Siklus Daur Hidup Masyarakat Jawa

3.2. Siklus Daur Hidup Masyarakat Jawa

Masyarakat Jawa dalam siklus kehidupannya memiliki banyak tradisi, yakni mulai dari rangkaian kegiatan menggelar hajatan atau slametan ketika dalam kandungan sampai kematian. Rangkaian kegiatan tesebut adalah wujud warisan tradisi leluhur, orang Jawa harus memegang adat istiadatnya di manapun dia tinggal dan harus di tonjolkan dalam tiap kehidupan termasuk dalam upacara siklus daur hidup. Seremonial dalam melaksanakan kegiatan hajatan atau slametan akan banyak dijumpai dalam masyarakat yang guyub atau bersifat kolektif seperti masyarakat di pedesaan. Kegiatan serupa ini akan semakin jarang dijumpai dalam masyarakat perkotaan. Kehidupan masyarakat di pedesaan cendrung mengutamakan rasa kebersamaan seperti dalam membantu menanam padi disawah, makan bersama dalam acara slametan, dan khusunya dalam aktivitas sumbang menyumbang. Kegiatan seperti ini juga terlihat dalam masyarakat Desa Rawang meskipun saat ini kegiatan masyarakat di daerah penelitian cenderung mengalami perubahan dari segala aspek kehidupan masyarakat desa kearah yang cendrung modern dengan standart hidup kota, namun biar bagaimanapun budaya yang bersifat kolektik masih mewarnai kehidupan masyarakat disana. Budaya yang bersifat kolektif akan terlihat menonjol dalam kegiatan siklus daur hidup yang didalamnya terdapat tradisi nyumbang. Siklus daur hidup masyarakat Jawa di desa ini diantaranya yakni: • Tujuh bulan kehamilan mitoni “tingkepan” yaitu pelaksanaan upacara untuk memperingati berjalanya kehamilan memasuki bulan ke 7, upacara ini sendiri bermaksud untuk memohon keselamatan kepada Universitas Sumatera Utara Yang Maha Kuasa agar ibu dan calon bayi dalam kandungan sehat sampai melahirkan nanti. • Kelahiran spasaranselapan yaitu upacara yang digelar saat sibayi yang baru lahir menginjak usia 35 hari dan dalam hajatan ini juga dibarengi dengan pemberian nama si jabang bayi • Khitanan sunatan upacara untuk memperingati seorang anak laki-laki untuk memasuki masa baliq dewasa atau di islamkan secara sah. • Pernikahan yaitu upacara yang dilangsungkan untuk mengumumkan kepada hal layak bahwa dua orang insan yang berbeda akan memasuki masa kehidupan baru yakni keluarga baru yang telah sah atas dasar agama, hukum dan adat • Kematian adalah upacara untuk memperingati ataupun menghormati orang yang meninggal dunia, dimana kematian merupakan tahap terakhir dalam siklus kehidupan manusia, sehingga rasa haru dan keikhlasan serta nilai-nilai suka rela itu masih murni dalam upacara ini. Setiap siklus memiliki kegiatan dan prosesi yang berbeda-beda termasuk dalam kegiatan menggelar acara dan bentuk sumbang menyumbangnya. Serangkaian upacara yang ada dalam siklus hidup masyarakat Jawa di masyarakat Desa Rawang akan berbeda dengan upacara masyarakat Jawa di daerah lain seperti pulau Jawa misalnya, yang masih mengutamakan ritual-ritual tertentu. Pada masyarakat Desa Rawang upacara ini masih dilakukan tetapi beberapa ritual yang ada di dalam siklus yang terkait tidak akan ditemukan seperti masyarakat di pulau Jawa, hal ini diyakini karena adanya pengaruh dari beberapa hal seperti: Universitas Sumatera Utara pengaruh budaya lokal, pengaruh agama, dan pengaruh perkembangan zaman sehingga perlu adanya penyesuaian. Walaupun demikian makna dan maksud dari upacara ini tidak akan berubah hanya karena tidak digunakan ritual-ritual tersebut, yang terpenting adalah tujuan dari upacara itu dijalankan sudah terpenuhi dan sesuai maknanya.

3.3. Slametan dan Hajatan Dalam Masyarakat Jawa Desa Rawang