demikian dapat ditarik kesimpulan mengenai sejauhmana efektivitas program pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik di SMAN 10 Kota
Tangerang Selatan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan angket di bawah ini.
1. Hasil Angket Efektivitas Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga
Pendidik
Berdasarkan data hasil angket yang diperoleh dari hasil perhitungan seluruh jawaban para responden, dapat diketahui tingkat keberhasilan
ataupun efektivitas program pembinaan kompetensi profesional yang telah berlangsung. Data hasil angket yang diperoleh akan ditampilkan
dalam beberapa tahap, yaitu tampilan tiap dimensi yang mencakup tampilan tiap butir soal dan tampilan keseluruhan data, sebagai berikut.
a. Pembinaan yang Dilakukan oleh Kepala Sekolah
Pada dimensi pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas diajukan 5 lima butir pertanyaan, adapun hasil perhitungan
jawaban responden adalah sebagai berikut.
Tabel 3 Pembinaan Langsung dari Kepala Sekolah
Number of Cases N
Frekuensi F
F : N Kriteria
148 117
0,790 79
Efektif Pada tabel 3 di atas, menunjukkan persentase jawaban responden
mencapai angka 79 . Data tersebut menandakan bahwa sebagian besar tenaga pendidik diberikan pembinaan langsung oleh kepala sekolah, dan
pembinaan yang diberikan sudah efektif. Pembinaan tidak hanya dilakukan oleh kepala sekolah, tetapi juga dilakukan oleh pengawas dan
umumnya pembinaan tersebut dilakukan pada saat kunjungan pengawas ke sekolah yaitu tiap triwulan sekali dan bisa lebih dari satu kali dalam
satu triwulan apabila sekolah memiliki masalah dan membutuhkan bantuan pengawas. Hanya saja karena yang berada di sekolah setiap hari
adalah kepala sekolah dan ia setiap hari bertemu dengan pendidik maka tanggung jawab pembinaan profesional tenaga pendidik lebih banyak
diserahkan pada kepala sekolah. Menganggapi hasil perolehan skor pada tabel di atas, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Bapak Nursalim,
S.Pd mengungkapkan bahwa: “Kalau kita bicara mengenai pengawas, satu orang pengawas
tugasnya tidak hanya di satu sekolah, ia bertugas di satu gugus. Dalam satu gugus misalnya ada enam belas sekolah SMA kemudian
ada beberapa sekolah SMP. Akhirnya jadwal itu dibagi-bagi, paling- paling akhirnya per triwulan. Bagaimana intensitasnya, itu tergantung
dari kebutuhan tenaga pendidikguru, karena guru-guru sendiri terkadang juga dalam tanda kutip belum tentu bisa menerima kalau
mereka diawasi pengawas terus menerus. Jadi menurut saya, kalau bicara mengenai intensitas pembinaan dengan 3 tiga bulan satu kali
saja sudah cukup. Sebab guru juga memiliki pekerjaan yang banyak, mereka harus menghadapi pekerjaan yang banyak, kalau mereka nanti
hanya mengobrol terus dengan pengawas maka pekerjaan mereka jadi terbengkalai.
”
8
Lebih lanjut Wakil Kepala Sekolah juga menuturkan tentang apa saja yang dilakukan oleh pengawas dalam tiap kunjungannya ke sekolah,
beliau mengungkapkan bahwa: “Yang dilakukan oleh pengawas dalam tiap kunjungannya ke
sekolah yaitu untuk melakukan bimbingan, misal: pengawas masuk ke kelas untuk melakukan supervisi, setelah supervisi ia berdiskusi
tentang kelebihan, kekurangan, lalu memberikan pengarahan tentang bagaimana cara yang terbaik atas apa yang terjadi pada kelemahan
seorang tenaga pendidik. Nah itu kalau misalnya dalam satu sekolah ada 40 orang tenaga pendidik seperti SMAN 10 Kota Tangsel yang
hampir memiliki 40 orang tenaga pendidik, dalam satu bulan saja tidak akan selesai. Akhirnya disederhanakan tiap MGMP-nya,
misalnya untuk mata pelajaran ekonomi ada 4 empat orang atau paling tidak dilakukan secara massal di ruangan tentang bagaimana
pembelajaran yang baik, tentang sistem perundang-undangan yang upto date, itulah yang dilakukan oleh pengawas dalam waktu yang ±
1 tahun 2 kali.
”
9
8
Wawancara dengan Nursalim, S.Pd., Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN 10 Kota Tangerang Selatan, 04 Januari 2016 pukul 10:30 WIB, di ruang Wakil Kepala Sekolah.
9
Ibid.