Undangan Rantang Tonjok’an

Foto.15. Surat undangan tipe modern Undangan tertulis ini akan dibagikan tuan rumah kepada orang–orang yang memang sudah ditentukan. Jauh hari sebelum masuk minggu sibuk persiapan hajatan, undangan harus sudah siap dibagikan. Undangan yang akan dibagikan kepada orang-orang penting misalnya saudara jauh, pejabat desa, rekan kerja, orang yang dianggap penting di desa dan orang yang kedudukan serta profesi kerjanya lebih berada akan lebih istimewa bentuk undangannya sedangkan yang dibagikan untuk masyarakat sekitar dan tetangga, bentuk undanganya biasa saja tidak terlalu istimewa. Hal ini tidaklah sepenuhnya sama dengan masyarakat lainnya tetapi ini tergantung dari kesanggupan orang yang mempunyai hajatan. Banyaknya undangan sendiri tergantung dari tuan rumah ingin mengundang seberapa banyak dan dari beberapa informan yang peneliti wawancarai undangan dalam pesta yang pernah disebarkan mereka ± 200 undangan untuk khitanan dan ± 500 undangan untuk pernikahan bahkan bisa lebih. Pembagian undangan juga dibebankan kepada tetangga, saudara ataupun orang yang kenal dengan yang dimaksud dalam undangan tersebut. Undangan ini akan dititipkan ke mereka untuk disebarkan dan jasa menyebarkan undangan ini di imbali ± Rp. 15.000 sebagai uang transport atau uang jajan.

