desa untuk memiliki kesadaran tinggi akan pendidikan terutama pada tingkat perguruan tinggi.
Proses globalisasi berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat di pedesaan seperti masyarakat di Desa Rawang. Pengaruhnya telah masuk kedalam
sendi-sendi kehidupan masyarakat terutama dalam pendidikan. Standar kehidupan masyarakat mengacu pada standar hidup modern dimana pendidikan itu penting
karena pendidikan saat ini menjadi standar di dunia kerja. Kaula muda desa juga banyak yang lebih memilih untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik dengan
harapan dapat bekerja diluar sektor pertanian seperti menjadi pegawai ataupun bekerja kantoran dikota.
2.9. Matapencarian dan Ekonomi Masyarakat
Pendidikan dan matapencarian memiliki pengaruh saat ini, dimana semakin seseorang menyadari akan pentingnya pendidikan maka seseorang
tersebut akan mencari jenis profesi kerjanya yang sesuai dengan kemampuannya atau pendidikannya. Penduduk di Desa Rawang Pasar IV ini memiliki berbagai
profesi kerja sebagai bagian dari matapencarian guna untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan sehari-harinya, diantara profesi tersebut yakni; 1 Petani, 2
Buruh, 3 PNS, 4 Karyawan swasta, 5 Pedagang, 6 Polisi, 7 TNI, 8 Wiraswasta, 9 Guru, dan lain sebagainya. Matapencarian atau profesi kerja
penduduk di Desa Rawang Pasar IV ini dapat dilihat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Rawang Pasar IV No
Jenis Mata Pencaharian Jumlah Penduduk
Jiwa
1. Petani
421 2.
Pengrajin Industri kecil 3
3. Pegawai Negeri Sipil
22 4.
Karyawan Swasta 10
5. Pedagang
50 6.
Kepolisian RI POLRI 4
7. Tentara Nasional Indonesia
TNI 2
8. Peternak
12 9.
Buruh 152
10. Pembantu Rumah Tangga 15
11. Wiraswasta 28
12. Dan lain-lain 16
Jumlah 735
Sumber: Data Kantor Desa Rawang Pasar IV, 2010. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk
di desa ini bermata pencaharian sebagai petani yang jumlahnya sekitar 421 jiwa. Kemudian mata pencaharian yang selanjutnya yang banyak digeluti oleh
penduduk desa adalah sebagai buruh yakni sekitar 152 jiwa penduduk. Hal ini tidak mengherankan mengingat bahwa Desa Rawang merupakan desa agraria
pertanian jadi sebagian besar penduduknya mengandalkan pertanian sawah dan ladang sebagai matapencariannya disamping perkebunan dan perikanan.
Kehidupan perekonomian masyarakat di desa masih tergolong rendah bila dilihat dari penghasilan dan pendapatan utama perbulannyarumahtangga petani ±
dibawah Rp.1.000.000, ini belum termasuk tambahan dari penghasilan di sektor lainnya misalnya dari kebun, berdagang, bekerja sampinganserabutan dan
sebagainya. pendapatan yang tidak besar tersebut harus dibagi dengan biaya hidup lainnya seperti pendidikan anak, belanja rumah tangga, iuran arisan, atau sumbang
menyumbang untuk hajatan. Alokasi pendapatan tersebut harus benar-benar
Universitas Sumatera Utara
cermat dibagikan yang berperan disini adalah istri sebagai pengelolah keuangan rumah tangga, istri petani harus pandai-pandai meminimalisir pengeluaran serta
menyisihkan uang yang ada untuk tabungan. Upah buruh di desa dihitung per harinya yakni sekitar Rp 20.000 ini
berlaku bagi buruh harian saja yang bekerja selama 2-3 hari paling lama. Hal ini berbeda lagi dengan buruh yang bekerja menjaga padi yang dibayar ketika masa
panen tiba, sedangkan yang bekerja Nderep
13
dibayar berdasarkan ikatan bibit yang dicabutnya 1 satu ikat bibit dihargai Rp 250. Selain buruh tani ada
sebagian kecil yang bermata pencaharian sebagai buruh bangunan dan buruh pabrik dikota. Profesi buruh ini dilakoni oleh mereka tidak memiliki lahan
pertanian di desa.
Foto.3. Buruh penanam padi “nderep” Foto.4. Pekerja musiman “ngomben”
Gambar di atas merupakan gambaran profesi penduduk yang ada di Desa Rawang seperti Buruh tani dan pekerja musiman di waktu memasuki masa panen,
mereka ini bekerja secara berkelompok. Pekerja musiman “ngomben” ini sebagian besar memiliki sawah tetapi bila musim panen tiba mereka merangkap profesi
untuk ikut bekerja sebagai pemanen padi untuk penghasilan tambahan. Berbagai jenis profesi yang ada di desa ini sebenarnya tidak digeluti hanya dalam satu
13
Nderep istilah bahasa Jawa pasaran yang digunakan masyarakat untuk pekerjaan mencabut bibit padi dan menanam padi disawah.
Universitas Sumatera Utara
bidang saja, banyak dari masyarakat yang merangkap dalam mencari penghasilan seperti misalnya petani pemilik lahan bukan hanya sebagai petani namun juga ia
berprofesi sebagai pedagang dan bahkan sebagai buruh tani seperti pekerja pemanen padi “ngomben”. Demikian halnya dengan mereka yang bekerja sebagai
pegawai negeriswasta mereka juga merangkap sebagai petani ataupun pedagang. Kegiatan yang demikian ini bukan tanpa alasan, mereka yang merangkap profesi
yang demikian adalah untuk membantu perekonomian keluarga disamping dari mata pencaharian keluarga yang utama.
