Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan materi standar yang akan diajarkan kepada peserta didik
menurut Hasan 2004, seperti yang dikutip oleh Mulyasa, yaitu bahwa sedikitnya mencakup validitas, keberartian, relevansi, kemenarikan, dan
kepuasan: a.
Validitas validity atau tingkat ketepatan materi. Sebelum memberikan materi pelajaran seorang guru harus yakin bahwa
materi yang diberikan telah teruji kebenarannya. Artinya guru harus menghindari memberikan materi data, dalil, teori, konsep
dan sebagainya yang sebenarnya masih dipertanyakan atau masih diperdebatkan. Hal ini untuk menghindarkan salah konsep,
salah tafsir atau salah pemakaian.
b. Keberartian atau tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Materi standar yang diberikan harus relevan dengan keadaaan dan kebutuhan
peserta didik, sehingga bermanfaat bagi kehidupannya. Kebermanfaatan tersebut diukur dari keterpakaian dalam
pengembangan kemampuan akademis pada jenjang selanjutnya dan keterpakaiannya sebagai bekal untuk hidup sehari-hari
sehingga dalam mempelajari materi tersebut, peserta didik memiliki kepercayaan bahwa ia akan mendapat penghargaan
nantinya.
c. Relevansi relevance dengan tingkat kemampuan peserta didik,
artinya tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah dan disesuaikan dengan variasi lingkungan setempat dan kebutuhan di lapangan
pekerjaan serta masyarakat pengguna saat ini dan yang akan datang.
d. Kemenarikan interest pengertian menarik di sini bukan hanya
sekedar menarik perhatian peserta didik pada saat mempelajari suatu materi pelajaran. Lebih dari itu materi yang diberikan
hendaknya mampu memotivasi peserta didik sehingga peserta didik mempunyai minat untuk mengenali dan mengembangkan
keterampilan lebih lanjut dan lebih mendalam dari apa yang diberikan melalui proses belajar mengajar di sekolah.
e. Kepuasan satisfaction kepuasan yang dimaksud merupakan
hasil pembelajaran yang diperoleh peserta didik benar-benar bermanfaat bagi kehidupannya, dan peserta didik benar-benar
dapat bekerja dengan menggunakan dan mengamalkan ilmu tersebut. Dengan memperoleh nilaiinsentif yang sangat berarti
bagi kehidupannya di masa depan.
28
28
Ibid., h. 139-140.
Berkaitan dengan materi pembelajaran, tenaga pendidik harus mampu memilih dan merancang materi pembelajaran yang akan
disampaikan pada peserta didiknya. Karena pada dasarnya materi pembelajaran bahan ajar adalah salah satu komponen sistem
pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi SK dan kompetensi dasar KD. Tanpa
kompetensi tersebut dapat dipastikan bahwa pembelajaran yang diberikan kepada peserta didiknya akan sangat tidak efektif bahkan gagal
karena tidak ada ketercapaian SKKD dalam pembelajaran
5. Tujuan dan Urgensi Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik
Sebagai tenaga pendidik, guru memiliki tugas pokok dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran di sekolah berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Guru merupakan salah satu unsur ataupun komponen yang memiliki kedudukan penting dalam kegiatan
pembelajaran, karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Ada pepatah bijak yang
mengatakan bahwa “guru adalah pembelajar seumur hidup”, guru memiliki kedudukan yang strategis dan menentukan dalam kegiatan
belajar mengajar. Secara nyata tenaga pendidikguru yang kompeten adalah ia yang mampu bekerja dan melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pendidik secara efektif dan efisien. Kompetensi profesional tenaga pendidik adalah salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik dalam tugasnya sebagai pendidik yang profesional. Seperti yang dikemukakan oleh Prof.
Dr. Oemar Hamalik bahwa: “Masalah kompetensi profesional guru
merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun.
”
29
Lebih lanjut Dr. Oemar Hamalik menyatakan bahwa: “Kompetensi profesional tenaga pendidik
29
Oemar Hamalik, op cit., h. 34.
sangat penting dalam rangka penyusunan kurikulum, karena berhasil atau tidaknya pendidikan terletak pada berbagai komponen dalam proses
pendidikan guru itu, salah satunya adalah kurikulum. ”
30
Selain itu Dr. Oemar Hamalik juga menuliskan bahwa:
Kompetensi profesional juga penting dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa. Proses belajar dan hasil belajar para
siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh
kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.
31
Dalam UURI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional sangat
urgen karena berfungsi untuk meningkatkan martabat guru sendiri dan meningkatkan mutu pendidikan nasional. Ini tertera pada Pasal 4, yang
berbunyi: “Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 berfungsi untuk meningkatkan martabat
dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
”
32
Selanjutnya, Pasal 6 menyatakan tujuan menempatkan guru sebagai tenaga profesional yaitu:
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan
tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
33
30
Ibid., h. 36.
