Resiprositas nyumbang dalam masyarakat di Desa Rawang ini juga bergerak kearah resiprositas negatif dimana meskipun masih ditemukan sistem
kerjasama secara gotong royong namun kerjasma tersebut bukan dilandaskan atas keikhlasan semata tetapi juga mengharapkan timbal balik yang setimpal atas apa
yang sudah diberikan seperti rewang saat menggelar hajatan. Meskipun tinggal dipedesaan namun sistem ekonomi pasar merupakan sistem ekonomi yang ada
saat sekarang ini dimana nilai uang dan barang ekonomis lainnya menjadi lebih penting terutama yang menyangkut kegiatan ekonomi dalam kehidupan. Hal ini
akan terlihat semakin mencolok dalam acara menggelar hajatan, masyarakat pertanian cendrung mengganggap hajatan sebagai media untuk mengakumulasi
dan mempertahankan kekayaan yakni dengan maksud memperoleh keuntungan yang lebih besar dari kerja sama ini, sehingga anggapan efektifnya hal tersebut
menjadikan orang berlomba-lomba untuk bisa melakukan hal yang sama demi meraup keuntungan. Akhirnya disadari oleh masyarakat yang menjalankan tradisi
ini bahwa arah tradisi nyumbang dan resiprositas yang dilakukan menjadi beban tersendiri bagi mereka bukan saja beban ekonomi tetapi beban moral dan sosial
dalam masyarakat.
4.2. Pemberi dan Penerima dalam Resiprositas Tradisi
Nyumbang
Kerjasama resiprositas akan berjalan jika ada hubungan simetris diantaranya serta adanya hubungan personel antara pelaku kerjasama tersebut.
Dalam tradisi nyumbang hajatan masyarakat Desa Rawang orang yang terlibat dalam tradisi ini tentu mereka yang memiliki hubungan-hubungan yang di maksud
tersebut sehingga resiprositas dalam tradisi ini terus berjalan.
Universitas Sumatera Utara
Orang yang terlibat dalam resiprositas tradisi nyumbang ini digolongkan menjadi dua yakni pemberi dan penerima. Pemberi dalam tradisi nyumbang yakni
mereka yang diposisikan sebagai tamu undangan serta para perewang karena dalam hal ini mereka memberikan bantuan berupa materil dan non-materil,
Sedangkan yang menjadi penerima yakni pemilik hajat itu sendiri karena ia menerima pemberian dari para tamu juga perewang yang membantunya.
4.3. Kerjasama dalam Resiprositas
Orang yang terlibat dalam tradisi nyumbang merupakan orang yang sudah melakukan kesepakatan kerjasama resiprositas, mereka akan melakukan timbal
balik dari kerjasama yang dilakukan. Dalam hal ini posisi mereka adalah sebagai pemberi dan penerima dan posisi ini akan berbalik sama jika si pemberi saat ini
menjadi pemilik hajat suatu waktu nanti sedangkan si penerima saat ini akan
menjadi pemberi saat itu. Pemberi dan penerima tidak dipandang dari status sosial
dan ekonominya sebab dalam kerjasama resiprositas kedudukan mereka sama. Berikut ini beberapa kategori hubungan timbal balik yang terjadi dalam tradisi
nyumbang berdasarkan atas peran mereka dalam tradisi tersebut:
4.3.1. Resiprositas antara Perewang dengan Pemilik Hajat
Di dalam tradisi nyumbang orang yang terlibat dalam kegiatan ini bukan saja diposisikan sebagai pemberi dan penerima, tetapi lebih dari itu mereka
berperan penting untuk mensukseskan acara hajatan tersebut. Dalam aktivitas menggelar hajatan perewang umumnya berperan serta dalam proses penyediaan
jasa dan tenaga dan tidak sedikit pula yang memberikan bantuan dalam bentuk bahan pokok. Para perewang ini datang bukan atas kehendak dirinya tetapi karena
sebelumnya si pemilik hajat sudah melakukan ulem-ulem mengundang dengan
Universitas Sumatera Utara
maksud meminta bantuan tenaga dan jasa, kesepakatan untuk turut membantu ini merupakan awal dari adanya kerjasama resiprositas diantara mereka.
