Kewajiban Menerima Kewajiban Membayar Kembali

juga harus dikembalikan suatu waktu mengingat kebutuhan ekonomi dalam masyarakat modern saat ini menuntut akan kewajiban tersebut

4.4.2. Kewajiban Menerima

Pemberian selalu dibarengi dengan adanya penerimaan. Kewajiban memberi berarti juga ada kewajiban untuk menerima. kewajiban untuk mengembalikan hadiah pemberian tidaklah kurang kendalanya. Seseorang yang menolak suatu pemberian berarti orang tersebut menunjukkan rasa takut harus membayarnya kembali, dan malu melakukan kegagalan. Dalam nyumbang hal ini dapat digambarkan antar tuan rumah punya hajat dengan tamu orang yang diundang. Kesepakatan untuk melakukan kegiatan nyumbang ini berarti adalah persetujuan dari dua pihak yakni tuan rumah dan tamu, disini tuan rumah mengundang karena itu haknya dan disisi lain yang diundang menerima undangan tuan rumah dengan kata lain setuju untuk melakukan kewajibannya memberi dalam hajatan. Jika kesepakan ini sudah terjadi walau secara lisan namun ini bukan hal yang mudah untuk keluar dari lingkaran tersebut mengingat ada sangsi dan kontrol sosial dalam masyarakat yaitu jika terjadi ketidak seimbangan atau penyimpangan kesepakatan. Kesepakatan yang ada dalam nyumbang ini jika sudah diundang berarti setujuh dan harus datang untuk nyumbang dan jika sudah di sumbang berarti tuan rumah harus menerima pemberian tersebut berapapun atau apapun yang diberi. Namun biasanya dalam nyumbang orang akan memberi sesuai dengan pertimbangan dan diluar dari ketidak pantasan pemberian yang tidak setimpal sewajarnya dengan demikian maka ini tidak akan mengurangi rasa hormat pemberi terhadap penerima yang sudah menjamunya dalam hajatan. Universitas Sumatera Utara Menerima pemberian dari orang yang telah memberi berarti sama halnya ia menghormati orang yang memberi tersebut. Kewajiban bagi seseorang untuk menerima pemberian karena orang memberikan pemberian ini juga didorong untuk melakukan kewajibannya oleh si pemberi, pemberi telah terbebani dengan kewajibannya maka dari itu penerima harus menerima pemberian orang yang telah bersusah payah memenuhi kewajibannya untuk memberi.

4.4.3. Kewajiban Membayar Kembali

Marcel Mauss dalam karya klasiknya The Gift mengemukakan bahwa hadiah tidak pernah “bebas” diberikan tanpa ada kewajiban untuk membalasnya. Dalam sejarah peradaban manusia hadiah selalu menimbulkan kewajiban untuk terjadinya pertukaran yang bersifat timbal balik. Seseorang yang mendapat hadiah pemberian dari orang lain memiliki kewajiban untuk memberi balasan kepada orang yang telah memberinya hadiah, meskipun sifatnya pertukaran yang terjadi diantara mereka berlangsung tidak setara. Kewajiban mengembalikan kembali atas apa yang sudah diterima dalam tradisi nyumbang merupakan kewajiban bagi si pemilik hajat untuk dapat mengembalikan pengembalian yang seimbang dari kerjasama resiprositas tersebut. Semakin berharga barang yang telah diterimanya dan barang tersebut memiliki nilai maka pengembalian barang yang setimpal merupakan kewajiban untuk mengembalikan. Menerima uang maka dikembalikan dengan uang dan nominal yang sama demikian juga dengan barang. Mengkonferensikan waktu juga perlu dalam kewajiban mengembalikan misalnya saat seseorang menggelar hajatan di tahun 1990 sumbangan yang diterima sebesar Rp.3000 tiga ribu rupiah masih memiliki nilai yang besar, Universitas Sumatera Utara namun ketika seseorang yang waktu itu menyumbangnya baru mengadakan hajatan ditahun 2010 maka ia harus mengkonfrensikan waktu dan kebutuhan ekonomi saat ini, sekecil-kecilnya Rp.5.000 lima ribu rupiah ia harus mengembalikan. Orang yang sudah terbebani dengan kewajiban menerima pemberian maka suatu waktu ia juga dituntut untuk mengembalikan kembali atas apa yang pernah ia terima. Jika kewajiban si penerima ini tidak dapat mengembalikan kembali atas apa yang diberikan oleh si pemberi maka ia akan mendapat sangsi dalam masyarakat bukan saja sangsi moral namun juga hilangnya kepercayaan untuk melakukan kerjasmaa dikemudian hari. Pemberian dalam tradisi nyumbang tidak memiliki nilai mana kekuatan magic, pemberian tersebut hanya memiliki daya tarik seseorang untuk menerima kerjasama resiprositas dengan cara menjalin hubungan sosial dan menerima ikatan sosial. Pemberian dalam tradisi nyumbang bermakna sebagai tabungan atau investasi sehingga seseorang tidak akan pernah mau rugi dengan ketidak seimbangan pengembaliannya. Menurut Malinowski sistem menyumbang menimbulkan kewajiban membalas kembali, hal tersebut merupakan suatu prinsip kehidupan masyarakat kecil “principle of reciprocity” prinsip timbal balik. Maksudnya, seseorang yang memberi sumbangan dan membantu sesamanya tidak akan selalu dengan rela atau spontan melakukannya, tetapi karena adanya keterpaksaan oleh suatu jasa yang pernah diberikan kepadanya. Sementara itu dia menyumbang hanya untuk mendapat pertolongan lagi di kemudian hari. Dalam hal ini sangat jelas apa yang terjadi didalam masyarakat Desa Rawang terkikisnya nilai ke ikhlasan dalam membantu meringankan beban merupakan gambaran dari resiprositas yang Universitas Sumatera Utara mengarah kepada money oriented, bahwa segala sesuatunya diperhitungkan dan dipandang berdasarkan nilai dan nominal, bahkan dalam berbagai hal akan memperhitungkan dengan tajam tiap jasa yang pernah disumbangkan kepada sesamanya itu dengan harapan bahwa jasa-jasanya akan dikembalikan dengan tepat pula.

4.5. Motif-Motif yang Mendorong Kerjasama Resiprositas