9 Penyusutan produk dipengaruhi oleh kadar air awal, metode pengeringan, dan
suhu Mayor et al., 2004. Ada  dua  cara  pengeringan  yang  biasa  digunakan  pada  bahan  pangan
yaitu pengeringan dengan penjemuran secara alami dan pengeringan dengan alat pengering secara buatan. Umumnya pengeringan dengan alat pengering
berlangsung  lebih  cepat  dibandingkan  dengan  penjemuran  dan  dapat  lebih mempertahankan  warna  bahan  yang  dikeringkan  Winarno,  1993.  Setelah
irisan  talas  kering,  dilakukan  penggilingan  untuk  menghasilkan  tepung. Penggilingan  merupakan  proses  pengecilan  ukuran  dari  bahan  padat  atau
buttiran dengan gaya mekanis menjadi berbagai fraksi ukuran yang lebih kecil Hine, 1987.
Penduduk  di  daerah  Hawaii  dan  Kepulauan  Pasifik,  banyak menggunakan  talas  dalam  bentuk  tepung  sebagai  bahan  baku  makanan
sapihan  bayi  dan  balita  yang  hipersensitif  terhadap  susu  Jane  et  al.,  1992. Orang-orang  yang  alergi  terhadap  biji-bijian  tertentu,  salah  satunya  gandum
juga  sering  mengonsumsi  tepung  talas  sebagai  penggantinya  Lee,  1999. Ammar  et  al.  2009  menambahkan  bahwa  tepung  dari  umbi  talas  dapat
bermanfaat  dalam  industri  pengembangan  produk  pangan.  Saat  ini penggunaan  tepung  talas  sudah  meluas,  mulai  sebagai  makanan  pendamping
ASI, makanan  kaleng  untuk  bayi,  snack,  mi,  dan  roti  Jane et  al., 1992;  Lee, 1999;  Giami,  2004;  Torres  dan  Pacheco–Delahaye,  2007;  Aprianita,  2009;
Ikepeme et al., 2009.
C. PISANG Musa sp
Tanaman pisang dapat tumbuh baik di daerah tropis sepanjang musim Ihekoronye    dan    Ngoddy,    1985  yang  dikutip  oleh  Daramola  et  al.,  2005.
Pisang  merupakan  tanaman  yang  berasal  dari  Asia  Tenggara.  Di  Indonesia, pisang  pada  umumnya  dapat  ditemukan  di  halaman  rumah  warga.
Produktivitas  pisang  di  Indonesia  merupakan  yang  tertinggi  kedua  diantara jenis buah-buahan  lainnya  yaitu  510,30  kuintalHa  pada  tahun  2005  Deptan,
2007.    Sedangkan,  produksi  pisang  di  dunia  mencapai  66,5  juta  ton  pada tahun 2001 FAO, 2002. Tandan buah pisang disajikan pada Gambar 2.
10 Gambar 2. Tandan Buah Pisang
Pisang  Musa  sp  merupakan  anggota  filum  spermatophyta,  kelas angiospermae,  subkelas  monocotyledon.  Berdasarkan  sifat  fisiologisnya,
pisang  dibagi  menjadi  tiga  subgenus  yaitu  Physocanlis,  Enmusa  dan Rhodoclamys.  Pisang  yang  biasa  dikonsumsi  berasal  dari  subgenus  Enmusa
atau lebih dikenal dengan banana Simmonds, 1966. Sedangkan pisang  yang biasa  dikonsumsi  setelah  diolah  berasal  dari  jenis  Musa  paradisiacal  atau
dikenal dengan plantain Chong et al., 2008. Pisang  merupakan  bahan  pangan  sumber  karbohidrat  Marriott  et  al.,
1981  yang  dikutip  oleh  Adeniji  et  al.,  2008.  Kandungan  karbohidrat  dalam tepung  pisang  terdapat  sekitar  80  Abbas  et  al.,  2009.  Karbohidrat  yang
terdapat  pada  pisang  termasuk  ke  dalam  karbohidrat  kompleks.  Karbohidrat yang  terdapat  pada  pisang  sebagian  besar  berfungsi  sebagai  sumber  pati
Hardiman,  1982.  Pati  yang  terdapat  pada  pisang  dapat  digunakan  sebagai bahan  substitusi  untuk  pati  yang  bersumber  dari  bahan  lain  seperti  kentang,
jagung  dan  gandum.  Namun,  penggunaannya  belum  begitu  luas  dikarenakan minimnya penelitian mengenai karakteristik pati tersebut Kayisu et al., 1980 ;
Lii  et  al.,  1982;  Bello-Perez  et  al.,  1999  yang  dikutip  oleh  Nimsung  et  al., 2007.  Perbandingan  nilai  karbohidrat  tepung  pisang  dengan  tepung  lainnya
dapat dilihat pada Tabel 2.