31
Ibid.
32
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 11 Tahun 2011, op. cit., h. 6.
33
Ibid.
B. Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik
1. Pengertian dan Hakikat Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga
Pendidik
Dalam dunia pendidikan, pembinaan adalah hal urgent yang harus dilakukan demi meningkatkan mutu pendidikan. Karena sejatinya
pembinaan yang diberikan kepada tenaga pendidik adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik, yang pada
gilirannya akan meningkatkan mutu pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan yang dirancang sebelumnya.
Untuk memahami makna tentang pembinaan, berikut akan diulas definisi dan hakikat pembinaan dari berbagai sumber.
Istilah pembinaan guru sendiri sebenarnya berasal dari kurikulum SD, SMP, dan SMA tentang Pembinaan Guru Depdikbud, 1984; 1986.
Dalam berbagai kepustakaan, baik Indonesia maupun asing, sering diistilahkan supervisi. Secara terminologis, pembinaan guru sering
diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala
sekolah, penilik sekolah dan pengawas serta Pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.
34
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, menjelaskan bahwa
“Pembinaan berarti proses, cara, perbuatan membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.
35
Menurut Prof. H. Djuju Sudjana Manajemen Program Pendidikan menuliskan bahwa “Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya
memelihara atau membawa sesuatu keadaan yang seharusnya terjadi atau
34
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya, 1995, cet.1 h. 9.
35
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 193.
menjaga keadaan sebagaimana seharusnya terlaksana”.
36
Definisi tersebut mengandung arti bahwa aktivitas pembinaan yang dilaksanakan
adalah untuk menjaga dan memelihara programkegiatan yang sedang berjalan atau dilaksanakan agar tidak menyimpang dari rencana yang
telah dirumuskan atau ditentukan sebelumnya. Secara lebih luas pembinaan dapat diartikan sebagai upaya,
pengendalian secara profesional terhadap semua unsur mencakup peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggara, staf dan pelaksana,
bahan dan alat atau material, biaya dan perangkat lainnya, agar unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana
untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya dan berhasil guna.
37
Ali Imron dalam bukunya yang berjudul “Pembinaan Guru di Indonesia” menuliskan bahwa: “ Jika yang dimaksudkan pembinaan guru
sesungguhnya adalah supervisi, maka banyak pakar yang memberikan pengertian berbeda dengan inti yang sama.
”
38
Boardman dalam Jamal Ma‟mur Asmani menyebutkan bahwa:
Supervisi adalah salah satu usaha memberikan stimulus, melakukan koordinasi, dan membimbing secara kontinu terhadap pertumbuhan
guru-guru di sekolah, baik secara individual maupun kolektif, agar lebih mengerti dan efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi
pengajaran. Dengan demikian, mereka dapat memberikan stimulus dan membimbing pertumbuhan tiap-tiap murid secara kontinu, serta
mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.
39
Berdasarkan pendapat dari beberapa sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik
menekankan pada pemberian bantuan jasa atau layanan profesional yang direncanakan, dimana layanan tersebut diberikan oleh orang yang ahli
36
H. Djuju Sudjana, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung, Falah Production, 2004, cet. 3, h.209.
37
Ibid.
38
Ali Imron, loc. cit.
39
Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Jogjakarta: DIVA Press, 2012, cet. 1, h. 21.
expert baik itu dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, penilik sekolah ataupun ahli lainnya, untuk membantu tenaga pendidik dalam
pelaksanaan tugasnya secara efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan optimal.
2. Tujuan Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik
Pada dasarnya, program pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik yang dilakukan bertujuan untuk mempersiapkan dan
memperbaiki performa dan kualitas tenaga pendidik agar memiliki kemampuan
dalam melaksanakan
tugas profesinya
yaitu mengembangkan proses belajar mengajar, memiliki dedikasi yang tinggi,
dan memperluas wawasan serta pengetahuan para pendidik. Untuk lebih memahami tentang tujuan diadakannya program
pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik, berikut akan dipaparkan pendapat dari para ahli terkait hal tersebut.
Menurut Depdikbud yang dikutip dalam H. Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa:
Tujuan pembinaan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui
pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat maka hasil belajar
diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha pembinaan professional guru akan memperlancar pencapaian tujuan
kegiatan belajar mengajar.
40
Menurut Wiles dan Nawawi sebagaimana yang dikutip dalam Drs. Ali Imron, M.Pd. dalam buku yang berjudul Pembinaan Guru di
Indonesia, Wiles menguraikan bahwa: “Secara umum, pembinaan guru
atau supervisi
bertujuan untuk
memberikan bantuan
dalam mengembangkan situasi b
elajar mengajar yang lebih baik.”
41
40
H. Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumu Aksara, 2009, cet. 5, h.171.
41
Ali Imron, op. cit., h.12.