Sejarah Perusahaan Analisis strategi pemasaran kampoeng wisata Cinangneng Kabupaten Bogor Jawa Barat

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Perusahaan

Pemberian nama Kampoeng Wisata Cinangneng didasarkan pada letak kampung yang dijadikan daerah yang dikunjungi dan dijadikan tujuan wisata oleh wisatawan. Wisatawan dapat menyaksikan kehidupan sehari-hari masyarakat lokal, pertanian, kerajinan, industri yang dibuat masyarakat pabrik tahu, jelli dan lainnya yaitu Kampoeng Wisata Cinangneng. Kegiatan pariwisata yang diusung oleh Kampoeng Wisata Cinangneng KWC adalah suatu konsep kegiatan pariwisata berbasiskan alam. Program kegiatan wisata yang dilakukan KWC ini tidak hanya terbatas pada satu kawasan saja melainkan mencakup lingkungan sekitar KWC. Kegiatan wisata itu sendiri dilakukan dalam Hester Basuki HB Garden Guest House dan juga wilayah sekitar, yaitu di desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea. Awal berdirinya KWC bukan merupakan suatu tempat yang dikhususkan untuk kegiatan pariwisata akan tetapi hanya sebagai rumah atau vila tempat peristirahatan keluarga. Berbekal dari pengalamannya sebagai pemandu wisata selama puluhan tahun, Hester Basoeki 55 tertarik mengusahakan sesuatu yang terkait dengan wisatawan. Ia menjadikan rumahnya di daerah Cipete, Jakarta Selatan sebagai guest house. Pembangunan HB Garden Guest House ini dilakukan pada bulan Agustus 1993 di lahan sekitar 4000 m 2 dan hanya ada satu rumah dengan dua kamar yang diberi nama “Balai Kampung”. Kegiatan komersil yang dilakukan terhadap HB Garden Guest House dimulai pada saat Hester bekerja sebagai pemandu wisata. Pekerjaan pemandu wisata selama sepulah tahun untuk daerah pulau Jawa membuat Hester memiliki pengalaman dalam pengembangan sektor wisata. Kegiatan sebagai pemandu wisata, banyak wisatawan khususnya wisatawan asing yang beliau temui dan terjalin hubungan serta kedekatan dengan wisatawan yang menggunakan jasanya. Awalnya Hester menawarkan tempat peristirahatan di daerah Jawa Barat yang berada di KWC dan menawarkan jalan-jalan keliling kampung serta mengajarkan cara menanam padi di lahan pertanian setempat. Kegiatan yang telah diperkenalkan oleh Hester kepada wisatawan asal Belanda tersebut mendapatkan respon yang baik. Berdasarkan hal tersebut dengan sendirinya wisatawan asal Belanda tersebut melakukan kegiatan promosi tentang KWC kapada rekan-rekannya. Respon tersebut juga disambut oleh Hester dengan memikirkan dan membuat paket-paket kegiatan wisata sebagai wisata budaya dan pendidikan lingkungan berbasiskan agrowisata. Wisatawan asing sangat tertarik dengan kehidupan pedesaan yang penuh dengan kesederhanaan. Sejak saat itulah ibu Hester memberanikan diri untuk menawarkan rumahnya kepada wisatawan asing untuk tempat penginapan dengan menawarkan konsep wisata poelang kampoeng yang tidak dimiliki daerah lain. Setelah adanya promosi yang dilakukan dar i “mulut ke mulut” baik dari Hester Basuki sendiri maupun wisatawan yang pernah mengunjungi KWC, maka permintaan kamar untuk menginap semakin meningkat. Peningkatan jumlah permintaan tersebut direspon oleh pengelola KWC dengan menambah fasilitas kamar berjumlah tiga gedung pada tahun 1994. Ketertarikan wisatawan mancanegara wisman terhadap KWC disebabkan oleh suasana yang ditawarkan pedesaan. Suasana pedesaan yang tenang, asri, sejuk dan pembangunan alam yang elok berupa aliran sungai dan hamparan sawah merupakan daya tarik tersendiri untuk KWC. Pada awal tahun 2000, perkembangan dari kegiatan wisata baik dan tidak hanya berasal dari wisman namun juga berasal dari wisatawan nusantara wisnus atau domestik. Peningkatan jumlah permintaan tersebut membuat Hester terus melakukan pengembangan paket wisata dan jumlah fasilitas kamar tambahan sebanyak dua gedung dan aula-aula kecil. Pembangunan jenis wisata tersebut melalui perencanaan program “pulang kampung”. Pimpinan KWC melakukan perluasan lahan wisata hingga 7000 m 