11 Tabel 2. Perbandingan kandungan karbohidrat tepung pisang dengan beberapa
jenis tepung lainnya
Sumber: Hardiman, 1982
Selain  mengandung  karbohidrat  yang  dapat dicerna,  pisang  juga  kaya akan karbohidrat yang tidak dapat dicerna seperti pati resisten dan serat kasar.
Komponen  tersebut  memiliki  potensi  sebagai  bahan  baku  dalam  pembuatan pangan  fungsional  Englyst et  al., 1992;  Pacheco-Delahaye  et  al.,  2004.  Hal
ini  berkaitan  dengan  fungsinya  dalam  menjaga  kesehatan  saluran  pencernaan Brouns et al., 2002.
Di  samping  memiliki  zat  gizi  makro,  pisang  juga  merupakan  bahan pangan  yang  kaya  akan  sumber  zat  gizi  mikro,  yaitu  mineral  seperti  kalium,
fosfor, besi, magnesium, dan kalsium serta  vitamin, seperti  vitamin  C, A dan golongan  vitamin  B.  Menurut  Adeniji  et  al.  2006,  pisang  merupakan
tanaman yang banyak mengandung provitamin A. Peningkatan  pemanfaatan  pisang  dapat  dilakukan  dengan  mengolah
pisang  menjadi  tepung  sehingga  dapat  diolah  lebih  lanjut  menjadi  aneka produk  olahan  lainnya.  Beberapa  contoh  produk  olahan  yang  dapat  dibuat
diantaranya  adalah  cookies,  pasta  dan  roti  kaya  serat  serta  edible  film Aparicio-Saguilan  et  al.,  2006; Ovando-Martinez, 2008.
Tepung  pisang  dapat  dibuat  dari  pisang  muda  dan  pisang  tua  yang belum matang. Tepung pisang dari pisang muda mengandung pati lebih tinggi
bila  dibandingkan  dengan  tepung  pisang  tua,  sedangkan  gula-gula  sederhana sebaliknya  Simmonds,  1966.  Pisang  yang  akan  dibuat  tepung  sebaiknya
dipanen  saat  mencapai  tingkat  kematangan  “34  penuh”  atau  80  hari  setelah berbunga.  Pada  kondisi  ini,  pembentukan  pati  mencapai  jumlah  maksimum
dan tannin  sebagian besar terurai menjadi ester aromatik dan  fenol Abbas et al., 2009.
Bahan Karbohidrat g100 g
Keterangan
Tepung pisang 71,74
Sebagai sumber pati Tepung beras
80,00 Sebagai karbohidrat
by difference Tepung jagung
73,70 Tepung gaplek
81,30 Beras pecah kulit
76,20
12 Apabila  dibuat  dalam  bentuk  tepung,  pisang  akan  menjadi  bahan
pangan sumber karbohidrat yang lebih mudah diolah menjadi berbagai macam produk  pangan  Chong  et  al.,  2008.    Penggunaan  tepung  pisang  sebagai
tepung  komposit  campuran  dalam  pembuatan  berbagai  produk  telah dilakukan,  diantaranya  adalah  digunakan  dalam  pembuatan  roti,  mi  dan
cookies  Mepba  et  al., 2007,  Saifullah  et al., 2009;  Aparicio-Saguilan  et  al., 2006.  Penggunaan  tepung  pisang  sebagai  bahan  baku  pembuatan  produk
dalam  industri  pangan,  dapat  dilakukan  sebagai  upaya  dalam  menurunkan biaya produksi produk yang dihasilkan Zhang et al., 2005.
D. KACANG HIJAU Phaseolus radiatus L