3.7.3. Undangan Rantang Tonjok’an

Universitas Sumatera Utara Undangan dalam bentuk panganan di Desa Rawang ini mulai muncul tahun 80’an dan mulai marak memasuki tahun 90’an hingga saat ini semakin marak. Undangan panganan ini disebut rantangan tonjok’an karena memang diletakkan dalam wadah rantang yang didalamnya terdiri dari mie, sambal, lauk, dan nasi ada juga yang isinya mie, ayam atau daging, acar, dan nasi. Beragamnya jenis ater-ater rantangan ini tergantung dari masakan yang dimasak saat nonjok. Masyarakat di desa Rawang ini sendiri menyebutkan undangan rantangan ini dengan “nonjok” atau “tonjok’an”. Sistem rantangan ini dulu dipakai untuk acara tertentu saja dan ditujukan kepada orang tertentu. Pada era 80’an misalnya masyarakat menggunakannya dalam hajatan untuk mengundang orang yang dituakan atau dihormati, dan sistem rantangan ini muncul karena kebiasaan masyarakat petani yang sering mengirimkan makanan ke orang tua yang bekerja di sawah sebagai wujud kasih sayang. Seperti yang diungkapkan nenek berusia 70 tahun yaitu nek Minem Tonjok’an itu kalau orang Jawa dulu dilakukan untuk mengantarkan makanan ke orang tua diladang atau yang sedang bekerja, selain itu juga digunakan saat tertentu saja misalnya kalau menyambut bulan puasa, menjelang lebaran, hari raya haji atau seorang anak yang sudah lama tidak berkunjung kerumah orang tua atau saudaranya yang dituakan.kalau nonjok untuk hajatan juga ada tetapi diberikan kepada orang yang dituakandihormati dalam keluarga dan masyarakat sekitar tempat tinggal. Demikian pula dengan penuturan seorang informan ibu Sudariah 47 tahun yang menikah pada tahun 1983 menuturkan dalam wawancaranya; Saya nikah dulu di pestakan tetapi tidak meriah hanya sekedarnya saja. Tetap ada ngundang-ngundang juga, kalau teman-teman saya dikasih tahu saja suruh datang, kalau rantangan dulu cuma untuk orang tua-tua seperti kakeknenek saya, kenalan orang tua saya, orang kampung yang dituakan. Kalau orang tua saya bilang itu untuk meminta doa restu sama yang dituakan. Universitas Sumatera Utara Dari dua wawancara ini dapat diketahui bahwa sistem rantangan yang digunakan sebagai undangan pada waktu itu bertujuan untuk menghormati orang yang lebih tua dan sistem undangan ini hanya digunakan pada moment tertentu saja seperti pada hari besar keagamaan atau pada saat berkunjung kerumah orang tua yang dilakukan oleh seorang anak. Memberikan tonjok’an kepada orang tua juga berarti meminta doa restunya dan sebagai simbol balas budi anak kepada jasa orang tua yang sudah merawat dan member makan. Tonjok’an juga mengandung ikatan silahturahmi untuk mempererat hubungan yang telah renggang agar terjalin kembali, dan nonjok juga di maknai sebagai saling membagi rezeki. Tonjok’an yang dilakukan saat ini sebagai sarana undangan saat hajatan dirasa sangat efektif oleh sebagian masyarakat. Perkembangan sistem tonjok’an yang dulu hanya berlaku untuk orang-orang tertentu orang tua kini telah beralih kesiapa saja orang yang dianggap berhak menerima undangan rantang yang pastinya bukan hanya orang tua. Kini tanpa disadari justru sistem rantangan telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Jawa di Desa Rawang ini dalam mengundang orang lain. Dalam hajatan undangan rantang ini telah ditentukan banyaknya oleh tuan rumah dan telah ditetapkan orang-orang yang akan menerimanya selain itu juga didasari atas kesanggupan ia menyewa rantang yang begitu banyak dari para pemilik tratak dan perlengkapan pesta. Harga satu rakit rantang untuk saat ini tahun 2010 ± Rp 1.500,- dan ditahun sebelum 2010 sekitar ± Rp. 1000 sampai Rp.1200 ini juga tergantung jenis rantangnya kalau yang nikel akan lebih mahal satu rakitnya. Penyewaan rantang dalam hajatan pesta paling banyak 1000 sampai 500 rakit rantang dan paling sedikit 200 rakit. Beberapa waktu terakhir ini Universitas Sumatera Utara masyarakat di Desa Rawang sendiri kalau menyelenggarakan hajatan banyak dari mereka yang tidak lagi menggunakan rantang sebagai wadah namun beralih ke besek bakul kecil yang berisi nasi dan diatasnya diletak bungkusan sayur dan lauk yang menurut banyak masyarakat lebih murah dan praktis. Penentuan orang yang akan dirantang dalam hajatan pesta terkadang juga mereka yang sudah mendapat undangan tertulis dan yang sudah di ulem-ulem. Penyebaran undangan rantang ini kalau di Desa Rawang bila ada di dusun itu hajatan maka satu dusun itu selain dapat undangan tertulis juga akan mendapatkan undangan rantang lagi. Seperti penuturan salah satu informan yang pernah melakukan hajatan sunatan dan pernikahan anaknya yakni ibu Sumini 49 tahun yang mengatakan sebagai berikut; Saya sudah dua kali melakukan hajatan yaitu waktu anak laki-laki saya sunat tahun 2004 dan anak perempuan saya menikah ditahun 2009 lalu. Pada pesta sunatan itu adalah pengalaman pertama saya mempersiapkan hajatan besar karena tidak punya pengalaman dalam mempersiapkan itu saya dan suami sering bertanya ke saudara dan orang tua yang pernah pesta. Persiapan hajatan waktu itu banyak dari dana sendiri sebagian ada juga bantuan dari saudara dekat. Bantuan dari tetangga umumnya barang kebutuhan pesta seperti; telur 10 piring, gula 1 karung, ayam, daging dan belanjaan lainnya. Kalau masalah undangan tulis saya dan suami sudah lama mencatat nama-nama orang yang akan diundang. Waktu pesta sunat itu kami ada ngundang 600 dan waktu pernikahan ngundang 1000 undangan. Undangan tonjok’an juga demikian orang- orangnya sudah dipilih biasanya itu orang-orang yang sudah pernah nonjok kami kalau ada pesta, bisa juga yang dari daftar undangan tulis akan dirantang lagi, tetapi di pilah-pilah tidak semuanya akan dapat.Waktu sunat dulu undangan sekitar 500 rantang waktu nikah ada 700 rantang’lah. Selain dari penuturan informan tersebut juga didapat informasi dari wawancara yang dilakukan terhadap warga masyarakat yang menerima undangan seperti penuturan informan ibu Atun 45 tahun. Kalau bulan-bulan ramainya orang punya pesta bisa terus seminggu itu dapat undangan tiga atau empat undangan, itu belum Universitas Sumatera Utara termasuk undangan rantangnya lagi bahkan pernah satu hari 4 tempat harus di datangi untuk bestelan. Saya kadangkan kalau sudah mendapat undangan tulis juga masih dapat rantangnya dari orang yang akan pesta itu juga. Kalau sudah seperti ini mau bagaimana lagi harus diterima juga paling yang pusing membagi uang nyumbannya itu. Dari penjelasan informan tersebut diketahui bahwa jika mereka yang sudah mendapat undangan tulis dan mendapat undangan tonjok’an lagi mereka sangat berat untuk nyumbangnya apalagi jika telah berada dibulan orang ramai punya hajatan maka pengeluaran mereka bisa dua kali lipat untuk undangan saja. Menyebarkan tonjok’an merupakan tugas perewang laki-laki yang memiliki kenderaan. Orang yang melakukan penyebaran undangan rantang ini adalah mereka yang sudah dimintai kesediaannya untuk membantu dalam ulem- ulem. Perewang perempuan juga sebagian ada yang melakukan ater ater, namun hanya sebatas pada tetangga dekat saja. Lamanya waktu ater-ater undangan rantang ini bisa berlangsung dua hari tergantung dari banyaknya rantang dan tenaga perewang yang ada. Orang yang membantu dalam penyebaran undangan rantang ini di beri imbalan rokok, dan uang transport uang minyak.

3.8. Bentuk Sumbangan yang Diterima Saat Hajatan