Orang yang terlibat dalam resiprositas tradisi nyumbang ini digolongkan menjadi dua yakni pemberi dan penerima. Pemberi dalam tradisi nyumbang yakni
mereka yang diposisikan sebagai tamu undangan serta para perewang karena dalam hal ini mereka memberikan bantuan berupa materil dan non-materil,
Sedangkan yang menjadi penerima yakni pemilik hajat itu sendiri karena ia menerima pemberian dari para tamu juga perewang yang membantunya.
4.3. Kerjasama dalam Resiprositas
Orang yang terlibat dalam tradisi nyumbang merupakan orang yang sudah melakukan kesepakatan kerjasama resiprositas, mereka akan melakukan timbal
balik dari kerjasama yang dilakukan. Dalam hal ini posisi mereka adalah sebagai pemberi dan penerima dan posisi ini akan berbalik sama jika si pemberi saat ini
menjadi pemilik hajat suatu waktu nanti sedangkan si penerima saat ini akan
menjadi pemberi saat itu. Pemberi dan penerima tidak dipandang dari status sosial
dan ekonominya sebab dalam kerjasama resiprositas kedudukan mereka sama. Berikut ini beberapa kategori hubungan timbal balik yang terjadi dalam tradisi
nyumbang berdasarkan atas peran mereka dalam tradisi tersebut:
4.3.1. Resiprositas antara Perewang dengan Pemilik Hajat
Di dalam tradisi nyumbang orang yang terlibat dalam kegiatan ini bukan saja diposisikan sebagai pemberi dan penerima, tetapi lebih dari itu mereka
berperan penting untuk mensukseskan acara hajatan tersebut. Dalam aktivitas menggelar hajatan perewang umumnya berperan serta dalam proses penyediaan
jasa dan tenaga dan tidak sedikit pula yang memberikan bantuan dalam bentuk bahan pokok. Para perewang ini datang bukan atas kehendak dirinya tetapi karena
sebelumnya si pemilik hajat sudah melakukan ulem-ulem mengundang dengan
Universitas Sumatera Utara
maksud meminta bantuan tenaga dan jasa, kesepakatan untuk turut membantu ini merupakan awal dari adanya kerjasama resiprositas diantara mereka.
Perewang dalam hajatan telah banyak membantu si punya hajat dalam mempersiapkan acara hajatan, mereka ini berkonstribusi lebih banyak di dapur
seperti memasak, mencuci piring kotor, menyediakan makanan dan sebagainya yang berperan bukan saja perewang perempuan tetapi perewang laki-lakinya juga.
Dalam melakukan kerja sama resiprositas ini kedudukan perewang adalah sebagai pemberi sedangkan pemilik hajat adalah sebagai penerima, kerjasama mereka
berjalan jika apa yang diberikan juga akan dikembalikan kurang lebih sama yang di terima tuan rumah dalam hajatan tersebut. Pengingkaran dalam kerjasama ini
menjadikan seeorang akan mengurangi kepercayaan terhadap orang tersebut untuk melakukan kerjasama dikemudian hari.
Untuk menghindari adanya ketidak seimbangan pengembalian tersebut biasanya kedua belah pihak akan mengingat kerjasama yang dilakukan dengan
cara mencatatnya, seperti bantuan apa yang sudah di berikan, berapa besarnya dan saat hajatan siapa, demikian juga dengan pemilik hajat untuk mengingat apa yang
sudah di terimanya biasanya dituliskan dalam buku catatan seperti bantuan apa saja yang sudah di terimanya, dari siapa dan berapa besarnya. Cara ini sangat
efektif untuk mengingatkan kembali kerjasama yang sudah dilakukan agar disuatu hari tidak terjadi pengingkaran kerjasama.
Resiprositas perewang dengan pemilik hajatan disesuaikan dengan bantuan yang sudah diterima, jasa dan tenaga dianggap sebagai pemberian yang
besar sehingga bagaimana pun juga harus dibalas dengan hal yang sama demikian juga dengan bantuan berupa bahan pokok, penerima juga harus membalas dengan
Universitas Sumatera Utara
barang yang sama paling tidak besar nilainya sama. Konsekuensi dari pengembalian yang tidak seimbang ini adalah hilangnya kepercayaan seseorang
untuk melakukan kerjasama terkecuali ada alasan tertentu yang bisa diterima atas pemberian yang tidak seimbang tersebut, ini akan menjadi pertimbangan
tersendiri bagi orang yang akan melakukan kerjasama resiprositas.
4.3.2. Resiprositas antara Tamu Undangan dengan Pemilik Hajat