Sektor Perekonomian yang lebih besar ditopang oleh pertanian memberikan gambaran bahwa mayoritas matapencarian penduduknya tidak lain
adalah petani. Seperti yang kita ketahui keluarga petani di Indonesia rata-rata tingkat ekonominya masih tergolong rendah.demikian pula halnya dengan petani
yang ada di Desa Rawang ini, faktor dari berbagai sektor menjadikan produksi yang ada semakin menurun yang akhirnya juga berimbas kepada menurunnya
pendapatan. Tingkat produksi pertanian kini hanya dipakai untuk memenuhi kebutuhan subsistensi saja yakni lebih banyak hasil produksipanen hanya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan istilah masyarakat setempat “cukup-cukup makan”.
Lahan pertanian yang ada di desa sebagian besar adalah milik pribadi dan sebagian yang lainnya masih status lahan sewaan. Luas lahan pribadi kebanyakan
tidak lebih dari 2 Ha, hitungan lahan 1 ataupun 2 Ha bukan dimaksudkan dalam satu lahan sekaligus tetapi ada lahan sawah yang lainnya. Seperti Pak Kromo
seorang petani yang memiliki lahan 1 Ha berupa sawah namun sawahnya ada di dua tempat yang berbeda, ½ setengah Ha ada di Desa Rawang Pasar IV dan
Universitas Sumatera Utara
setengahnya lagi ada di Desa Rawang Pasar V. Petani yang memiliki lahan pribadi sangat beruntung dibandingkan dengan petani yang menggarap lahan
sewaan, hasil panen dari lahan sendiri bisa untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan kebutuhan lainnya seperti membayar hutang pupuk, pestisida, membayar
iuran arisan atau yang lainnya. Bagi penggarap lahan sewaan yang hanya sekitar 7-5 rante luasnya,
penghasilan dari panen terkadang masih belum cukup karena bagi mereka bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja tetapi hasil panen harus dibagi
dengan membayar uang sewa lahan. Hal itu belum termasuk untuk menutupi keperluan lainnya seperti membayar pupuk, membayar pestisida atau iuran
lainnya. Taraf hidup masyarakat petani di Desa Rawang ini masih tergolong lemah karena tingkat pendapatan yang rendah sedangkan untuk pengeluaran yang
digunakan sangat besar. Disamping lahan pertanian ada juga sebagian kecil lahan perkebunan
seperti kebun sawit dan coklat. Petani sawit di Desa Rawang tidak banyak hanya sebagian kecil saja yang memiliki lahan khusus untuk tanaman sawit. Sedangkan
sebagian besarnya lagi lahan sawit orang lain yang dijaga oleh masyarakat di desa Rawang, pemiliknya adalah orang-orang berduit dari kota. Tidak ada petani sawit
di desa ini mereka semuannya adalah petani di sawah kepemilikan lahan sawit hanya tanaman sawit ditanam di pekaranagn rumah saja utupun bagi warga yang
memiliki pekarangan yang cukup luas. Ada juga sebagian yang menanam tanaman sawit di sawah seperti menanamnya di bedengan dengan jumlah kurang
dari 10 pohon.
Universitas Sumatera Utara
Menurut masyarakat di Desa Rawang ini sawit merupakan komoditi kedua dari desa ini, juga merupakan pendapatan kedua dari masyarakat disamping
tanaman padi. Sebenarnya sawit lebih menjanjikan pendapatannya dibandingkan dengan padi karena masa penennya yang relatif cepat seperti 1satu bulan bisa 2-
3 kali panen. Namun demikian keunggulan sawit lantas tidak menjadikan warga di desa tersebut mengganti lahan sawahnya dengan menanam sawit. Bagi mereka
lahan sawah tetap menjadi prioritas utama mereka kalaupun mereka ingin memiliki lahan sawit mereka akan membeli lahan lain diluar dari desanya yang
memang merupakan lahan khusus perkebunan. Perkebunan coklat juga menjadi komoditi kedua, hampir sama dengan
sawit namun produksi coklat yang ada di desa ini menurun drastis. Bagi sebagian besar rumahtangga petani di Desa Rawang ini coklat merupakan penghasilan
mingguan bagi keluarga, karena panen coklat tidak sampai bulan-bulanan, tanaman coklat ini biasa ditanam di pekarangan rumah juga di bedengan sawah
yang khusus dibuat untuk tanaman coklat. Tanaman coklat yang tumbuh di pekarangan dibiarkan tumbuh begitu saja hanya dirawat seadanya, tanaman ini
selain diambil buahnya juga dijadikan teduhan. Tetapi belakangan ini masyarakat banyak yang mengganti tanaman coklatnya ke tanaman sawit menurut masyarakat
tanaman coklat di desa ini banyak terserang hama sehingga buah yang dihasilkan tidak bagus sehingga tidak menguntungkan lagi.
Komoditi perekonomian lainnya yaitu palawija atau hasil ladang. Hasil tanaman dari ladang ini berupa sayur-sayuran, petani menanamnya secara
tumpang sari dengan tanaman padi, yakni dengan cara menanam sayur-sayuran di bedeng sawah atau membuat bedengan baru khusus untuk sayuran. Ada juga
Universitas Sumatera Utara
petani yang setelah habis panen padi menggarap kembali sawah miliknya untuk ditanami sayuran. Tanaman sayuran yang ditanam petani desa umumnya
bervariasi seperti bayam, pare, gambas, kacang panjang, kedelai, terung, cabai, mentimun dan jagung. Penanaman jenis sayuran ini tentu saja disesuaikan dengan
harga jenis sayuran tertentu dipasaran yang memiliki harga relativ bagus.
2.10. Sistem Organisasi Kemasyarakatan