Perewang dalam hajatan telah banyak membantu si punya hajat dalam mempersiapkan acara hajatan, mereka ini berkonstribusi lebih banyak di dapur
seperti memasak, mencuci piring kotor, menyediakan makanan dan sebagainya yang berperan bukan saja perewang perempuan tetapi perewang laki-lakinya juga.
Dalam melakukan kerja sama resiprositas ini kedudukan perewang adalah sebagai pemberi sedangkan pemilik hajat adalah sebagai penerima, kerjasama mereka
berjalan jika apa yang diberikan juga akan dikembalikan kurang lebih sama yang di terima tuan rumah dalam hajatan tersebut. Pengingkaran dalam kerjasama ini
menjadikan seeorang akan mengurangi kepercayaan terhadap orang tersebut untuk melakukan kerjasama dikemudian hari.
Untuk menghindari adanya ketidak seimbangan pengembalian tersebut biasanya kedua belah pihak akan mengingat kerjasama yang dilakukan dengan
cara mencatatnya, seperti bantuan apa yang sudah di berikan, berapa besarnya dan saat hajatan siapa, demikian juga dengan pemilik hajat untuk mengingat apa yang
sudah di terimanya biasanya dituliskan dalam buku catatan seperti bantuan apa saja yang sudah di terimanya, dari siapa dan berapa besarnya. Cara ini sangat
efektif untuk mengingatkan kembali kerjasama yang sudah dilakukan agar disuatu hari tidak terjadi pengingkaran kerjasama.
Resiprositas perewang dengan pemilik hajatan disesuaikan dengan bantuan yang sudah diterima, jasa dan tenaga dianggap sebagai pemberian yang
besar sehingga bagaimana pun juga harus dibalas dengan hal yang sama demikian juga dengan bantuan berupa bahan pokok, penerima juga harus membalas dengan
Universitas Sumatera Utara
barang yang sama paling tidak besar nilainya sama. Konsekuensi dari pengembalian yang tidak seimbang ini adalah hilangnya kepercayaan seseorang
untuk melakukan kerjasama terkecuali ada alasan tertentu yang bisa diterima atas pemberian yang tidak seimbang tersebut, ini akan menjadi pertimbangan
tersendiri bagi orang yang akan melakukan kerjasama resiprositas.
4.3.2. Resiprositas antara Tamu Undangan dengan Pemilik Hajat
Didalam menggelar hajatan, tamu undangan sangat penting artinya bagi si pemilik hajatan, doa restu dari mereka sangat diharapkan dan tuan rumah juga
dapat berbagi kebahagian denga para tamu undangan serta mengharapkan adanya sumbangan yang diberikan. Tamu yang hadir ini adalah mereka yang sebelumnya
sudah mendapatkan kabar penyelenggaraan pesta tersebut lewat undangan yang sudah diterimanya baik undangan tertulis maupun berupa nasi rantang.
Kesepakatan untuk mengadakan kerjasama resiprositas antara tamu yang hadir dengan pemilik hajatan ini adalah disaat undangan yang diberikan mereka terimah
dan pada saat pesta berlangsung mereka hadir dengan memberikan sumbangan. Bantuan dari tamu undangan ini umumnya berupa amplopan yang di isi
dengan sejumlah uang namun tidak menutup kemungkinan ada yang memberikan bingkisan kado kepada yang sedang berhajatan. Tamu undangan juga tidak akan
lupa untuk menuliskan nama dan alamat dirinya dalam amplop atau bingkisannya yang diberikan tersebut hal ini dimaksudkan agar penerima dapat melihat siapa
pemberinya dan memudahkan penerima untuk mengembalikannya dikemudian hari dengan nominal atau barang yang sama.
Penolakan untuk melakukan kerjasama ini juga terlihat saat proses mengundang seperti misalnya orang yang diundang tidak berada ditempat, atau
Universitas Sumatera Utara
yang diundang ada ditempat tetapi ketika orang yang membagi undangan datang dia menolaknya. Sebaliknya ada yang sudah menerima undangan namun saat
pesta orang tersebut tidak hadir, dan tidak menitipkan sumbangan. Hal yang demikian inilah yang memutuskan untuk menjalin kerjasama dikemudian harinya.
