Pada tabel 44 di atas, menunjukkan hasil perolehan persentase sebesar 70 . Dari angka perolehan di atas, dapat dinilai bahwa kepala
sekolah efektif dalam memberikan pelatihan pada pendidik dengan instruktur dari orang dalam. Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan
oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum, ia mengatakan bahwa: “Ya, kepala sekolah memberikan pelatihan dengan instruktur dari orang dalam
sendiri. Contohnya guru honorer di sini dibina oleh rekan sejawat yang sudah senior atau PNS, dan guru PNS tersebut dibina oleh Dinas
Pendidikan dan Provinsi. ”
46
Dengan memberikan pelatihan dari instruktur orang dalam maka akan menghemat biaya karena tidak ada biaya yang dikeluarkan,
meningkatkan kualitas kerja, dan penyelesaian pekerjaan dapat lebih cepat. Dari perolehan skor yang mencapai angka 70 dan pernyataan
yang disampaikan oleh wakil kepala sekolah, dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang dilakukan dengan instruktur dari orang dalam telah
berlangsung dengan cukup efektif.
Tabel 45 Mengadakan pelatihan dengan pengajar dari lembaga diklat luar
Number of Cases N
Frekuensi F
F : N Kriteria
148 112
0,756 76
Efektif Pada tabel 45 di atas, menunjukkan hasil persentase jawaban
responden sebesar 76 yang menyatakan bahwa program pelatihan yang diadakan kepala sekolah dengan bantuan trainer eksternal sudah berjalan
dengan efektif. Angka perolehan tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Nursalim, S.Pd., ia menyatakan bahwa: “Kami
sudah lumayan sering mengadakan pelatihan dengan mendatangkan trainer dari luar dan diikuti oleh seluruh guru mata pelajaran, seperti
46
Ibid.
pelatihan dalam pembuatan butir soal dan penyusunan RPP kurikulum 2013.”
47
Berdasarkan hasil perolehan skor yang mencapai 76 dan didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh wakil kepala sekolah, penulis
menyimpulkan bahwa pelatihan yang telah diadakan oleh pihak sekolah dengan mendatangkan pengajar dari lembaga diklat luar dinilai sudah
efektif. Dengan mendatangkan trainer dari luar maka biaya yang dikeluarkan relatif kecil. Tentunya banyak manfaat yang bisa didapatkan
yaitu, untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan hingga menjadi mahir dan dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan dengan cepat.
Tabel 46 Memfasilitaasi tenaga pendidik untuk mengikuti pelatihan yang
diadakan instansi lain Number of Cases
N Frekuensi
F F : N
Kriteria
148 112
0,756 76
Efektif Pada tabel 46 di atas, diketahui hasil perolehan persentase jawaban
responden sebesar 76 . Perolehan tersebut berarti bahwa kepala sekolah memfasilitasi tenaga pendidik untuk mengikuti pelatihan yang diadakan
instansi lain. Menanggapi hasil perolehan pada tabel di atas, kepala sekolah
mengemukakan bahwa: “Tentunya pihak sekolah memberikan fasilitas pada mereka untuk mengembangkan kompetensi profesionalnya melalui
workshop, penataran, pelatihan-pelatihan, dan sebagainya. Dan itu merata pada seluruh tenaga pendidik.
”
48
47
Ibid
48
Wawancara dengan Drs. H. Agus Purwanto, Kepala SMAN 10 Kota Tangerang Selatan, 16 September 2015, pukul 09:00, di ruang Kepala Sekolah.
Kemudian wakil kepala sekolah juga mengatakan bahwa: “Ya, itu tentu. Semua tenaga pendidik di sini mendapatkan fasilitas secara merata
untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh instansi lain. ”
49
Berdasarkan hasil perolehan persentase pada tabel 46 di atas dan pernyataan kepala sekolah beserta wakil kepala sekolah, penulis dapat
menyimpulkan bahwa dukungan dan fasilitas pelatihan yang diberikan kepala sekolah sudah efektif.
Berbeda dengan pelatihan yang diadakan di sekolah, pelatihan ini membutuhkan biaya yang relatif besar. Beragam manfaat yang dapat
diperoleh dengan mengikuti pelatihan off the job training ini antara lain: tenaga pendidik yang merupakan peserta pelatihan memperoleh wawasan
yang lebih luas, memiliki kesempatan untuk bertukar pengalaman dengan peserta lain, mendapatkan ide-ide baru yang dapat dibawa kembali ke
tempat kerjanya, serta membantu dalam mencapai pengembangan dan kepercayaan diri.