2 untuk menyesuaikan pengadaan semua fasilitas dalam guest wisata, Dengan demikian, semakin luas lahan wisata untuk melakukan semua kegiatan wisata dan program-program untuk setiap paket wisata. Program kegiatan wisata dan paket-paket wisata yang ditawarkan oleh KWC dapat dilihat pada Lampiran 5. Pengembangan kegiatan wisata yang diusung oleh KWC mendapat perhatian dari pemerintah. Program wisata yang dilakukan KWC dianggap sebagi wisata berbasiskan alam dan pemberdayaan masyarakat serta kepedulian terhadap kebudayaan Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, KWC mendapatkan penghargaan dari pemerintah melalui kunjungan Menteri Pariwisata tahun 1998, yaitu Marzuki Usman. Kunjungan yang dilakukan Marzuki Usman merupakan kunjungan dalam rangka kekaguman akan keberadaan lingkungan dan peran serta masyarakat dalam mengenalkan budaya dan pertanian kepada pengunjung. Melihat antusiasme dan respon masyarakat dalam peran sertanya untuk kegiatan KWC, Marzuki Usman memberikan bantuan berupa seperangkat alat musik gamelan dan membangun rumah tinggal homestay di Kampung Kondang. Kunjungan sekaligus sebagai ajang promosi langsung yang dilakukan Menteri Pariwisata maka keberadaan KWC semakin dikenal. Semakin banyak stasiun televisi dan media cetak yang melakukan wawancara dan bedah KWC. Hester Basuki selaku pemilik dan pengelola sering diundang untuk menghadiri acara- acara seminar diskusi yang dilakukan instansi seperti sekolah dan pemerintahan. Pengadaan kegiatan wisata dengan konsep kampung wisata semakin banyak mendapat respon dari pemerintah secara nasional maupun daerah. Hal tersebut terbukti dari penghargaan yang diterima oleh Hester pada tahun 2004 mencakup skala nasional adalah inovator di bidang wisata. Pada tahun 2007, Danny Setiawan selaku Gubernur Jawa Barat memberikan penghargaan kepada KWC sebagai perusahaan perintis dan inovator program pariwisata Jawa Barat. Keberadaan KWC tidak terlepas dari perhatian media massa. Liputan- liputan khusus mengenai kamping wisata juga seringkali ditampilkan dalam satu halaman penuh oleh Kompas, koran Tempo, Radar Bogor, majalah Nikita, Suara Pembaharuan, tabloit Nikita, Nova, majalah Bobo, majalah Kartini, majalah Prospektif, majalah Sedap, majalah khusus objek petualangan yaitu Krakatau hingga majalah Autosport pun menyajikan cerita tentang KWC. Beberapa stasiun TV swasta juga seperti SCTV, TRANS TV, TPI, RCTI, ANTV, METRO TV dan INDOSIAR melakukan liputan tentang kawasan ini. Kebanyakan stasiun bahkan media massa yang datang meliput ke kawasan KWC dilakukan atas dasar sukarela karena ketertarikan setelah melihat liputan- liputan yang ditayangkan di beberapa media massa dan stasiun TV lainnya. Hal ini justru memberikan keuntungan bagi pihak kampoeng wisata maupun pihak peliputnya. Peliputan-peliputan tersebut memberikan angin segar bagi KWC untuk memperkenalkan agrowisata melalui konsep kampong wisata kepada konsumen di kota. Program wisata yang ditawarkan oleh KWC banyak diminati oleh wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara, khususnya program yang mengetengahkan konsep agrowisata dan wisata budaya. Dari tahun ke tahun jumlah pengunjung KWC yang datang terus meningkat, data peningkatan jumlah pengunjung dapat dilihat di Tabel 5. Adapun pengunjung kebanyakan adalah masyarakat perkotaan yang menginginkan suasana alam pedesaan yang sangat jarang ditemukan di perkotaan. Memasuki tahun 2000 kegiatan bertani yang ditawarkan semakin beragam yang dikemas dalam paket “Poelang Kampoeng”. Paket wisata ini banyak diminati oleh wisatawan domestik. KWC kemudian melakukan penambahan lahan menjadi 7000 m2. Saat ini total keseluruhan kamar adalah 8 kamar. Keberadaan KWC mulai dikenal luas semenjak Hester Basoeki selaku pemilik sekaligus pengelola KWC sering diminta menjadi pembicara pada acara-acara seminar dan diskusi oleh instansi pemerintah maupun sekolah-sekolah kepariwisataan.

5.2 Visi dan Misi Perusahaan