Kerjasama resiprositas antara tamu undangan dan pemilik hajatan terkait adalah sebagai pemberi dan pemilik hajatan adalah orang yang menerima.
Pemberi dan penerima harus melakukan kerjasama resiprositas yang seimbang, sekurang-kurangnya apa yang sudah diterima harus dikembalikan sama, baik
besar kecilnya barang atau nilainya. Besar kecilnya nilai yang diberikan dan diterima ini akan senantiasa diingat oleh masing-masing individu, untuk
mengingat hal itu banyak masyarakat di Desa Rawang yang membiasakan dirinya untuk menuliskan dalam buku catatan nama dan nominal sumbangan yang
diterimanya dan yang sudah diberikannya. Sehingga bila saat tiba mengembalikan akan memudahkan pemilik hajat saat ini dengan mengembalikan dengan bentuk
atau nilai yang sama pula. Selain itu juga bagi para undangan yang sudah menerima undangan baik
secara tertulis maupun rantangan suatu saat jika dia memiliki hajat, tuan rumah yang saat ini mengundangnya juga akan di berikan dengan hal yang sama.
misalnya; Bu Minah hari ini mengundang Pak Kasman dengan rantangan, Pak Kasman yang menerima akan mengingat apa yang sudah di terimanya saat Bu
Minah ngundang, dikemudian hari Pak Kasman punya hajat dia akan melakukan hal yang sama kepada Bu Minah.
4.3.3. Resiprositas antara Anggota Kerabat dengan Pemilik Hajatan
Universitas Sumatera Utara
Resiprositas dalam hajatan juga terjadi di dalam anggota kerabat terutama kerabat dekat biasanya adalah saudara-saudara kandung dari ibu dan ayah atau
keluarga yang masih memiliki hubungan sedarah. Dalam menggelar hajatan anggota kerabat dekat umumnya memberikan bantuan yang cukup besar baik
dalam bentuk tenaga, jasa, uang atau bahan kebutuhan pokok. Dalam masyarakat Jawa di desa Rawang bantuan dari anggota keluarga adalah kewajiban namun itu
juga mengandung resiprositas antara mereka. Sistem arisan dalam anggota keluarga untuk membantu hajatan pesta salah
satunya yang menimbulkan kerjasama resiprositas, memang sama-sama saudara namun bila sudah menyangkut kebutuhan ekonomi itu juga diperhitungkan
kesimbangannya. Resiprositas dengan anggota keluarga terjadi jika suatu waktu giliran mereka mengadakan hajatan maka saat ini pemilik hajat yang dibantu
wajib membantunya kurang lebih sama atas apa yang diterimanya dari anggota kerabatnya. Pengingkaran dalam hal ini akan menimbulkan ketidak nyamanan
bahkan hubungan persaudaran akan menjadi renggang karena pengembalian yang tidak seimbang.
4.4. Tiga Macam Kewajiban dalam Resiprositas
4.4.1. Kewajiban Memberi
Kegiatan nyumbang dalam hajatan memiliki esensi kewajiban bagi mereka yang diundang untuk memberi barang, uang, jasa atau tenaga.
