Pengertian dan Hakikat Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga

diidentifikasikan fungsi-fungsi pembinaan tenaga pendidik yang diuraikan oleh beberapa pakar berikut. Briggs dalam Drs. Ali Imron, S.Pd. mengungkapkan bahwa: Supervisi juga berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasi semua usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian secara terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru. 44 Senada dengan pendapat Briggs, pakar lain yaitu Jamal Ma‟mur Asmani mengatakan bahwa: Supervisi pendidikan memiliki tiga fungsi, di antaranya adalah sebagai berikut: a. Sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan. b. Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang terkait dengan pendidikan. c. Sebagai kegiatan dalam hal memimpin dan membimbing. 45 Drs. Ali Imron, M.Pd. menyatakan bahwa: “Fungsi pembinaan guru adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya pembinaan terhadap guru-guru dalam wujud layanan profesional.” 46 Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik adalah untuk meningkatkan proses pendidikan ke arah yang lebih baik sehingga mutu pendidikan akan mengalami peningkatan yang signifikan. Agar pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka perlu dipedomani dengan prinsip- prinsip pembinaan tenaga pendidik sebagai berikut. a. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru. 44 Ibid., h. 13. 45 Jamal Ma‟mur Asmani, op. cit., h. 31. 46 Ali Imron. loc. cit. b. Hubungan antara guru dengan Pembina didasarkan atas kerabat kerja. c. Pembina ditunjang sifat keteladanan dan terbuka. d. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada. e. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan singkronisasi horizontal dan vertical baik di tingkat pusat maupun daerah. 47 Selanjutnya Djajadisastra seperti yang dikutip oleh H. Hamzah B. Uno mengemukakan prinsip pembinaan kompetensi profesional menjadi dua gologan, yaitu: prinsip fundamental dan prinsip praktis. Prinsip fundamental adalah pembinaan guru atau supervisi dipandang sebagai bagian dan keseluruhan proses pendidikan yang tidak terlepas dari dasar- dasar pendidikan nasional Indonesia, yakni Pancasila. Sedangkan prinsip praktis adalah kaidah-kaidah yang harus dijadikan pedoman praktis dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip praktis ini dibagi lagi menjadi prinsip positif dan negatif. 48 Tahalele 1979 yang dikutip dalam H. Hamzah B. Uno juga mengemukakan bahwa prinsip pembinaan guru atau supervisi dapat digolongkan menjadi prinsip positif dan negatif. Adapun prinsip-prinsip positif tersebut meliputi: a. Ilmiah. b. Kooperatif. c. Konstruktif. d. Realitis. e. Progresif. f. Inovatif. g. Menimbulkan perasaan aman bagi guru-guru. h. Memberikan kesempatan kepada Pembina dan guru untuk mengevaluasi diri mereka sendiri, dan menemukan jalan pemecahan atas kekurangannya. Adapun prinsip-prinsip negatif tersebut meliputi: a. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan dengan otoriter. b. Pembinaan guru tidak boleh mencari-cari kesalahan guru. c. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan berdasarkan tingginya pangkat. 47 H. Hamzah B. Uno, op. cit., h. 172. 48 Ibid. d. Pembinaan guru tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil. e. Pembinaan guru tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan dan pengajaran. f. Pembina tidak boleh merasa dirinya lebih tahu dibandingkan dengan guru. g. Pembinaan guru tidak boleh terlalu memerhatikan hal-hal yang terlalu kecil dalam mengajar sehingga membelokkan maksud pembinaan. 49 Maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip yang harus dipedomani dalam pembinaan kompetensi tenaga pendidik tersebut harus berdasarkaan prinsip ilmiah, kooperatif, konstruktif, realistis, progresif, inovatif, demokratis, dan tidak boleh menakut-nakuti serta mencari-cari kesalahan pendidik.

4. Ruang Lingkup Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga

Pendidik Sumber Daya Manusia SDM yang berada di sekolah atau yang dapat kita sebut sebagai Sumber Daya Tenaga Kependidikan merupakan salah satu asset lembaga yang menjadi tulang punggung suatu lembaga pendidikan dalam menjalankan aktivitasnya dan sangat berpengaruh terhadap kinerja dan kemajuan lembaga yang bersangkutan. Maka dalam hal ini sekolah dituntut untuk meningkatkan kualitas sumber daya tenaga kependidikan atau guru yang tersedia, sehingga dapat meningkatkan out put sekolah dan mutu pendidikan. Pelaksanaan program pembinaan terhadap para pendidik adalah tanggung jawab Kepala Sekolah dan Penilik Sekolah serta Pembina lainnya. Dalam buku Wahjosumidjo yang berjudul Kepemimpinan Kepala Sekolah tertulis bahwa dalam bab dan pasal peraturan pemerintah yang mengatur pelaksanaan UU No.2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, sehingga dengan 49 Ibid., h. 172-173.