yang strategis menyebabkan banyak pelaku usaha di bidang wisata yang tertarik untuk membuka usahanya. Produk dan jasa konsep wisata kampoeng merupakan usaha yang mudah diikuti oleh perusahaan lain, sehingga banyak konsep wisata kampoeng lain yang bermunculan, semisal Wisata Kampoeng Cendrawasih. Selain itu, objek wisata lain seperti Kebun Raya Bogor, Kawasan Puncak dan objek wisata lainnya di kota Bogor merupakan pesaing bagi KWC dalam hal menarik minat pengunjung. Selengkapnya pesaing KWC dapat dilihat pada Tabel 5.

6.1.3 Lingkungan Industri