Kewajiban memberi dalam nyumbang ini dibebankan kepada mereka yang telah ikut berpartisipasi yakni para perewang dan tamu undangan. Kewajiban-
kewajiban seperti ini harus mereka penuhi jika tidak maka akan menimbulkan masalah sosial, hal ini dikarenakan sebelumnya tuan rumah yang memiliki hak
Universitas Sumatera Utara
untuk menentukan orang yang akan diundang memiliki kepemilikan atas orang yang menerima undangan, bila telah menerima berarti kesanggupan baginya untuk
memenuhi undangan tersebut dan nyumbang dalam hajatan ini. Kewajiban untuk memberi ini sama halnya dengan kesepakatan walaupun
tidak secara tertulis namun secara lisan berlaku bagi siapa saja yang terlibat. Seperti pemaksaan dimana seorang tidak meminta untuk diundang namun disatu
sisi ia juga tidak bisa menolak karena jika menolak sama saja dengan penghinaan. Dalam kehidupan bermasyarakat apalagi bertetangga dituntut untuk
menjaga keharmonisan dan menghindari konflik oleh sebab itu dengan landasan ini seseorang tidak bisa terlepas dari lingkaran kewajibannya untuk memberi jika
ia sudah terbebani oleh kiriman undangan dari orang yang mengundangnya apalagi jika ia mengenal orang yang mengundangnya tersebut. Selain itu juga
kewajiban untuk memberi ini bukan saja dilakukan karena adanya dorongan pada dirinya untuk melakukan kewajiban itu secara terpaksa namun kewajiban ini
dilakukan karena orang yang terbebani ini juga terdorong adanya kompensasi dari hubungan ini natinya yakni timbal balik dari seseorang yang telah memberi.
Seseorang yang berkewajiban untuk memberi juga mulai berpikir atas apa yang sudah ia berikan. Melakukan kewajiban untuk memberi bukan lagi sekedar
ikhlas dan suka rela namun pemberian yang dilakukan juga harus dilakukan sama dengan si penerima kepada si pemberi jadi tidak ada pemberian yang cuma-cuma.
Dalam nyumbang ini juga terjadi dimana tamu yang berkewajiban memberi pada suatu saat akan meminta dan menagih pemberiannya tersebut hal ini dikarenakan
orang tidak lagi berpikir untuk memberi secara cuma-cuma namun pemberiannya
Universitas Sumatera Utara
juga harus dikembalikan suatu waktu mengingat kebutuhan ekonomi dalam masyarakat modern saat ini menuntut akan kewajiban tersebut
4.4.2. Kewajiban Menerima
Pemberian selalu dibarengi dengan adanya penerimaan. Kewajiban memberi berarti juga ada kewajiban untuk menerima. kewajiban untuk
mengembalikan hadiah pemberian tidaklah kurang kendalanya. Seseorang yang menolak suatu pemberian berarti orang tersebut menunjukkan rasa takut harus
membayarnya kembali, dan malu melakukan kegagalan. Dalam nyumbang hal ini dapat digambarkan antar tuan rumah punya
hajat dengan tamu orang yang diundang. Kesepakatan untuk melakukan kegiatan nyumbang ini berarti adalah persetujuan dari dua pihak yakni tuan rumah
dan tamu, disini tuan rumah mengundang karena itu haknya dan disisi lain yang diundang menerima undangan tuan rumah dengan kata lain setuju untuk
melakukan kewajibannya memberi dalam hajatan. Jika kesepakan ini sudah terjadi walau secara lisan namun ini bukan hal yang mudah untuk keluar dari lingkaran
tersebut mengingat ada sangsi dan kontrol sosial dalam masyarakat yaitu jika terjadi ketidak seimbangan atau penyimpangan kesepakatan.
Kesepakatan yang ada dalam nyumbang ini jika sudah diundang berarti setujuh dan harus datang untuk nyumbang dan jika sudah di sumbang berarti tuan
rumah harus menerima pemberian tersebut berapapun atau apapun yang diberi. Namun biasanya dalam nyumbang orang akan memberi sesuai dengan
pertimbangan dan diluar dari ketidak pantasan pemberian yang tidak setimpal sewajarnya dengan demikian maka ini tidak akan mengurangi rasa hormat
pemberi terhadap penerima yang sudah menjamunya dalam hajatan.
Universitas Sumatera Utara
Menerima pemberian dari orang yang telah memberi berarti sama halnya ia menghormati orang yang memberi tersebut. Kewajiban bagi seseorang untuk
menerima pemberian karena orang memberikan pemberian ini juga didorong untuk melakukan kewajibannya oleh si pemberi, pemberi telah terbebani dengan
kewajibannya maka dari itu penerima harus menerima pemberian orang yang telah bersusah payah memenuhi kewajibannya untuk memberi.
4.4.3. Kewajiban Membayar Kembali
Marcel Mauss dalam karya klasiknya The Gift mengemukakan bahwa hadiah tidak pernah “bebas” diberikan tanpa ada kewajiban untuk membalasnya.