Tabel 47 Rekapitulasi Pembinaan terhadap Kepuasan Kerja Tenaga Pendidik
Number of Cases N
Frekuensi F
F : N Kriteria
1036 837
0,807 80
Efektif Data pada tabel 47 di atas menunjukkan hasil perolehan skor sebesar
80 dan masuk dalam kriteria efektif. Terkait hal tersebut, kepala sekolah memberikan konfirmasi bahwa:
“Saya selalu memberi motivasi pada tenaga pendidik dan memfasilitasi
mereka untuk
mengembangkan kompetensi
profesionalnya melalui workshop, penataran, pelatihan-pelatihan, dan sebagainya. Selain itu, pihak sekolah juga memberikan fasilitas
kemudahan berupa pelayanan untuk mengurus kenaikan pangkat dan pemberkasan untuk peningkatan karirnya. Dengan adanya pelayanan
maksimal yang diberikan pada tenaga pendidik, maka mereka tidak dibebani oleh pekerjaan yang lain, dan dalam hal materi mereka
49
Wawancara dengan Nursalim, S.Pd., Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN 10 Kota Tangerang Selatan, 04 Januari 2016 pukul 10:30 WIB, di ruang Wakil Kepala Sekolah.
sudah sangat cukup sehingga paling tidak mereka merasa kondusif dan puas dalam bekerja.
”
50
Berdasarkan hasil perolehan persentase di atas dan didukung oleh pernyataan kepala sekolah dalam wawancara, penulis menyimpulkan
bahwa kepala sekolah telah melaksanakan pembinaan terhadap kepuasan kerja tenaga pendidik dengan baik dan efektif.
Tabel 48 Rekapitulasi Persentase Efektivitas Pembinaan Kompetensi Profesional
Tenaga Pendidik di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan Populasi Sampel : 37
No. Dimensi
Number of Cases
N Frekuensi
F F : N
Kriteria
1 Pembinaan yang
dilakukan oleh kepala sekolah dan
pengawas 740
529 0,714
71 Efektif
2 Pembinaan terhadap
keterampilan mengajar tenaga
pendidik 2516
1829 0,726
72 Efektif
3 Pembinaan terhadap
kemampuan mengajar tenaga
pendidik 1184
952 0,804
80 Efektif
4 Pembinaan terhadap
disiplin kerja tenaga pendidik
444 353
0,795 80 Efektif
5 Pembinaan terhadap
kepuasan kerja tenaga pendidik
1036 837
0,807 80 Efektif
Total 5920
4500 3,836
383 Efektif
Rata-Rata Persentase 0,766 77
Berdasarkan hasil perhitungan rekapitulasi persentase efektivitas pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik yang berlangsung di
SMAN 10 Kota Tangerang Selatan, penulis dapat menyatakan bahwa
50
Wawancara dengan Drs. H. Agus Purwanto, Kepala SMAN 10 Kota Tangerang Selatan, 16 September 2015, pukul 09:00, di ruang Kepala Sekolah.
program pembinaan yang dilakukan oleh pihak sekolah telah mencapai rata- rata persentase 77 , hal ini berarti bahwa pembinaan yang diberikan pada
pendidik sudah berlangsung dengan efektif. ”
C. Pembahasan
Pada analisis data di subbab sebelumnya, diketahui efektivitas pembinaan kompetensi professional tenaga pendidik di SMAN 10 Kota Tangerang
Selatan sebesar 77 . Dan pencapaian tersebut menandakan bahwa efektivitas program pembinaan yang diberikan sudah berlangsung dengan
efektif. Apabila data tersebut disajikan dalam grafik maka akan tampil seperti berikut.
