Jabatannya sebagai hakim selama empat kali dalam lima tahun (803-808)
6. Jabatannya sebagai hakim selama empat kali dalam lima tahun (803-808)
Setelah ia kembali dari pertemuannya dengan timur lang di syam, ia kembali menyibukkan dirinya untuk mendapatkan kembali posisinya sebagai Hakim Maliki. Usahanya berhasil dan turunlah perintah sultan untuk menurunkan Aqfahsy, salah satu rival Ibnu Khaldun dari jabatannya dan kemudian Ibnu Khaldun menggantikan posisinya. Ibnu khaldun menggambarkan tentang rivalnya ini dengan pujiannya pada dirinya akan kecerdikan dan kesederhanaannya dan juga kelembutannya dengan ungkapannya: ketika aku menetap di kediaman timur lang saat itu... tersebar kabar akan kehancuranku, hingga posisi hakimpun lalu diberikan kepada salah satu pemuka fiqh maliki, Jamaluddin Al aqfahsy yang sangat kuat dan banyak hafalannya dan juga sangat lembut dalam memberikan dan memenuhi kebutuhan manusia serta wara‟ dalam agamanya (Ta‟rif 383) hal ini menunjukkan akan keobjetivan Ibnu
Khaldun dengan apa yang ditulisnya, walaupun itu adalah rivalnya.
Ibnu Khaldun menduduki posisi ini selama satu tahun (dari akhir sya’ban 803 H) lalu kembali diberhentikan dari
posisinya untuk ketiga kalinya pada bulan rajab 804 H; posisinya lalu digantikan oleh Jamaluddin Al Basathy. Ibnu Khaldun menuduh Basathy akan apa yang telah menimpa pada dirinya sebagaimana usahanya dalam mendapatkan posisi ini, sebagaimana yang dituduhkan Ibnu Khilal padanya dengan ucapannya: mereka berusaha keras membujuk sultan untuk menempatkan seorang dari ahli fiqh mazhab Maliki yang dikenal dengan nama jamaluddin al Basathy dengan memberikannya sebagian uang dan juga akan memperjuangkan kepentingannya di pengadilan. Semoga Allah menghukum mereka semua. Mereka lalu melepaskan jabatannya di akhir rajab 804
H (Ta‟rif 383) Pertarungan pun masih terjadi antara Ibnu Khaldun dan
musuh-musuhnya di seputar jabatan hakim; dan jabatan ini seolah berputar-putar diantara mereka, Ibnu Khaldun akan memegang posisi tersebut apabila ia menang atas mereka dan juga sebaliknya, hingga terjadi penggantian hakim selama delapan kai selama empat tahunpada masa ini, Ibnu Khaldun memegang posisi sebagai hakim tiga kali lainnya; pertama sejak awal dzulhijjah 804 hingga rabiul awwal 806 H, atau
sekitar satu tahun dua bulan; kedua; sejak sya’ban 807 hingga akhir dzulqa’dah pada tahun yang sama, atau hanya se kitar tiga bulan saja. Dan ketiga; sya’ban 808 hingga hingga wafatnya pada 26 ramadhan pada tahun yang sama (16 maret 1406 M) atau sekitar sebulan setengah.
7. pematangan materi akan karya-karyanya selama ia menetap di Mesir dan menghadiahkannya kepada sultan Barquq dan 7. pematangan materi akan karya-karyanya selama ia menetap di Mesir dan menghadiahkannya kepada sultan Barquq dan
Selama Ibnu Khaldun tinggal di Mesir selama kurang lebih empat belas tahun, ia banyak melakukan revisi ulang atas karya-karyanya dan juga Mukaddimahnya.
Ia menambahkan dalam sejarahnya yang ada di Ibr beberapa bagian pembahasan dan memperluasnya dengan penelitian khususnya yang berkaitan dengan sejarah negara- negara Islam di Masyriq dan sejarah negara-negara terdahulu serta negara-negara nasrani dan juga negara asing yang lalu disambung dengan kejadian yang terjadi di Masyriq, Andalusia, Maroko hingga akhir abad kedelapan hijriah atau beberapa saat sebelum wafatnya. Dalam hal ini, ie mengemukakan: lalu perjalanan ke Masyrik untuk mengungkap apa yang ada disana dan mengamati sejarahnya... aku tambahkan apa yang kurang dari kabar tentang raja-raja asing di negeri itu dan juga negara Turki yang dikuasainya (Mukaddimah; Bayan 214) Ia lalu berkata:
Aku telah menyelesaikan penulisan buku hingga kekuasaan Ibnu Yamlul, dimana pada saat itu aku sedang menetap di Tunis (ia mengisyaratkan dengan kembalinya sulatn Abu Abbas ke negaranya dan mengambil alih kekuasaan dari Ibnu Yamlul pada tahun 783 H disaat Ibnu Khaldun sedang menetap di Tunis sebelum kepergiannya ke Mesir. Lalu ku naiki kapal laut pada pertengahan 784 H ke negara Masyriq... dan aku turun di skandariyah lalu di di Mesir (Kairo), hingga kabar tentang negara Maroko aku dapatkan dari para pengimpor (Ibr, Jilid 6 hal 396)
Ia pun menambahkan beberapa bagian dan paragraf kedalam Mukaddimahnya dan mengedit sebagian pembahasan yang ada Ia pun menambahkan beberapa bagian dan paragraf kedalam Mukaddimahnya dan mengedit sebagian pembahasan yang ada
Ia pun mematangkan auto-biografinya Ta‟rif bi Ibnu Khaldun muallifu hadza kitab yang merupakan cakupan dari kitab Ibr . ia banyak melakukan didalamnya perubahan- perubahan serta perluasan materi yang ada serta penambahan pada fase akan sejarah riwayat hidupnya hingga akhir tahun 807 H atau beberapa bulan sebelum wafatnya. Halaman yang ada pun bertambah banyak karena banyak revisi yang terjadi dalamnya hingga akhirnya Ibnu Khaldun berpikir untuk merubah judulnya dan menamakannya: Ta‟rif bi Ibnu Khaldun mualliful kitab wa rihlatuhu gharban wa syarqan.
Ia memberikan semua karyanya (Mukaadimah, sejarah dan auto biografinya) kepada sultan Dzohir Barquq dan memanfaatkan kesempatan yang didapatkan seorang utusan dari sultan untuk pergi mengantarkan surat dan hadiah atas nama sultan Barquq kepada sultan Maroko bagian atas; ia pun turut menitipkan kepadanya tulisannya untuk diberikan kepada sultan abu Faris Abdul aziz bin abu Hasan, yangterjadi pada tahun 799 H. naskah asli terakhirnya ini kemudian lebih dikenal dengan nama Niskhoh farisiahi (yang dinisbatkan dari nama sultan Abu Faris). Di naskah inilah, ia banyak menukil baik secara langsung ataupun tidak langsung akan berbagai tingkatan negara di dunia arab dalam Mukaddimahnya.
Setelah ia memberikan naskahnya kepada sulatan Abu Faris, Ibnu Khaldun pun masih beusaha melakukan banyak revisi, khususnya akan Mukaddimahnya. Ia banyak memasukkan Setelah ia memberikan naskahnya kepada sulatan Abu Faris, Ibnu Khaldun pun masih beusaha melakukan banyak revisi, khususnya akan Mukaddimahnya. Ia banyak memasukkan