Dalam sejarah peradaban manusia hadiah selalu menimbulkan kewajiban untuk terjadinya pertukaran yang bersifat timbal balik. Seseorang yang mendapat hadiah
pemberian dari orang lain memiliki kewajiban untuk memberi balasan kepada orang yang telah memberinya hadiah, meskipun sifatnya pertukaran yang terjadi
diantara mereka berlangsung tidak setara. Kewajiban mengembalikan kembali atas apa yang sudah diterima dalam
tradisi nyumbang merupakan kewajiban bagi si pemilik hajat untuk dapat mengembalikan pengembalian yang seimbang dari kerjasama resiprositas
tersebut. Semakin berharga barang yang telah diterimanya dan barang tersebut memiliki nilai maka pengembalian barang yang setimpal merupakan kewajiban
untuk mengembalikan. Menerima uang maka dikembalikan dengan uang dan nominal yang sama demikian juga dengan barang.
Mengkonferensikan waktu juga perlu dalam kewajiban mengembalikan misalnya saat seseorang menggelar hajatan di tahun 1990 sumbangan yang
diterima sebesar Rp.3000 tiga ribu rupiah masih memiliki nilai yang besar,
Universitas Sumatera Utara
namun ketika seseorang yang waktu itu menyumbangnya baru mengadakan hajatan ditahun 2010 maka ia harus mengkonfrensikan waktu dan kebutuhan
ekonomi saat ini, sekecil-kecilnya Rp.5.000 lima ribu rupiah ia harus mengembalikan.
Orang yang sudah terbebani dengan kewajiban menerima pemberian maka suatu waktu ia juga dituntut untuk mengembalikan kembali atas apa yang pernah
ia terima. Jika kewajiban si penerima ini tidak dapat mengembalikan kembali atas apa yang diberikan oleh si pemberi maka ia akan mendapat sangsi dalam
masyarakat bukan saja sangsi moral namun juga hilangnya kepercayaan untuk melakukan kerjasmaa dikemudian hari. Pemberian dalam tradisi nyumbang tidak
memiliki nilai mana kekuatan magic, pemberian tersebut hanya memiliki daya tarik seseorang untuk menerima kerjasama resiprositas dengan cara menjalin
hubungan sosial dan menerima ikatan sosial. Pemberian dalam tradisi nyumbang bermakna sebagai tabungan atau investasi sehingga seseorang tidak akan pernah
mau rugi dengan ketidak seimbangan pengembaliannya. Menurut Malinowski sistem menyumbang menimbulkan kewajiban
membalas kembali, hal tersebut merupakan suatu prinsip kehidupan masyarakat kecil “principle of reciprocity” prinsip timbal balik. Maksudnya, seseorang
yang memberi sumbangan dan membantu sesamanya tidak akan selalu dengan rela atau spontan melakukannya, tetapi karena adanya keterpaksaan oleh suatu
jasa yang pernah diberikan kepadanya. Sementara itu dia menyumbang hanya untuk mendapat pertolongan lagi di kemudian hari. Dalam hal ini sangat jelas apa
yang terjadi didalam masyarakat Desa Rawang terkikisnya nilai ke ikhlasan dalam membantu meringankan beban merupakan gambaran dari resiprositas yang
Universitas Sumatera Utara
mengarah kepada money oriented, bahwa segala sesuatunya diperhitungkan dan dipandang berdasarkan nilai dan nominal, bahkan dalam berbagai hal akan
memperhitungkan dengan tajam tiap jasa yang pernah disumbangkan kepada sesamanya itu dengan harapan bahwa jasa-jasanya akan dikembalikan dengan
tepat pula.