Keterangan: Dimensi 1 : Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas
Dimensi 2 : Pembinaan terhadap keterampilan mengajar tenaga pendidik Dimensi 3 : Pembinaan terhadap kemampuan mengajar tenaga pendidik
Dimensi 4 : Pembinaan terhadap disiplin kerja tenaga pendidik Dimensi 5 : Pembinaan terhadap kepuasan kerja tenaga pendidik
71 72
80 80
80
25 50
75 100
Dimensi 1 Dimensi 2
Dimensi 3 Dimensi 4
Dimensi 5
Per o
le h
an d
al am
Per sen
tase
Efektivitas Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik di SMAN 10 Kota Tangerang
Selatan
Pada subbab ini akan diuraikan beberapa informasi yang diperoleh penulis melalui wawancara yang dilakukan dengan Kepala SMAN 10 Kota
Tangerang Selatan, yaitu Bapak Drs. H. Agus Purwanto. Wawancara yang dilakukan adalah sebagai teknik pelengkap untuk mendalami data hasil
angket yang telah diperoleh. Berikut ini akan diulas tentang pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik yang dilakukan oleh kepala sekolah
1. Pembinaan yang Dilakukan oleh Kepala Sekolah
Sejatinya, pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki ataupun meningkatkan
kinerja dan kualitas tenaga pendidik agar ia memiliki kemampuan dalam mengemban tugas profesinya dengan baik sebagai tenaga pendidik yang
profesional. Dan untuk itu dibutuhkan bantuan dari Pembina Kepala Sekolah dan Pengawas dan Pembina lainnya. Namun karena yang setiap
hari hadir ke sekolah dan rutin bertemu dengan tenaga pendidik adalah kepala sekolah, maka tanggung jawab pembinaan terhadap tenaga
pendidik lebih banyak diserahkan pada kepala sekolah. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Sekolah terkait
pembinaan kompetensi profesional yang ia lakukan bersama Pengawas, Kepala Sekolah menyatakan bahwa :
“Di sekolah ini ada 1 satu orang pengawas karena tiap gugus hanya 1 orang pengawas. Pengawas tersebut mengawas secara keseluruhan,
mengawasi di bidang administrasi. Seluruh administrasi termasuk di dalamnya administrasi sekolah, administrasi tenaga pendidik,
pengawasan dalam kegiatan belajar mengajar KBM, dan lain sebagainya. Kunjungan pengawas ke sekolah sudah terjadwal yaitu
satu kali tiap triwulan dan bisa lebih dari satu kali apabila sekolah memiliki masalah yang mendesak.
”
51
Lebih lanjut Kepala Sekolah menjelaskan tentang teknik yang ia dan pengawas gunakan dalam memberikan pembinaan secara langsung pada
tenaga pendidik. Kepala Sekolah menuturkan bahwa:
51
Wawancara dengan Drs. H. Agus Purwanto, Kepala SMAN 10 Kota Tangerang Selatan, 16 September 2015, pukul 09:00, di ruang Kepala Sekolah.
“Teknik yang kami gunakan adalah secara klasikal artinya pada semua tenaga pendidik, dan secara individu yaitu apabila ada tenaga
pendidik yang mengalami hambatan dalam mengajar maka ia akan dipanggil menghadap supervisor untuk mendiskusikan masalah
bersama-sama dan mencari pemecahan masalahnya. Dalam pemberian supervisi akademik, kami melakukan rapat pembinaan,
kunjungan kelas, sedangkan untuk supervisi klinik kami memanggil tenaga pendidik yang bersangkutan apabila mereka memiliki kendala
dalam mengajar.
”
52
Jadi kedatangan pengawas ke sekolah adalah satu kali tiap triwulan dan bisa lebih dari satu kali apabila sekolah mengalami masalah yang
mendesak maka pengawas akan diundang untuk hadir ke sekolah. Pembinaan langsung yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas
adalah pembinaan dalam bentuk supervisi, yaitu supervisi akademik dan supervisi klinis. Teknik supervisi yang digunakan yaitu secara
klasikalkelompok dan individual. Secara klasikal artinya teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang dengan kata lain pada
seluruh tenaga pendidik. Teknik individual artinya teknik yang dilakukan untuk melayani secara individual atau perorangan.
Pelaksanaan supervisi tersebut yaitu dengan melakukan rapat pembinaan, kunjungan kelas, umumnya kunjungan kelas yang dilakukan
adalah kunjungan yang sifatnya tidak langsung dalam artian bahwa kepala sekolah dan pengawas memberitahukan terlebih dahulu kepada
tenaga pendidik sebelum mereka datingmemasuki kelas. Sehingga tenaga pendidik memiliki persiapan yang matang. Selain itu,
pelaksanaan supervisi juga dapat melalui percakapan pribadi, jadi dalam hal ini tenaga pendidik yang bersangkutan memiliki hambatanbelum
optimal dalam mengajar dipanggil untuk menghadap supervisor untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi dan mencari pemecahan
masalahnya.