4.5. Motif-Motif yang Mendorong Kerjasama Resiprositas
Melakukan kerjasama resiprositas dalam tradisi nyumbang hajatan terutama bukan hanya sekedar ingin meringankan beban atau membantu saja,
namun bila dilihat dari apa yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya orang melakukan kerjasama resiprositas dalam suatu hajatan memiliki tujuan yang
lainnya. Seperti yang di jelaskan Hudayana ;1989 bahwa gotong royong sebagai bentuk resiprositas dalam masyarakat pedesaan saat ini mengalami banyak
perubahan, yaitu semakin rendahnya partisipasi masyarakat untuk melakukan gotong royong secara spontanitas, hal ini dikarenakan adanya pengaruh ekonomi
uang. Ketergantungan masyarakat terhadap uang dalam memenuhi kebutuhan hidup menyebabkan hilangnya gotong royong karena tenaga dan jasa juga
digantikan dengan nilai uang sistem upah. Hal serupa juga terjadi dalam gotong royong menggelar hajatan bantuan yang diberikan semua dikalkulasikan dalam
bentuk ekonomis walaupun tenaga dan jasa saat ini masih dibayar dengan tenaga dan jasa juga.
Motif yang mendorongan melakukan kerjasama resiprositas ini adalah ; 1.
Motif Ekonomi Motif ekonomi ini adalah motif yang banyak menjadi alasan sesorang
untuk melakukan kerjasama resiprositas, seperti dalam tradisi nyumbang yang
Universitas Sumatera Utara
ternyata mengandung pengertian dan tujuan tersendiri kenapa tradisi itu masih bertahan salah satunya adalah ekonomi. Motif ekonomi yang memberikan
keyakinan seseorang terlibat dalam tradisi nyumbang ini seperti:
Jaminan Sosial Asuransi Sosial, dalam artian bahwa apa yang sudah diberikan dalam hajatan diartikan sebagai bentuk
meminimalisir dan mendistribusikan beban kehidupan mereka, terlebih dalam menghadapi resiko dan kepastian masa depan.
Prasetyo 2007 menyebut bahwa tradisi nyumbang merupakan asuransi sosial yang berbentuk sangat sederhana
26
.
Tabungan dan Investasi Jangka Panjang, dalam artian dengan intensitas seseorang menyumbang ke berbagai hajatan berarti
sama dengan ia menabung dan berinvestasi yang sewaktu-waktu jika tiba masanya dia bisa menarik kembali atas apa yang sudah
diberikan kepada para pemilik hajat.
Bangun Jasa, dalam artian menyumbang dengan maksud agar yang disumbangkan itu menjadi tanggungan, yang kelak akan
dikembalikan, kendati tidak ada akad.
Meringankanmembantu orang yang mengadakan hajatan 2.
Motif Sosial Motif sosial ini umumnya adalah motif kedua yang mendorong seseorang
melakukan kerjasama resiprositas dalam tradisi nyumbang pada masyarakat Desa Rawang. Motif ini dapat bersifat positif dan negative tergantung dari pelaku yang
terlibat dalam tradisi ini meletakkanya. Motif ini dapat berupa:
26
http:www.2shared.comdocumentjPeBi7ZXYanu_Endar_Prasetyo_-_2007_-_D.html
Universitas Sumatera Utara
Prestise, yakni pengakuan dari masyarakat, individu atau
kelompok misalnya: sanjungan, kewibawaan dan lain sebagainya. hal ini juga sering disebut sebagai ajang pamer atau unjuk gigi
Menjalin solidaritas dan silahturahmi
Motif-motif tersebutlah yang selama ini melatarbelakangi seseorang untuk melakukan kerjasama resiprositas nyumbang. Masyarakat bukan hanya
berfikir untuk sekedar meringankan beban atau menjalin silahturahmi belaka, pertimbangan dan perhitungan ekonomis saat ini sangat diperlukan, karena
mereka berasumsi bahwa apa yang selama ini mereka berikan dan mereka keluarkan untuk sekedar nyumbang adalah penghasilan yang didapat dari jerih
payah sehingga jerih payah tersebut juga harus dihargai dengan pengembalian yang setimpal. Selain itu untuk menyelenggarakan pesta atau hajatan juga
diperlukan modal apalagi mengingat kebutuhan ekonomi saat ini sangat tinggi, mereka bukan saja mengundang tapi juga menjamu tamu dengan hidangan jadi
setidaknya tamu juga menghargai dari setiap perjamuan makanan yang disediakan.
4.6. Nilai Uang Bagi Masyarakat