52
Ibid
2. Pembinaan terhadap Keterampilan Mengajar Tenaga Pendidik
Sesuai dengan jabatan profesional yang disandangnya, tenaga pendidik dituntut untuk memiliki keterampilan dalam mengajar. Berbagai
keterampilan yang harus dikuasai oleh tenaga pendidik antara lain: keterampilan variasi, keterampilan menjelaskan pelajaran, keterampilan
bertanya, keterampilan
memberikan penguatan,
keterampilan membimbing siswa, dan keterampilan dalam mengelola kelas.
Dalam rangka membina kompetensi profesional tenaga pendidik, ada beberapa program yang telah dilaksanakan oleh pihak sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Drs. H. Agus Purwanto, beliau mengemukakan bahwa:
“Banyak program yang telah dilaksanakan, kami sering mengadakan rapat pembinaan, workshop untuk peningkatan profesional,
kemudian para tenaga pendidik sering mengikuti seminar, penataran, MGMP, pelatihan-pelatihan baik itu BimTek yang diselenggarakan
oleh Dinas Kabupaten Tangerang Selatan maupun Provinsi. Terlebih kami menghadapi K13 Kurikulum 2013, jadi semua tenaga
pendidik mengikuti BimTek namun saat ini kami sudah kembali ke
kurikulum 2006.”
53
Dilihat dari banyaknya program yang telah diselenggarakan oleh kepala sekolah, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah telah berupaya
dengan maksimal membantu tenaga pendidik untuk mengembangkan profesionalitasnya dalam mengoptimalkan proses dan hasil belajar.
Lebih lanjut kepala sekolah mengatakan bahwa dalam pembinaan keterampilan mengajar tenaga pendidik tidak ada hambatan yang
signifikan, hanya saja di dalam supervisi akademik perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan-peningkatan dalam mengatasi kelemahan
pendidik.
54
Terkait dengan efektivitas pembinaan keterampilan mengajar tenaga pendidik, Kepala Sekolah berasumsi bahwa:
53
Ibid
54
Ibid
“Sudah efektif, jadi yang kami lakukan dengan pembinaan, baik melalui supervisi klasikal, perorangan, workshop, bimtek, dan
sebagainya yang kami berikan pada semua tenaga pendidik adalah dalam rangka peningkatan profesional. Karena mereka selain dikirim
oleh sekolah dalam rangka peningkatan profesi, mereka juga mengikuti seminar-seminar tertentu, karena tujuan Pemerintah
memberikan tunjangan profesi tidak lain untuk meningkatkan profesionalitas tenaga pendidik. Misalnya tenaga pendidik membeli
laptop untuk kepentingan ia bekerja, hal tersebut dalam rangka peningkatan profesinya sebagai pendidik. Jadi, yang jelas bahwa apa
yang kami lakukan ini di dalam pembinaan kompetensi profesional sudah berjalan dengan efektif.
”
55
Dari penuturan kepala sekolah, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan program pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik
telah berlangsung efektif, pembinaan yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung telah merata diberikan pada seluruh
tenaga pendidik dalam rangka peningkatan profesionalitas mereka. Sebelumnya telah diulas bahwa tenaga pendidik harus mampu
menguasai berbagai keterampilan, termasuk di dalamnya keterampilan variasi. Dalam hal ini dibutuhkan peran kepala sekolah dan atau
pengawas dalam memotivasi tenaga pendidik untuk terampil dalam penggunaan
metode pembelajaran
secara variatif.
Kepala mengungkapkan bahwa:
“Yang jelas, kami memberikan stimulasi pada para tenaga pendidik untuk bagaimana mengajar dengan lebih variatif dan lebih bisa
menarik minat. Untuk itu kami melengkapi sarana prasarana yang ada di dalam kelas, yaitu dengan menggunakan alat bantu seperti
audio visual berupa auto focusproyektor. Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk memotivasi tenaga pendidik agar ia dapat
mengajar dengan lebih variatif dan banyak menggunakan metode yang bervariasi untuk memudahkan tenaga pendidik dalam
menyampaikan materi ajar pada siswa.”
56
Jadi, pada umumnya siswa yang terlibat dalam interaksi kegiatan belajar mengajar akan merasa jenuh, bosan, bahkan tidak bersemangat
dalam mengikuti pelajaran yang diberikan pendidik apabila situasi
55
Ibid
56
Ibid